Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Planning of Vegetative Structures for Coastal Protection Based on Analysis of the Results of Coastal Substrate in Palu Bay Suprabadevi Ayumayasari Saraswati; Ni Luh Watiniasih; Arie Setiadi Moerwanto; Husnayaen Husnayaen
Advances in Tropical Biodiversity and Environmental Sciences Vol 6 No 3 (2022): ATBES
Publisher : Institute for Research and Community Services Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ATBES.2022.v06.i03.p02

Abstract

An earthquake followed by a tsunami occurred on September 28, 2018, in Central Sulawesi. National Disaster Management Agency recorded that 2,113 people died from the earthquake and tsunami, spread over 1,703 people in Palu City, 171 people in Donggala Regency, 223 people in Sigi Regency, 15 people in Parigi Moutong Regency, and Pairskayu Regency with a total of 15 people. 1 person. According to satellite imagery data obtained [2], damage to buildings that occurred in Palu City reached 2,403 buildings and caused the paralysis of Palu City from various aspects, around 70,000 people were accommodated in temporary shelters. Structural mitigation efforts to reduce the impact of damage from natural disasters can be done naturally or artificially. One of the natural structural mitigation efforts in the coastal area of ??Palu City is the creation of a coastal green belt or generally called a Greenbelt. Planting coastal vegetation and mangroves and maintaining existing coastal forest ecosystems is a disaster mitigation effort. Coastal forest ecosystems and mangroves have strong and sturdy root systems that can grip the deepest soil layers. The canopy is flat and dense, and dense at all times, making coastal forests and mangroves an ideal natural protection against the threat of disasters in coastal areas. The purpose of this research is to plan the formation of coastal forests (Planning Vegetative Structure for Coastal Protection) in Palu City Bay. The method used in this research is a descriptive method, namely by field observation, which is carried out to determine the existing condition of vegetation in the coastal area of ??Palu Bay. Based on the results of the analysis, at 23 measurement points, it was found that the thickness of the fine sediment at the bottom of the water ranged from 1-10 cm, while the results of the analysis of the thickness of the coarse sediment ranged from 1-26 cm. The sediment population in Palu City has the characteristics of Gravel (gravel) and Sand (sand). The potential content of TSS in the water column reaches 188 mg/L.
Pelatihan Pengolahan Minyak Jelantah Menjadi Sabun Cuci Batangan dan Lilin Aromaterapi Husnayaen Husnayaen; Suci Rahmawati; Dwi Puspa Arini; Chonnaniyah Chonnaniyah; Windy Lestari; Alfian Anhar
Bumi Lestari Journal of Environment Vol 23 No 1 (2023)
Publisher : Environmental Research Center (PPLH) of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/blje.2023.v23.i01.p01

Abstract

Cooking oil is one of the primary ingredients that must be available for the household needs of Indonesians. Population growth, industrial development, restaurants, and fast-food restaurants cause the use of cooking oil to increase. The increase in the use of cooking oil will cause an increase in frying waste. Waste cooking oil that is not managed properly will cause pollution. Lack of public awareness of the dangers of waste cooking oil to the environment so there is a need for guidance to the community regarding the dangers of disposing of used cooking oil waste into the environment and providing solutions for the use of waste cooking oil in new products that have economic value. Therefore, as a community service from the Institute of Science and Technology of Nahdlatul Ulama Bali (ISTNUBA), we try to invite the community in Banjar Anyar Village, Kediri, Tabanan Regency, Bali to be able to participate in training on processing waste cooking oil into bar washing soap and aromatherapy candles. The method is counseling and distribution of brochures about the dangers and benefits of waste cooking oil. This training activity is expected to increase public knowledge and awareness of managing waste cooking oil and can open up entrepreneurial opportunities, create jobs and improve the living standards of the surrounding community.
PEMETAAN SEBARAN DAN KERAPATAN HUTAN MANGROVE MENGGUNAKAN MACHINE LEARNING PADA GOOGLE EARTH ENGINE DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI PULAU BALI Husnayaen Husnayaen; Philosofia Amela; Dwi Puspa Arini; I Kadek Adiana Putra
Jurnal Perikanan Vol 13 No 1 (2023): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v13i1.474

Abstract

Hutan mangrove sedang menghadapi masalah seperti deforestasi, sehingga perlu pemantauan dan pemetaan hutan mangrove khususnya di Pulau Bali. Penyebab utama hilangnya hutan mangrove adalah kegiatan antropogenik, termasuk akuakultur, pertanian, dan pembangunan perkotaan. Di wilayah yang luas seperti pulau Bali, penyediaan data sebaran mangrove dan pemantauan perubahan kondisi vegetasi memerlukan waktu proses yang lama bila dilakukan dengan interpretasi citra secara konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi luasan sebaran dan kerapatan hutan mangrove untuk memberikan informasi terbaru kepada pemerintah. Metode yang digunakan adalah CART Supervised Classsification di Google Earth Engine (GEE) dan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di ArcMap. Platform Google Earth Engine (GEE) memiliki koneksi big data yang dapat mengolah data berbasis cloud dengan berbagai algoritma machine learning. Kajian ini berfokus pada tiga zona utama yaitu zona A meliputi Kabupaten Buleleng dan Jembrana, Zona B yang meliputi Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, dan Zona C yang masuk dalam Kabupaten Klungkung. Hasil pemetaan sebaran hutan mangrove memiliki nilai overall accuracy sebesar 95.7% sedangkan kappa accuracy sebesar 91.2%. Total luas hutan mangrove pada tahun 2021 di Pulau Bali adalah 2,488.7 Ha. Kerapatan hutan mangrove terlebat terletak di kawasan Tahura Ngurah Rai (Zona B) yaitu Kota Denpasar dan Kabupaten Badung masing-masing 335.9 Ha dan 261.1 Ha. Kota Denpasar dan Kabupaten Badung juga merupakan dua kawasan mangrove terluas di Pulau Bali dengan luas masing-masing adalah 590.5 Ha dan 662.5 Ha.
Analisis Timbulan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Binongko, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur Riyani Bela; Suci Rahmawati; Husnayaen Husnayaen; Jumiati Jumiati; Dwi Puspa Arini
Jurnal Pendidik Indonesia (JPIn) Vol 5, No 2: Oktober 2022
Publisher : Yayasan Pendidikan Intan Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47165/jpin.v5i2.472

Abstract

Sampah rumah tangga merupakan hasil sisa kegiatan manusia yang dianggap tidak memiliki nilai guna dan dibuang ke lingkungan yang bersumber dari perumahan. Kelurahan Binongko merupkan salah satu kelurahan yang beraada di kota Kalabahi, kabupaten Alor yang cukup berpotensi menghasilkan sampah rumah tangga mengingat padatnya perumahan yang berada diwilayah kelurahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menngetahui berapa besar timbulan sampah rumah tangga dan komposisi sampah yang dihasilkan dari setiap perumahan yang berada di kelurahan Binongko.Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif kuantitatif yaitu suatu analisis dengan menggunakan data dan grafik dan untuk menentukan pemetaan beberapa jenis perumahan maka digunakan metode SNI tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan.Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis perumahan yang menghasilkan timbulan sampah terbesar di wilayah kelurahan Binongko adalah jenis perumahan permanen dengan besaran timbulan yang dihasilkan adalah 0,5871 kg/orang dan dan disuse jenis perumahan semi permanen dengan besaran timbulan 0.5662 kg/orang dan yang paling kecil adalah jenis perumahan non permanen dengan besaran timbuan 0.4447 kg/orang. Untuk volume dan beraat jens sampah juga masih didominasi oleh jenis perumahan permanen yaitu besaran volume mencapai 0.0578 m3/orang dan besaran berat jenis sampah adalah 62,7181 kg/m3. Sementara berat komposisi sampah yang dihasilkan dari ketiga jenis perumahan adalah sisa makanan dan daun. Dari ketiga jenis perumaha ini masing-masing menghasilkan berat komposisi sampah yakni perumahan permanen 1,0641 kg, perumahan semi permanen 1,438 kg, dan perumahan non permanen 1,4502 kg. Jadi besaran timbulan sampah rumah tangga di wilayah kelurahan Binongko lebih di dominasi oleh sampah organik yaitu sisa makanan dan daun.