Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TANIN ASAL CHESNUT PADA SISTEM KEKEBALAN DARAH TIKUS (Rattus norvegicus): Effect of Addification Tannin Extract from Chesnut in Rat (Rattus norvegicus) Blood Imunity Tekad Urip Pambudi Sujarnoko; Dudi Firmansyah
Jurnal Sains Terapan : Wahana Informasi dan Alih Teknologi Pertanian Vol. 12 No. 1 (2022): Jurnal Sains Terapan : Wahana Informasi dan Alih Teknologi Pertanian, Volume 1
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jstsv.12.1.66-73

Abstract

This study aimed to observe effect of tannin from chestnut extract on the immune system of rats. Tannin in chestnut easily hydrolyzed into sugar and phenol groups, this is very different with largely tannin from other plants which are more condensed. The phenol group in chestnut tannins increased the rat immune, because it is capable of being an antioxidant and antibacterial in the digestive and blood metabolism of rats. In this observation used 8 male adult rats with age more than 90 days. The first treatment is rat feeder without chesnut extract and the second treatment is rat feeder with 0.25% chestnut extract from dry matter of feed. This research was being tested with independent T-test method with 4 replication. The results of the study that the addition of 0.25% chestnut extract from dry matter had no effect on consumption and increased body weight, increased cell capacity of rats p<0.05, there was an increase in active cells p<0.01, and increased bacterial mortality of Salmonella pullorum in the blood test. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengamati pengaruh pemberian tanin dari ekstrak chesnut terhadap daya tahan tubuh tikus. Tanin pada chesnut merupakan senyawa yang mudah terhidrolisis menjadi gugus gula dan fenol, hal ini sangat berbeda dengan tanin pada beberapa tumbuhan yang lebih bersifat terkondensasi. Gugus fenol pada tanin chesnut diperkirakan dapat meningkatkan daya tahan tubuh tikus, karena mampu menjadi antioksidan dan antibakteri di dalam metabolisme pencernaan dan darah tikus. Pengamatan pada penelitian ini dilakukan pada 8 ekor tikus dewasa dengan umur lebih dari 90 hari yang diberi perlakuan berbeda. Perlakuan pertama adalah pemberian pakan tanpa ekstrak tanin chesnut dan perlakuan kedua adalah tikus dengan pakan yang ditambah ekstrak tanin chesnut sebanyak 0,25% dari bahan kering pakan. Rancangan analisis pada penelitian ini menggunakan uji T independent dengan 4 ulangan pada setiap perlakuan. Hasil penelitian penambahan 0,25% ekstrak chesnut dari bahan kering tidak berpengaruh terhadap konsumsi dan peningkatan bobot ternak, kapasitas sel tikus meningkat p<0,05, terjadi penambahan sel aktif p<0,01, dan meningkatnya kematian baketri Salmonella pullorum pada uji darah tikus yang dilakukan uji tantang.
Identifikasi Penyebab Penyakit Kulit pada Domba di Peternakan Kandangku Bogor Erni Sulistiawati; Heryudianto Vibowo; Surya Kusuma Wijaya; Dwi Budiono; Tekad Urip Pambudi Sujarnoko
Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 25, No 1 (2023): Jurnal Peternakan Indonesia
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jpi.25.1.29-36.2023

Abstract

Penyakit kulit menjadi salah satu isu penting pada peternakan karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat dampak zoonosis, penurunan kualitas dan harga jual ternak domba. Penyebab penyakit kulit seperti dermatofit dan infestasi ektoparasit menjadi perhatian serius. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi penyebab penyakit kulit pada ternak domba yang baru didatangkan ke peternakan guna membantu peternak agar tidak terjadi kesalahan dalam mengenali jenis penyakit kulit sehingga dapat membantu dokter hewan dalam penentuan penanggulangan yang tepat. Penelitian dilakukan pada 10 ekor domba yang baru hadir pada lokasi peternakan Kandangku, Bubulak Bogor yang dilaksanakan pada tanggal 13 dan 23 September 2022. Teknik koleksi data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan klinis dan pencatatan body condition score (BCS), hasil evaluasi mikroskopik dari sampel rambut dan kulit menggunakan metode kerokan kulit dan trichogram. Jika hasil mikroskopik menemukan spora jamur, selanjutnya dilakukan kultur dermatofit menggunakan Kruse Dermatophyte Test serta pemeriksaan sitologi kultur. Gejala klinis pada kedua penyebab penyakit kulit sangat serupa yakni alopesia, rambut rapuh, berketombe dan keropeng sedangkan rata-rata BCS sekitar 1.3. Hasil pemeriksaan kerokan kulit ditemukan ektoparasit Bovicola ovis pada dua ekor domba, hasil pemeriksaan trichogram berupa temuan spora jamur dermatofit ditemukan pada seluruh domba yang diteliti, sedangkan pemeriksaan lanjut kultur dermatofit menunjukkan hasil mikroskopik adanya bentuk hifa dan jenis konidia jamur non dermatofit yaitu Aspergillus sp. Pencegahan dan penanggulangan dini terhadap kedua penyebab penyakit kulit memerlukan perhatian untuk mencegah kerugian peternak diantaranya dengan peningkatan BCS melalui pemenuhan nutrisi hewan didukung dengan sanitasi.
Pengaruh Teknik Silase Pakan Komplit Tersuplementasi Ampas Tahu Berprotein Kasar Berlebih pada Domba Secara InVivo Tekad Urip Pambudi Sujarnoko; dwi budiono; Dudi Firmansyah; Tenti Rahmawati
Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Vol 8 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia
Publisher : Universitas Islam Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32503/fillia.v8i1.3420

Abstract

Tofu dregs are feed ingredients with high nutritional content and easy to rot. Therefore a silage storage technique is needed to preserve and reduce environmental pollution. The process of preserving high-protein feed by silage has a weakness in the process of lowering the pH. This happens because the ammonia from the deamination process is alkaline . The silage processing can converting some nutrients into organic acids which can improve livestock health and production. The Complete feed silage which was supplemented with tofu dregs was carried out on thin-tailed local rams aged 8-10 months and body weight 16-18 kg. The rams were grouped to 4 groups. The first gorup was P0 = complete feed which was suplemented with tofu dregs without silage processing compared to P1 = P0 + silage processing which was fermented for at least 14 days. The data then analyzed using t-independent method in a randomized block design on the basis of body weight. The results of the study showed that the average dry matter consumption of livestock was not significantly different P>0.1, the increase in monthly weight was higher in group P1 with a P value <0.05, the silage process increased the efficiency of p<0.05. Both treatment had no effect on cholesterol, blood urea nitrogen (BUN), glucose, red blood grains and white blood grains. So it can be concluded that feeding by silage is better than fresh . Keywords: Silage, rams, tofu dregs
Analysis of Youth Interest in Work as Sheep Farmers at P4S LKP2U M. Yusuf; L. Cyrilla; H. Nuraini; T. U. P. Sujarnoko
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan
Publisher : Department of Animal Production and Technology, Faculty of Animal Science, IPB University in associated with Animal Scientist's Society of Indonesia (HILPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jipthp.11.2.94-100

Abstract

An increase in the number of demands for lamb meat every year represents livestock business opportunity while the supply from smallholder farmers continues to decline, causing prices to rise yearly. Sustainability is important in the sheep farming business, which older farmer dominated. The objective of this research was to assess the inclination of the younger population towards pursuing careers as sheep farmers after participating at the Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) of Lembaga Kajian dan Pengembangan Potensi Umat (LKP2U) program in the Madiun Regency. Novelty of the research is the presentation of the latest information on youth interest in working as a farmer. Data collection was carried out in December 2022 using non-probability sampling. The data in this study were analyzed using a Likert scale to measure entrepreneurial interest and demographic factors. Furthermore, a binary logistic regression analysis was conducted to determine the relationship between the predictor and response variables. Youth interest after participating in the training program chooses an interest in working as a sheep farmer at 70%. Factors that influence youth interest after attending the training program towards employment as a sheep farmer are demographic factors namely age, marital status, duration of education, parents occupation, parents income, family members, and entrepreneurial factors (e.g personal, environmental, and social).
Mendorong Model Pertumbuhan Ekonomi Sirkular melalui Penerapan Pertanian-Peternakan Regeneratif di Desa Sendangsari dalam Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Alfian Helmi; Ari Wibowo; Tekad Urip Pambudi Sujarnoko
Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika Vol 5 No 3 (2023): Policy Brief Pertanian, Kelautan dan Biosains Tropika
Publisher : Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agro-maritim.5.3.644-649

Abstract

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, terdapat 3 rekomendasi utama untuk pemerintah Desa Sendangsari dalam untuk mengimplementasikan model ekonomi sirkuler dengan penerapan pertanianpeternakan regeneratif, yakni sebagai berikut: 1) Pemerintah Desa bersama dengan BUMDes, Kelompok Tani-Ternak dan Kelompok Perempuan perlu duduk bersama guna menentukan arah pengembangan desa dan pembagian peran masing-masing dalam rangka penerapan model ekonomi sirkuler pertanian-peternakan regeneratif. Pembagian peran ini juga bisa dilakukan dengan melibatkan INFID dan IPB sebagai mitra eksternal untuk peningkatan kapasitas SDM di masing-masing lembaga desa. 2) Peningkatan kapasitas SDM perlu terus dilakukan, misalnya dengan melakukan pelatihan manajemen bisnis pakan dan pembuatan pakan sistem silase berbahan dasar limbah hasil samping pertanian pada anggota BUMDes. Selain itu, pelatihan yang menyangkut aspek pemeliharaan, pencegahan dan pengobatan ternak juga perlu terus menerus dilakukan dengan disertai pendampingan intensif. Pelatihan pemanfaatan pupuk kandang dengan metode bokashi untuk melakukan optimasi dan percepatan dalam produksi pupuk juga penting untuk dilakukan. 3) BUMDes perlu segera menetapkan model bisnis yang akan dijalankan, tentunya dengan mengacu pada prinsip-prinsi penerapan model ekonomi sirkuler yang holistik dan integratif. Model bisnis ini juga bisa mengacu pada sistem canvas yang telah dijelaskan pada tulisan ini. BUMDes juga perlu mengganti orientasi sistem bisnis breeding dengan sistem penggemukan (fattening), serta mengganti ternak kambing dengan domba agar dapat melakukan optimasi luas kandang, tenaga kerja dan pasar untuk mendapatkan cash flow BUMDes yang sehat. 4) Dalam rangka menjamin akses pasar, BUMDes perlu menjalin kerjasama dengan off-taker inti dan meminta spesifikasi kebutuhan of taker inti. 5) Untuk mengatasi penyakit hewan yang sering terjadi di Desa Sendangsari, BUMDes juga perlu bekerjasama dengan Dinas setempat untuk membuka klinik online bagi petani peternak regeneratif.