Anselmus Dorewoho Atasoge
Catholic Religious Education Study Program, Faculty Of Pastoral Catechetical, Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka, Flores Timur

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

RESIPROSITAS DI KALANGAN PELAJAR KOTA LARANTUKA: INSPIRASI MODERASI BERAGAMA BAGI KAUM MUDA Dominikus Doni Ola; Anselmus D. Atasoge
Lumen: Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral Vol. 1 No. 2 (2022): Desember : Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral
Publisher : Publisher STPKat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.34 KB) | DOI: 10.55606/lumen.v1i2.41

Abstract

In essence, every religion wants its adherents to live peacefully in the midst of religious and cultural diversity. However, this hope does not always materialize in the construction of real life on Indonesian soil with the presence of inter-religious and inter-ethnic conflicts. Conflict experiences become endless lessons as an effort to maintain peace and harmony in religious life. A number of local praxis and initiatives were raised to untangle the tangled threads of inter-religious conflicts in Indonesia by prioritizing a balanced way of religious life that does not view others as opponents. This study of reciprocity in relation to religious moderation originates from the local context of Larantuka and draws its relevance to efforts to inculcate religious moderation in Indonesia. In a more specific context, the focus of this study is to describe the practical life of religious communities in the city of Larantuka, East Flores, East Nusa Tenggara which can be seen as the foundation and medium for grounding the ideals of religious moderation in Indonesia. The praxis of life in question is the reciprocity of young students in the city of Larantuka both within the school environment and among people who have different religious and ethnic backgrounds. Therefore, the basic question is how reciprocity among students in the city of Larantuka can become an inspiration and basis for efforts to instill religious moderation.
GEMOHING IN LAMAHOLOT OF EAST FLORES: THE FOUNDATION AND PILLAR OF RELIGIOUS MODERATION Anselmus Dorewoho Atasoge; Adison Adrianus Sihombing
Analisa: Journal of Social Science and Religion Vol 7, No 2 (2022): Analisa Journal of Social Science and Religion
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18784/analisa.v7i2.1768

Abstract

Gemohing is a local culture of the Lamaholot people. Gemohing has had a significant impact on the attainment of the ideals of mainstreaming religious moderation in Indonesia. This study aimed at exploring the expression of gemohing as the foundation and pillar of religious moderation for the people of East Flores. This study is qualitative, built upon primary and secondary data. The primary data were collected from observations on community participation. While the materials were directly gathered from the gemohing practice and interviews with 23 cultural figures and residents of the gemohing tradition. Secondary data were obtained from relevant preceding studies and two documentary films about the practice of gemohing. Both types of data were analyzed qualitatively-interpretatively. This study was conducted from September 2019 to July 2022 in the Larantuka, Adonara, and Solor. This study found that the Lamaholot community demonstrated gemohing as the foundation and pillar of building a shared life. The gemohing praxis which is based on the Lamaholot philosophy is reflected in the principles of ina tou ama ehang and puin taan tou gahan taan ehan. These principles mean that all Lamaholot people come from one mother and father and therefore the spirit of unity must be upheld. They mandate that every citizen views each other as brothers that need to be appreciated and respected with a spirit of unity in the social order and as an individual as well. From this point of view, unity and oneness are highly emphasized aspects. This study represents a contribution to efforts to promote religious moderation.
PANDEMI DAN PANGGILAN BERKOMPASIO DALAM TERANG INJIL LUKAS 16:19-31: (Sebuah Implikasi dari Katekese Paus Fransiskus tentang Pandemi) Anselmus D. Atasoge; Scolastika Lelu Beding
Jurnal Reinha Vol 12 No 1 (2021): PANDEMI COVID-19 DARI MULTIPERSPEKTIF
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.653 KB) | DOI: 10.56358/ejr.v12i1.57

Abstract

The pandemic covid-19 had a tremendous, alarming, and confusing shock effect that in turn presents an unhappy situation. This situation is evocative and calling on the people to address it, including the church through pastoral reflections and social actions. Using the approach of literature studies and field observations, this paper tries to explore the basic spirit of biblis as a basic in building compassio (concerns and follow-up actions that accompany it) to those most vulnerable to the pandemic covid-19. This paper is a follow-up implication of Pope Francis catechism about "restoring the world" elaborate in three sub-themes, namely the restoration of the world in the light of the gospel, theological primacy and the principles of the social teachings of the church. This study found that in the midst of the pandemic covid-19, the church does not stay silent in its comfort but participates in the presence in the word. First, the church is present through its theological-biblical reflections. Second, the church also descends to their members and listens to their stories and through its solidarity actions the church participates in restoring the word. Pandemi covid-19 telah memberikan efek kejut yang luar biasa, mencemaskan, dan membingungkan yang pada gilirannya menghadirkan keadaan yang tidak membahagiakan. Keadaan ini menggugah sekaligus memanggil para pihak untuk menyikapinya, termasuk Gereja melalui refleksi-refleksi pastoral dan aksi-aksi sosial lapangan. Dengan menggunakan pendekatan kajian pustaka dan observasi lapangan, tulisan ini mencoba menggali spirit dasar biblis sebagai kiblat dalam membangun compassio (keprihatinan dan aksi lanjutan yang menyertainya) terhadap mereka yang paling rentan terdampak pandemi covid-19. Tulisan ini merupakan implikasi lanjutan dari katekese Paus Fransiskus yang bertema besar “memulihkan dunia” yang dijabarkan dalam tiga sub tema, yakni pemulihan dunia dalam terang Injil, keutamaan teologis dan prinsip-prinsip ajaran sosial Gereja. Kajian ini menemukan bahwa di tengah gempuran pandemi covid-19, Gereja tidak tinggal diam dalam kenyamanannya melainkan turut serta hadir di tengah umat manusia. Pertama-tama, Gereja hadir melalui refleksi-refleksi teologis-biblisnya. Kedua, Gereja juga turun langsung ke tengah umatnya untuk mendengarkan kisah mereka dan melalui aksi solidaritasnya Gereja turut serta dalam memenuhi kebutuhan ekonomis umat manusia.
MEMBANGUN BUDAYA DAMAI DI SEKOLAH MENENGAH AGAMA KATOLIK SANTU FRANSISKUS ASISI LARANTUKA Yosep Doni Gokok; Anselmus D. Atasoge
Jurnal Reinha Vol 12 No 2 (2021)
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.704 KB) | DOI: 10.56358/ejr.v12i2.81

Abstract

Lembaga pendidikan merupakan tempat persemaian nilai-nilai kedamaian sebagai sebuah nilai yang dipersyaratkan keberadaannya bagi bangsa Indonesia, bangsa yang diwarnai kemajemukan agama, budaya, suku, tradisi dan bahasa. Salah satu jalan untuk membumikan persemaiannya tersebut adalah pembudayaan nilai tersebut dalam praksis harian bagi warga komunitas lembaga pendidikan. Penelitian ini hendak menganalisis model inisiasi persemaian dan cita-cita penciptaan budaya damai di lingkungan SMAK St. Fransiskus Asisi Larantuka dan dampak model tersebut bagi para siswa-siswinya dalam relasi sosial di lingkungan sekolah dan masyarakat dalam konteks membangun moderasi beragama di Flores Timur.Pendekatan penelitian adalah kualitatif. Untuk mengumpulkan data digunakan teknik triangulasi yakni wawancara tertulis, observasi, dan studi dokumen. Kajian ini menemukan bahwa penciptaan budaya damai di lingkungan SMAK St. Fransiskus Asisi ditandai oleh penetapan moto sekolah yang diwujudkan dalam praksis etika sapa-menyapa para warga sekolah. Penciptaan budaya damai ini dijiwai oleh spiritualitas damai yang diinspirir Santu Fransiskus Asisi, pelindung sekolah ini. Terdapat hubungan yang cukup signifikan antara inisiasi penciptaan budaya damai ini di kalangan para warga sekolah dengan praksis hidup harian para warga sekolah. Inisiasi dan cita-cita penciptaan budaya damai ini menjadi sebuah sumbangan yang berharga bagi cita-cita besar bangsa Indonesia untuk menjaga keutuhan negara, menghindarkannya dari aksi-aksi kekerasan dan memupuk spirit moderasi beragama di bumi Flores Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
KOMITMEN KEBANGSAAN MAHASISWA STP REINHA MELALUI RITUAL KEAGAMAAN DALAM SPIRIT AYD 2017 Fransiskus Visarlan Suwarni; Anselmus D. Atasoge
Jurnal Reinha Vol 12 No 2 (2021)
Publisher : STP Reinha Larantuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.156 KB) | DOI: 10.56358/ejr.v12i2.82

Abstract

bangsa Indonesia termasuk mahasiswa sebagai acuan untuk bersikap dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia yang multikultur dan multireligius. Salah satu jalan membangun komitmen kebangsaan adalah membumikan ritual keagamaan yang kontekstual, berpedoman pada ajaran tekstual agama dan menarik implikasinya sesuai kenyataan yang sedang dihadapi. Penelitian ini hendak mengeksplorasi dua hal penting yakni pemahaman Mahasiswa STP Reinha Larantuka tentang kebangsaan dan bagaimana ritual keagamaan mendorong mahasiswa STP Reinha Larantuka untuk membangun komitmen kebangsaan dalam bingkai pernyataan akhir Asian Youth Day 2017. Tujuan yang hendak disasar adalah mendeskripsikan pemahaman mahasiswa STP Reinha Larantuka tentang kebangsaan dan peran ritual keagamaan dalam membangun komitmen kebangsaan dalam bingkai Pernyataan Akhir Asian Youth Day 2017. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Untuk mengumpulkan data digunakan teknik triangulasi yakni wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Kajian ini menemukan bahwa melalui ritual keagamaan ditumbuhkan, dipupuk dan dijaga komitmen para mahasiswa terhadap bangsa dan negara Indonesia yang berkarakter multikultur dan multireligius. Ritual keagamaan akan memiliki daya guna jika nilai-nilai yang ditanamkan di dalamnya atau pesan-pesan yang ditimba darinya seperti persatuan dalam perbedaan, saling menghormati dan menghargai setiap pribadi dan kelompok yang berbeda diwujud-nyatakan dalam kehidupan nyata.Sebagai tindak lanjutnya dibutuhkan komitmen lanjut di kampus STP Reinha Larantuka yakni perlu diupayakan kerja sama mahasiswa dengan komunitas lintas agama di Larantuka dan partisipasi aktif mahasiswa dalam kegiatan internal kelembagaan sebagai basis bagi keterlibatan eksternal di lingkungan masyarakat yang heterogen.