p-Index From 2019 - 2024
0.778
P-Index
This Author published in this journals
All Journal ZOOTEC
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Evaluasi sistem pemeliharaan tradisional terhadap pemenuhan kebutuhan bahan kering dan bahan organik pada sapi peranakan ongole di Kecamatan Bolangitang Barat Y.I.A.P. Yunus; A.F. Pendong; Y.L.R. Tulung; C.A. Rahasia
ZOOTEC Vol. 42 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.802 KB) | DOI: 10.35792/zot.42.1.2022.41523

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi sistem pemeliharaan tradisional terhadap pemenuhan kebutuhan pakan sapi potong peranakan ongole (PO) dalam menunjang produktivitasnya. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow utara pada bulan Juni 2021. Pada penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor sapi PO berumur antara 2 – 4 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan secara kuantitatif, dimana data-data pengamatan yang diperoleh, dianalisis secara statistik deskriptif. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot badan ternak sapi PO, jumlah konsimsi bahan kering dan jumlah konsumsi bahan organik ternak sapi PO. Bobot badan ternak sapi peranakan ongole di Kecamatan Bolangitang Barat berkisar antara 219,04 – 408,04 kg dengan rerata 306,66 kg. Jumlah konsumsi rerata hijauan rumput segar sapi P0 adalah 31,63 kg/ekor/hari, sementara rerata konsumsi BK dan BO dari rumput lapang, yaitu secara berurutan 7,93 dan 6,92 kg/ekor/hari. Tingkat pemenuhan kebutuhan bahan kering sapi PO diperoleh 102,61% dari standar kebutuhan BK sebesar 7,72 kg/ekor/hari. Dapat disimpulkan, bahwa sistem pemeliharaan tradisional berbasis rumput lapang di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, ternyata mampu mencukupi kebutuhan bahan kering ternak sapi PO.Kata Kunci: Sapi potong peranakan Ongole, bahan kering, bahan organic
Kecernaan bahan kering, bahan organik dan konsentrasi ammonia (NH3) in vitro dari tebon jagung dan rumput raja (Pennisetum purpupoides) A.J.Y. Pendong; Y.L.R. Tulung; M.R. Waani; A. Rumambi; C.A. Rahasia
ZOOTEC Vol. 42 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.248 KB) | DOI: 10.35792/zot.42.1.2022.41567

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecernaan bahan kering, bahan organik dan konsentrasi ammonia in vitro, dari tebon jagung, rumput raja, dan kombinasi dari kedua pakan tersebut. Metode percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 3 (tiga) jenis hijauan pakan perlakuan, terdiri dari: 100% rumput tebon jagung (RA), 50% tebon jagung + 50% rumput raja (RB), dan 100% rumput raja (RC), setiap perlakuan diulang 10 kali. Variabel yang diamati, meliputi: kecernaan bahan kering (KcBK), kecernaan bahan organik (KcBO), dan konsentrasi ammonia (NH3). Hasil penelitian menunjukkan, nilai KcBK dari pakan perlakuan, yaitu secara berurutan 62,89% (RA), 59,15% (RB), dan 56,20% (RC). Nilai KcBO, yaitu secara berurutan 61,79% (RA), 57,11% (RB), dan 54,47% (RC). Uji BNT menunjukkan, nilai KcBK dan KcBO dari pakan tebon jagung RA berbeda sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dari pada nilai KcBK dan KcBO kedua pakan percobaan lainnya RB dan RC. Selanjutnya nilai KcBK dan KcBO dari kombinasi tebon jagung dan rumput raja (RB) masih lebih tinggi (P<0,05) dari kecernaan rumput raja sendiri (RC). Hasil konsentrasi ammonia (NH3) yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu secara berurutan 5,73 mM (RA), 5.53 mM (RB), dan 5,10 (RC). Analisis keragaman menunjukkan ke tiga pakan perlakuan, tidak tidak memberi pengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai konsentrasi ammonia, yang juga berarti konsentrasi NH3 dari ketiga pakan perlakuan tersebut berbeda tidak nyata (P>0,05). Dapat disimpulkan, nilai kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik tebon jagung in vitro, ternyata lebih tinggi, baik dari rumput raja, maupun dari kombinasi tebon jagung dan rumput raja. Konsentrasi ammonia (NH3) yang dihasilkan dari ketiga pakan percobaan, sudah mampu menunjung aktivitas mikroba rumen dalam mensintesa protein mikrobial yang bermanfaat bagi ternak ruminansiaKata kunci: Kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, konsentrasi NH3, in vitro
Potensi hijauan pakan lokal dalam menunjang dan memperkokoh triple helix pengembangan sapi potong di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Provinsi Sulawesi Utara C.L. Kaunang; J.S. Mandey; F.N. Sompie; C.A. Rahasia; S.A.E. Moningkey; M.M. Telleng
ZOOTEC Vol. 43 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, memberikan gambaran dan informasi mengenai jenis-jenis hijauan pakan ternak, ketersediaan hijauan pakan ternak, menganalisis daya dukung pakan dan kapasitas tampung (Carrying Capacity) hijauan pakan lokal untuk pengembangan sapi potong di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dalam memperkokoh dan menunjang program Triple Helix. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupakan satu diantara 15 kabupaten/kota di Sulawesi Utara, yang menjadi daerah basis yang potensial untuk pengembangan sapi potong, dimana sampai tahun 2019 populasi sapi potong di daerah ini mencapai 18.221 ekor, tersebar di 6 kecamatan, 107 desa dan kelurahan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemeliharaan ternak sapi di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih bersifat tradisioanal/ekstensif, sistim pemeliharaan yang dijalankan oleh peternak dengan pola integrasi kelapa-sapi adalah ternak dilepas sepanjang hari dibawah pohon kelapa, dimana ternak betina diikat dibawah pohon sedangkan pejantan dan anak dilepas pada pagi sampai siang hari dan pada sore hari ternak akan digiring berpindah tempat untuk ternak beristirahat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Luasan lahan yang potensial untuk dikembangkan sebagai sumber hijauan secara keseluruhan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara seluas 35.022 ha, namun secara khusus untuk pengembangan lahan hijauan pakan pada daerah padang penggembalaan yaitu seluas 6.863 ha, yang setara dengan kapasitas tampung 52.912 satuan ternak. Potensial ternak yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara hanya berkisar 20.000 ST. Itu berarti produksi hijauan pakan di daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih cukup untuk ditambahkan sekitar 30.000 ST. Kata Kunci: Hijauan, pakan lokal, ternak sapi, Bolaang Mongondow Utara,
Kontribusi rumput lapang terhadap kebutuhan protein dan komponen karbohidrat pada sapi peranakan ongole (PO) yang dipelihara secara tradisional di Kecamatan Langowan Barat A. Rangian; A.F. Pendong; Y.L.R. Tulung; C.A. Rahasia
ZOOTEC Vol. 43 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi rumput lapang terhadap pemenuhan kebutuhan protein dan komponen karbohidrat sapi PO yang dipelihara secara tradisional. Pola tradisional dimaksud, selanjutnya disebut “System Yantum”. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan secara kuantitatif, dimana perolehan informasi dan data dilakukan dengan metode survey. Penentuan lokasi dan ternak sebagai contoh (sampling) dilakukan dengan purposive sampling. Selanjutnya, data pengamatan dianalisis secara deskriptif statistik. 20 ekor sapi PO, berumur antara 2 – 4 tahun, digunakan dalam penelitian ini, dimana penentuan bobot badan sapi PO dihitung menggunakan rumus Schorll. Variabel yang diamati, meliputi: jumlah konsumsi protein kasar (Pr-K) dan kontribusi protein kasar rumput lapang, jumlah konsumsi serat deterjen netral (neutral detergent fibre=NDF), dan jumlah konsumsi karbohidrat bukan serat (non fiber carbohydrate=NFC). Hasil penelitian menunjukkan, rerata konsumsi Pr-K sebesar 0,92 kg, lebih rendah dari kebutuhan standar Pr-K, sebesar 1,11 kg. Nilai rerata konsumsi NDF yang diperoleh, sebesar 6,86 kg, melampaui kebutuhan standar NDF yang hanya sebesar 5,025 kg. Nilai rerata konsumsi NFC adalah sebesar 0,97 kg, yang perlu dikoreksi dengan penggunaan sumber-sumber karbohidrat tersedia. Disimpulkan, kebutuhan protein kasar sapi PO yang dipelihara secara tradisional masih belum terpenuhi, namun nilai rerata konsumsi NDF melampaui kebutuhan standar, sementara nilai rerata konsumsi karbohidrat bukan serat (NFC), masih perlu dikoreksi dengan penambahan sumber-sumber karbohidrat tersedia. Kata kunci: Sapi PO, pemeliharaan tradisional, rumput lapang, protein kasar, NDF, NFC.