Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LOMPENTODEA KECAMATAN PARIGI BARAT KABUPATEN PARIGI MOUTONG Rahman, Abd.; Hasanah, Hasanah; Wulan, Nur Suci Dwi
Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 7, No 2 (2016)
Publisher : Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.89 KB)

Abstract

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Dimana prevalensi penyakit kusta di Kabupaten Parigi Moutong pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2012 sebesar 2,6%, pada tahun 2013 sebesar 4,8% , dan 5,7% pada tahun 2014. Salah satu penyebab tingginya angka penemuan penderita kusta karena tidak adanya pelaksanaan penyuluhan kelompok. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Lompentodea Kecamatan Parigi Barat Kabupaten Parigi Moutong. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jumlah informan keseluruhan adalah 6 informan yang terdiri 1 informan kunci (key informan), 1 Informan biasa, dan 4 Informan tambahan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisa isi (content analisis) dengan teknik matriks. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari aspek input yakni program bisa berjalan dengan baik meskipun adanya keterbatasan SDM, dana dan fasilitas, Process dalam pelaksanaan program sudah sesuai dengan SOP yang sudah di tentukan oleh Dinas Kesehatan, output pada monitoring dan evaluasi pelaksaan program sudah berjalan baik dengan pelaporan yang dilakukan tiga bulan sekali. Diharapkan Dinas Kesehatan terkait untuk memaksimalkan dana untuk pelaksanaan program kusta sehingga input, process yang belum maksimal bisa teratasi dengan efektif dan efesien.Kata kunci: Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Kusta, Input, Process dan Output
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HEMOROID DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) ANUTAPURA PALU Rau, Muh. Jusman; Hasanah, Hasanah; Dewi, Ni Luh Konis Sintia
Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Hemoroid merupakan pelebaran pembuluh darah balik yang terletak di daerah anorektal. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya, antara lain kurang mengkonsumsi serat, konstipasi, umur, keturunan, tumor abdomen, pola buang air yang salah, pekerjaan dan kehamilan yang mengganggu sfingter ani, sehingga menyebabkan hemoroid. World Health Organization (WHO) menyatakan angka kejadian hemoroid akan meningkat hingga 350 juta jiwa pada tahun 2030. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko umur, pekerjaan, riwayat keluarga dan konstipasi dengan kejadian Hemoroid di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik dengan pendekatan  case control study. Jumlah sampel sebesar 40 pasien hemoroid dan  80  pasien non hemoroid, diambil dengan  menggunakan teknik accidental sampling. Data dianalisis secara analisis univariat serta analisis bivariat   dengan menggunakan uji Odd Ratio (OR), pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan umur (OR=3,769 pada CI 95% 1,327–10,703), pekerjaan (OR=1,535 pada CI 95% 0,962–3,404), riwayat keluarga (OR=6,926 pada CI 95% 2,889–16,605) dan konstipasi (OR=2,772 pada CI 95% 1,220–6,299) merupakan faktor risiko kejadian hemoroid. Disarankan kepada masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat, minum banyak air dan melakukan olahraga ringan serta istirahat yang cukup, mengingat Hemoroid lebih berisiko  pada usia dewasa produktif, pekerja berat dan keturunan. Pencegahan merupakan cara yang sangat efektif  untuk mengurangi kasus Hemoroid. Kata Kunci : Hemoroid, Faktor Risiko, Konstipasi.
PERBEDAAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN DAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI DAERAH PANTAI DAN DAERAH PEGUNUNGAN KECAMATAN SINDUE Rahman, Nurdin; Hasanah, Hasanah; Nurfadilah, Nurfadilah
Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 5, No 2 (2014)
Publisher : Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.604 KB)

Abstract

ABSTRAK   Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan masalah gizi yang ada di Masyarakat, dimana perbedaan daerah pantai dan pegunungan mempunyai lingkungan yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan komoditi, pola produksi dan beragamnya jenis serta jumlah pangan yang dihasilkan sangat mempengaruhi status gizi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecukupan energi, protein dan status gizi anak Sekolah Dasar Negeri daerah pantai dan daerah pegunungan Kecamatan Sindue. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Jumlah populasi yaitu 69 siswa yang semuanya dijadikan responden (total sampling). Hasil uji Independent Sample t test  menunjukkan terdapat perbedaan kecukupan energi anak Sekolah Dasar Negeri daerah pantai dan daerah pegunungan (ρ=0,000). Terdapat perbedaan kecukupan protein anak Sekolah Dasar Negeri daerah pantai dan daerah pegunungan (ρ=0,000), uji Mann-Whitney test terdapat perbedaan status gizi anak Sekolah Dasar Negeri daerah pantai dan daerah pegunungan (ρ=0,017), Diharapkan kepada pemerintah daerah setempat agar memperhatikan pemerataan sumber daya alam yang ada antara daerah pantai dan pegunungan, serta diharapkan juga kepada institusi terkait yaitu Sekolah Dasar Negeri agar memperhatikan konsumsi makanan jajanan anak selama berada di lingkungan sekolah. Kata Kunci : Kecukupan Energi, Protein, Status Gizi, Pantai, Pegunungan
Knowledge and Intention to Use Personal Protective Equipment among Health Care Workers to Prevent Tuberculosis Hasanah, Hasanah; Pudji Setiawati, Elsa; Apriani, Lika
Althea Medical Journal Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Althea Medical Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.246 KB)

Abstract

Background: Tuberculosis (TB) is one of the main world health problems. Indonesia has the fourth highest incidence in the world. Tuberculosis is very infectious, but it can be prevented in high risk group such as health care worker by using personal protective equipment (PPE). This study aimed to reveal knowledge and intention to use PPE among health care worker to prevent TB transmission in Public Health Center (Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas) in Bandung.Methods: Descriptive study was conducted from September to October 2014 in 15 Puskesmas in Bandung. Those 15 Puskesmas had been reported as having the highest incidence in TB cases. Ninety seven health care workers were assessed using questionnaire. Samples were obtained using purposive sampling method. Data were collected and analyzed for frequency and proportion.Results: Among 97 health care workers, 76 (78.4%) had good knowledge, 16 (16.5%) had sufficient knowledge, and 5 (5.2%) had poor knowledge. Based on intention of PPE usage among health care workers, it was found that 41.2% had positive intention and 58.8% had negative intention.Conclusions: Most of health care workers have good knowledge about TB transmission, however, intentions to use PPE are low. [AMJ.2016;3(1):120–5]DOI: 10.15850/amj.v3n1.713
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Dengan Latihan Berstruktur Terhadap Hasil Belajar Siswa Hasanah, Hasanah; Suyidno, Suyidno; Wati, Mustika
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2, No 1 (2014): Februari 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/bipf.v2i1.817

Abstract

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan pembelajaran yang berlangsung tidak berbasis konstruktivis. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar dan (2) pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian menggunakan quasi experimental dengan pretest-pottest control group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pada pengujian komparasi thitung = 3,19 > ttabel = 2,64 sehingga ada perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar dan (2) pada pengujian korelasi rxy = 0,70 dan  thitung = 6,07 > ttabel = 1,69 sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan latihan berstruktur berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan latihan berstruktur berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Banjar Selatan 2 Banjarmasin pada materi ajar cahaya. 
PENILAIAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP PERFORMANCE PRISM DI UNIT RAWAT JALAN RSUD UNDATA PALU Napirah, Muh. Ryman; Hasanah, Hasanah; Hutabarat, Laura Cindy Claudya
Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 8, No 1 (2017)
Publisher : Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.697 KB)

Abstract

Penilaian kinerja merupakan hal yang essensial bagi suatu organisasi kinerja, organisasi yang baik harus mencerminkan peningkatan atau pertumbuhan dari suatu periode ke periode berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Unit Rawat Jalan RSUD Undata Palu yang diukur dengan konsep Performance Prism. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh stakeholder yang terlibat dalam Unit Rawat Jalan RSUD Undata Palu yang terdiri dari manajemen, tenaga kesehatan, pasien dan instansi terkait yang bekerja sama dengn unit ini. Objek dalam penelitian ini adalah aktivitas kinerja pada Unit Rawat Jalan RSUD Undata Palu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing stakeholder masih merasa belum puas dengan kinerja unit rawat jalan, untuk strategi unit rawat jalan menggunakan sistem remunerasi, selama proses pelaksanaan strategi, Kepala unit rawat jalan RSUD Undata Palu, berperan penting dalam melaksanakan penilaian serta evaluasi, sementara untuk kapabilitas tidak adanya peningkatan terhadap tenaga kesehatan dan juga ketersediaan fasilitas medis serta Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi tenaga kesehatan, dan kontribusi stakeholder, yang diharapkan setiap keterbatasan SDM maupun fasilitas mendapatkan bantuan pemerintah melalui APBD. Secara keseluruhan kinerja unit rawat jalan RSUD Undata Palu masih berada pada skala performa yang kurang, melalui berbagai perspektif yang ada, dan penilaian dari stakeholder. Penilaian ini diharapkan menjadi landasan pihak manajemen untuk mengevaluasi dan menentukan rencana kerja perbaikan sehingga harapan dari semua stakeholder dapat terpenuhi.Kata Kunci : Performance Prism, Penilaian Kinerja
Kemampuan Berbahasa Anak Autistik Usia 6 Tahun hasanah, hasanah
Jurnal Qiroah Vol 1 No 2 (2018)
Publisher : Prodi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.006 KB) | DOI: 10.33511/qiroah.v1i2.27

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang fenomena kemampuan berbahasa pada anak autistik usia 6 tahun di lingkungan Sekolah Cita Buana dan di TK Rigatrik YPK PLN di Jakarta Selatan dan di luar sekolah tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Analisis data menggunakan model Campbell dengan tahap langkah-langkah analisis data: (1) Pernyataan Umum, (2) Pemilihan Pernyataan, dan (3) Membuat Peta konsep. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan berbahasa anak autistik mengalami masalah dalam mengeluarkan bunyi kata dari alat ucap seperti menyebutkan huruf “r” dan “s”, (2) anak autistik yang biasa disuguhi tayangan TV cable mengalami masalah dalam memahami arti kata dalam dua bahasa atau lebih, (3) anak autistik belajar mengenal kata melalui proses pengalaman yang didapatinya sehari-hari, (4) anak autistik dapat memahami bahasa perintah, bertanya, menjawab, memberikan informasi secara sederhana, (5) anak autistik perlu mendapatkan perhatian khusus dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan individual, metode, serta media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran saat itu, (6) anak autistik dapat lebih mengembangkan kemampuan bahasanya melalui terapi wicara dan  diet gluten, (7) anak autistik akan mengalami pengembangan bahasa bila mendapatkan perhatian lebih dari seorang ayah, (8) anak autistik harus mendapatkan pola asuh yang sesuai dengan kebutuhan, (9) peranan pendidik dalam mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu menstimulasi anak autistik untuk terbiasa mengungkapkan sesuatu, (10) dan anak autistik mengembangkan kemampuan berbahasanya melalui lingkungan.
REVOLUSI DUNIA TELEKOMUNIKASI DENGAN SERAT OPTIK Hasanah, Hasanah
Elektronika Telekomunikasi & Computer Vol 4, No 1 (2009): Desember
Publisher : Elektronika Telekomunikasi & Computer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.72 KB)

Abstract

Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain dengan kecepatan tinggi dengan harga yang lebih murah daripada system kawat tembaga. Sistem serat optik dikatakan merevolusi dunia telekomunikiasi, karena dibandingkan dengan sistem konvensional menggunakan kabel logam (tembaga) biasa, serat optik memiliki beberapa kelebihan, antara lain: 1) Redaman transmisi yang kecil, 2) Bidang frekuensi yang lebar, 3) Ukurannya kecil dan ringan, 4) Tidak ada interferensi, 5) Kelebihan lain. Adanya isolasi antara pengirim (transmitter) dan penerimanya (receiver), tidak ada ground loop serta tidak akan terjadi hubungan api pada saat kontak atau terputusnya serat optik. Dengan demikian sangat aman dipasang di tempat-tempat yang mudah terbakar. Seperti pada industri minyak, kimia, dan sebagainya. Teknologi serat optik, menggunakan cahaya untuk mengirimkan informasi (data). Cahaya yang membawa informasi dapat dipandu melalui serat optik berdasarkan fenomena fisika yang disebut total internal reflection (pemantulan sempurna). Secara tinjauan cahaya sebagai gelombang elektromagnetik, informasi dibawa sebagai kumpulan gelombang-gelombang elektro-magnetik terpandu yang disebut mode. Serat optik terbagi menjadi 2 tipe yaitu single mode dan multi mode. Secara umum system komunikasi serat optik terdiri dari : transmitter, serat optik sebagai saluran informasi dan receiver. Pada transmitter terdapat modulator, carrier source dan channel coupler, pada saluran informasi serat optik terdapat repeater dan sambungan sedangkan pada receiver terdapat photo detector, amplifier dan data processing. Sebagai sumber cahaya untuk sistem komunikasi serat optik digunakan LED atau Laser Diode (LD).Kata Kunci : Serat optik, merevolusi, saluran informasi, transmitter, modulator, carrier source, channel coupler, LED, photo detector.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI SELULER GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION (GSM) Hasanah, Hasanah
Elektronika Telekomunikasi & Computer Vol 4, No 2 (2010): Juni
Publisher : Elektronika Telekomunikasi & Computer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.932 KB)

Abstract

Global System For Mobile Communication (GSM) merupakan standar yang diterima secara global untuk komunikasi selular digital. GSM adalah nama group standarnisasi yang di mapankan pada tahun 1982 untuk menghasilkan standar telepon bergerak di Eropa, digunakan sebagai formula spesifikasi untuk system selular radio bergerak yang bekerja pada frekuensi 900 Mhz. Teknologi komunikasi selular sebenarnya sudah berkembang dan banyak digunakan pada awal tahun 1980-an. Namun teknologinya yang masih analog membuat sistem yang digunakan bersifat regional sehingga sistem antara negara satu dengan yang lain tidak saling kompatibel dan menyebabkan mobilitas pengguna terbatas pada suatu area sistem teknologi tertentu saja. Pada awal pengoperasiannya, GSM telah mengantisipasi perkembangan jumlah penggunanya yang sangat pesat dan arah pelayanan per area yang tinggi, sehingga arah perkembangan teknologi GSM adalah DCS (Digital Cellular System) pada alokasi frekuensi 1800 Mhz. Keuntungan dari sistem teknologi digital adalah mudahnya pensinyalan, interferensi yang lebih rendah, terintegrasinya transmisi dan switching, dan bertambahnya kemampuan untuk mencukupi permintaan kebutuhan kapasitas. Perangkat-perangkat telekomunikasi GSM kini telah tersebar luas di seluruh lapisan masyarakat, dominasinya belum mampu disaingi oleh perangkat CDMA meskipun CDMA terus mengalami peningkatan jumlah user. Teknologi GSM yang kita pakai saat ini menggunakan frekuensi 900MHz dengan daya jangkau 1,5 km sampai 2 km saja. Akan tetapi, daya jangkau itu dapat diperluas dengan menggunakan antena payung yang tinggi (umbrella). Dengan penggunaan antena payung, jarak jangkau GSM dapat mencapai 35 km.Kata kunci : Seluler, Standarnisasi, Pensinyalan, Interferensi, Switching, Transmisi
EVALUASI PRAKTIK KERJA INDUSTRI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Malik, Muh. Nasir; Hasanah, Hasanah
Indonesian Journal of Educational Studies Vol 18, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.148 KB) | DOI: 10.26858/ijes.v18i2.3634

Abstract

The research objective was to evaluate  the readiness of the management of the implementation of vocational practice in the industry,  The process of implementation, and  factors constraints. Evaluative descriptive method CIPP models. The research sample are 12 public and private vocational taken proportionate stratified random sampling. The results showed: (1) evaluation of context is high, namely: (a) the quality of student competence, (b) the suitability of the implementation of the program with school policy, and (c) management readiness is high; (2) evaluation of input is very high, namely: (a) the readiness of student competence, (b) the readiness of the management of the school program, and (c) the readiness of teacher competence; (3) evaluation of the process, namely: (a) the process of implementation of the program running on schedule, but less relevant to the competencies required of students, (b) factors inhibiting factor, the lack of cooperation with the industry; and (4) evaluation of products is quite high, namely: (a) creating a link and match learning in schools, (b) increase student competence