Shabrina An Adzhani
UIN Raden Mas Said Surakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya

Backlash As a Counter Assault to Woman’s Progress: Feminism Reading on Habiburrahman El Shirazy’s Novel Cinta Suci Zahrana Shabrina An Adzhani
SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/suluk.2022.4.1.70-79

Abstract

This study tries to reveal the backlash contained in Habiburrahman El Shirazy’s novel, Cinta Suci Zahrana. The novel is mostly viewed as promoting feminist values in which the main character is fighting for her dream in education. However, it carries backlash, which is defined as a counter assault toward woman’s progress. In Faludi’s theory, backlash, taking form in myth constructed by patriarchal culture, is used to spread believes that progress women made cause only misery. It is trying to put woman back to inferiority by showing that what they are trying to achieve can make them suffer. This sudy investigates whether the ideas containing backlash appear in Habiburrahman’s Cinta Suci Zahrana. By using qualitative methods and deconstruction reading, this study reveals a discourse that seems to be about women’s struggle, yet carries backlash which takes a form of consequences of the struggle. The result shows that there are backlash ideas taking form as consequences the main character, Zahrana, has to suffer because of her persistence in pursuing her study. Revealing the backlash and how it is presented, this study offers different point of view, not from religious context but limiting the discussion in cultural context. The result is expected to promote critical reading and becomes a contribution to research about backlash.
Belenggu Maskulinitas dalam Kultur Matrilineal Minangkabau: Ambivalensi Sitti Nurbaya dan Beberapa Citra Kolosal Gender pada Roman Marah Roesli Moh Atikurrahman; Wahidah Zein Br Siregar; Shabrina An Adzhani
SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 2 (2022): September
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/suluk.2022.4.2.94-104

Abstract

Meskipun Marah Roesli menempatkan perempuan sebagai sorot utama karya gubahannya, namun tampilan judul roman belum cukup sugestif untuk memuaskan horison harapan pembaca berlensa feminis mengenai kode-kode gender dalam Sitti Nurbaya (1920). Sebaliknya, keberadaan protagonis perempuan dalam roman justru tampak problematis. Pertama, Sitti Nurbaya tidak dilihat dari kacamata seorang perempuan (pengarangnya laki-laki). Kedua, protagonis perempuan justru ditempatkan sebagai gravitasi konflik maskulin yang menyebabkan Samsulbahri dan Datuk Meringgih berseteru. Tulisan ini mengetengahkan pelbagai citra feminitas yang dinarasikan melalui tokoh-tokoh feminin dalam roman Marah Roesli. Tidak hanya berfokus pada sosok Sitti Nurbaya, sosok seperti Putri Rabiah, Sitti Fatimah, dan Sitti Alimah justru menawarkan citra keperempuanan yang lebih menarik dan mengesankan. Putri Rabiah mewakili gambaran perempuan Minangkabau yang diberkati kultur matrilinel yang menempatkan perempuan sebagai poros sosial, ekonomi, budaya Minangkabau. Sedangkan Sitti Fatimah dan Sitti Alimah merepresentasikan citra kosmopolit dan radikal dari lingkungan keluarga saudagar Melayu di awal kemodernan Melayu.