Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Model Bangkitan Perjalanan Pada Kawasan Pinggiran Menuju Pusat Kota (Studi Pada Kawasan Yang Mengalami Perubahan Spasial) Theresia Avila Bria; Tedy Wonlele; Onisius Loden
Potensi: Jurnal Sipil Politeknik Vol 21 No 2 (2019): Potensi: Jurnal Sipil Politeknik
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.347 KB) | DOI: 10.35313/potensi.v21i2.1671

Abstract

Pertumbuhan dan perkembangan kota-kota di Indonesia sangat berpengaruh pada perubahan spasial wilayah-wilayah di sekitarnya. Kawasan pinggiran yang awalnya adalah desa, kini berubah secara fisik menjadi kawasan kota baru yang ditandai dengan berkurangnya penggunaan lahan untuk pertanian di satu sisi penggunaan lahan untuk pemukiman dan kegiatan ekonomi semakin meningkat. Namun demikian, ketergantungan terhadap kota induknya sangat besar terutama untuk kegiatan pendidikan, bekerja dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab terjadinya pergerakan. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui bagaimana model bangkitan perjalanan dari kawasan pinggiran menuju kawasan perkotaan. Studi ini mengambil lokasi di wilayah Kota Kupang dengan wilayah pinggiran terdiri dari kawasan Penfui Timur dan sekitarnya. Model yang dikembangkan adalah menggunakan analisa regresi linier. Hasil menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap bangkitan perjalanan adalah jumlah anggota keluarga dengan koefisen regresi (0.2832), jumlah anggota keluarga yang bersekolah (0.3763) dan pendapatan (1.8*10-7) serta nilai konstanta sebesar 1.4062. Berdasarkan hasil ini maka untuk mengurangi perjalanan ke kota salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan memperluas akses untuk mendapatkan pendidikan di sekitar kawasan pinggiran sehingga perjalananan dengan tujuan sekolah ke kota dapat dikurangi.
APSEK PENANGANAN SAMPAH DALAM PENERAPAN PRINSIP GREEN BUILDING (STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUKO DI KUPANG) Theresia A. Bria; Tedy Wonlele; Melchior Bria
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 3 No 1 (2018): JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (967.247 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v3i1.193

Abstract

Bangunan Rumah Toko atau sering disingkat Ruko, tumbuh pesat di perkotaan sebagai imbas dari meningkatnya perekonomian suatu wilayah. Bahkan tidak hanya di kota, telah pula merambah hingga pedesaan, mengubah fungsi lahan pertanian menjadi bangunan Ruko. Hal ini jika tidak ditangani secara baik akan menimbulkan dampak yang negative jika dilakukan dalam skala besar dan bersifat massif. Untuk itu penelitian ini menggambarkan bagaimana pembangunan gedung merespon adanya prinsip green building yang tertuang dalam green building council khusus dalam hal penanganan sampah/limbah konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 21 % dari prinsip green building council dalam hal penanganan sampah yang diterapkan oleh pemilik maupun pelaksana pembangunan Rumah Toko. Sedangkan dai kriteria Prinsip Green Building Council dari aspek penanganan sampah, menurut responden memiliki tingkat kepentingan yang kuat sampai sangat kuat terhadap kriteria yang ada.
PERENCANAAN KOLOM PIPIH DAN KOLOM NON SIMETRIS UNTUK BANGUNAN BERTINGKAT RENDAH DI KOTA KUPANG Tedy Wonlele
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 1 No 1 (2016): JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1827.984 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v1i1.83

Abstract

Pada design struktur tahan gempa, struktur kolom pipih/tipis sudah jelas-jelas tidak direkomendasikan dalam peraturan tetapi bila kenyataanya harus digunakan, maka structural engineer-lah yang akan menurunkan kriteria perencanaannya. Tentunya hal tersebut hanya diterapkan pada batas-batas tertentu saja misalnya untuk gedung yang tidak terlalu tinggi, dengan tingkat keutamaan “ordinary“, sedangkan untuk struktur gedung yang tinggi hal tersebut tidak akan diperkenankan karena beban design dominan yang menentukan adalah beban gempa (beban horisontal). Demikian juga untuk gedung dengan tingkat keutamaan yang lebih tinggi seperti rumah sakit dan fasilitas publik penting lainnya. Penggunakan kolom pipih/tipis dalam design bangunan bertingkat rendah menjadi hal yang dapat dilakukan dengan tetap berpedoman pada SNI 03-2874-2002. Dimensi kolom sudut menggunakan kolom dengan penampang L dan untuk pertemuan denah yang membentuk arah saling tegak lurus menggunakan kolom dengan penampang T. Ukuran dimensi kolom terkecil yang direkomendasikan adalah 150 mm.
PENENTUAN KELAS KUAT KAYU LOKAL DI PULAU TIMOR SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Koilal Alokabel; Yermias Elvis Lay; Tedy Wonlele
JUTEKS : Jurnal Teknik Sipil Vol 2 No 2 (2017): JUTEKS (Jurnal Teknik Sipil)
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13317.274 KB) | DOI: 10.32511/juteks.v2i2.168

Abstract

Penggunaan kayu lokal sebagai bahan konstruksi di NTT umumnya dan Pulau Timor khususnya sering digunakan tidak hanya sebagai bangunan milik masyarakat tetapi juga pada bangunan negara atau proyek pemerintah. Jenis-jenis kayu lokal di Pulau Timor yang sering dipakai sebagai bahan konstruksi seperti Kayu Jambu Air, Kabesak, Johar, Mahoni, Ketapang Hutan, Jati Putih (Gamalina) dan beberapa jenis kayu lain yang banyak terdapat di Pulau Timor. Permasalahan yang sering timbul adalah klaim mutu kayu lokal yang tidak mudah dibuktikan oleh kontraktor karena sebagian besar kayu lokal belum masuk dalam daftar jenis mutu kayu dalam Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 atau SNI Kayu Tahun 2002. Hal ini menyebabkan ketidakpastian hukum kontrak antara pengguna jasa (pemerintah) dan penyedia jasa (kontraktor) karena umumnya untuk konstruksi syarat kelas kuat kayu dan mutu kayu wajib dicantumkan. Disatu sisi pengguna jasa menginginkan kayu sebagai bahan konstruksinya harus dari kayu kelas II misalnya sedangkan disisi yang lain penyedia jasa atau kontraktor menggunakan kayu lokal yang menurutnya termasuk kayu kelas II, karena ketersediaan kayu kelas II di pasaran sulit diperoleh. Hasil penelitian menunjukan bahwa kuat tekan rata-rata kayu Gamalin adalah 30,39 Mpa, kayu Kabesak 34 Mpa, kayu Johar 62,18 Mpa, kayu Jambu Air 48,58 Mpa, kayu Ketapang Hutan 33, 07 Mpa, kayu Mahoni 30,49 Mpa. Kadar air kayu Gamalin adalah 18,30 %, kayu Kabesak 17,73 %, kayu Johar 18,83 %, kayu Jambu Air 19,90 %, kayu Ketapang Hutan 18,85 %, kayu Mahoni 18,73 %. Berat jenis kayu Gamalin adalah 0,54 kayu Kabesak 0,62, kayu Johar 0,85, kayu Jambu Air 0,67, kayu Ketapang Hutan 0,58, kayu Mahoni 0,54. Hasil ini menunjukkan bahwa kayu lokal Timor sangat kuat, mempunyai kadar air yang baik dan mempunyai berat jenis yang baik pula.