Fikri Mourly Wahyudi
Universitas Bhakti Kencana

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Bersinergi Meningkatkan Pemahaman Nutrisi Melalui Pilar SDGS “Tanpa Kelaparan” Di Desa Rancaekek Kulon Deden Indra Dinata; Meti Sulastri; Fikri Mourly Wahyudi; R. Nety Rustikayanti; Widhya Aligita
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 12 (2022): Volume 5 No 12 Desember 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i12.7613

Abstract

ABSTRAK Global Hunger Index menunjukkan tingkat kelaparan dan kekurangan gizi di dunia terus mengalami penurunan sejak tahun 2000. Penurunan ini lebih jauh terus diupayakan melalui SDGs, yaitu pilar kedua: mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan. Salah satu indikator dari kondisi kekurangan gizi dapat terlihat dari insidensi kejadian stunting yang muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, dan sering menderita penyakit secara berulang akibat kebersihan serta sanitasi yang kurang baik. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat Desa Rancaekek Kulon tentang stunting, dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai stunting. Target sasaran untuk kegiatan penyuluhan ini yaitu ibu-ibu desa yang memiliki anak balita sehingga dapat lebih paham tentang bagaimana cara mencegah dan menghadapi stunting bila terjadi pada balitanya. Kata Kunci: Tanpa Kelaparan, Stunting, Penyuluhan ABSTRACT The Global Hunger Index shows that the level of hunger and malnutrition in the world has continued to decline since 2000. This reduction is further pursued through the second pillar of SDGs: ending hunger, achieving food security, improving nutrition, and promoting sustainable agriculture. One indicator of the condition of malnutrition can be seen from the incidence of stunting that appears as a result of long-standing conditions such as poverty, inappropriate parenting behavior, and often suffering from repeated diseases due to poor hygiene and sanitation. The method used to solve this problem is by providing counseling to the people of Rancaekek Kulon Village about stunting, with the aim of rising public health, increasing public knowledge,awareness, and concern for for stunting. The targets for this counseling are mothers who have children under five and need education about stunting to understand how to prevent and deal with stunting when it occurs in their toddlers. Keywords: Without Hunger, Stunting, Counseling
Implementasi KMK 722 Tahun 2020 tentang Standar Profesi Penata Anestesi Fikri Mourly Wahyudi
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkki.79992

Abstract

Penata anestesi adalah salah satu dari dua jenis tenaga kesehatan yang berwenang melakukan asuhan kepenataan anestesi di Indonesia. Sejak tidak lagi menjadi bagian dari profesi keperawatan, penata anestesi mempunyai peraturan perundangan dan kebijakan kesehatan yang mengatur kompetensi dan kegiatan profesionalnya. Standar profesi sebagai salah satu pedoman dalam melakukan pekerjaan dan menjadi rujukan penyusunan kurikulum pendidikan calon penata anestesi belum pernah dilakukan analisis ketercapaiannya, termasuk pada kompetensi keterampilan klinis. Penelitian ini bertujuan memotret tingkat ketercapaian dan pemenuhan keterampilan klinis penata anestesi di pelayanan. Jawa Barat dipilih sebagai tempat penelitian karena mempunyai jumlah penata anestesi terbanyak di Indonesia, yaitu 641 orang. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan menggunakan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang pernyataannya mengacu pada Standar Profesi Penata Anestesi yang diatur dalam KMK 722 Tahun 2020. Sampel dipilih secara acak dengan metode simple random sampling dan diperoleh 112 responden. Data yang terkumpul dianalisis dengan mencari nilai minimal, maksimal, dan mean. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh kompetensi dalam keterampilan klinis penata anestesi pernah dilakukan dengan derajat yang beragam. Adapun kegiatan yang paling jarang dilakukan adalah tindakan yang menyangkut metodologi asuhan dan penatalaksanaan resusitasi pada situasi emergensi dan bencana. Sehingga diperlukan pelatihan dan pendidikan yang lebih mendalam mengenai metodologi asuhan dan penatalaksanaan gawat darurat. Sementara kegiatan yang bersifat limpah wewenang dari dokter anestesi sering dan hampir selalu dilakukan penata anestesi. Hal ini menunjukan tingkat kepercayaan profesional diantara keduanya. Guna mempertahankan dan meningkatkan hubungan tersebut, diperlukan pelatihan dan pendidikan lebih jauh mengenai Interprofessional Education.