Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) Terhadap Bakteri Porphyromonas Gingivalis Ajie Nuperdanna Sriyono, Rexsy; Andriani, Ika
Insisiva Dental Journal Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Based On The Indonesian Household Health Survey, The Prevalence Of Periodontal Disease Reaches 60 % In Indonesian Community. One Of The Pathogen Bacteria That Involved In Periodontitis Is Porphyromonasbgingivalis. Mangosteen (Garciniamangostana Linn.) Is The Plants That Have The Ability To Inhibit Or Kill Porphyromonasgingivalis Is Which Is Its Skin Extract Contains Active Compounds Such As Saponins , Flavonoids And Tannins. The Purpose Of This Study Was To Examine The Antibacterial Effect Of The Ethanol Extract Of Mangosteen Peel (Garciniamangostana Linn.) Against The Growth Of Porphyromonasngingivalis .Mangosteen Peel Extract Was Obtained By Maceration Method Using Ethanol Solvent . The Antibacterial Activity Assays Was Used To Investigate The Effectivity Of Ekstract Ekstract Mangosteen Were Used Concentration Of 50 % , 25 %, 12.5 %, 6.25 %, 3.125 %, 1.563 %, 0.781 %, 0.39 %,0.195 %, And 0.0975 %. Results Showed That Extracts Of Mangosteen Peel Garciniamangostana Linn.)Has Mic And Mbc Against Porphyromonasgigngivalis Each At A Concentration Of 25 % And 50 % .
Efektivitas Antara Scaling Root Planing (Srp) Dengan Dan Tanpa Pemberian Ciprofloxacin Per Oral Pada Penderita Periodontitis Andriani, Ika
Insisiva Dental Journal Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Periodontitis adalah suatu penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi disebabkan mikroorganisme menyebabkan kerusakan progresif pada ligamen periodontal dan tulang alveolar, jika tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kehilangan gigi.Perawatan periodontitis adalah menghilangkan patogen periodontal dengan scaling rootplaning (SRP) yaitu menghilangkan deposit keras dan lunak serta bakteri yang menempelpada permukaan gigi dan dalam subgingiva, sehingga mengeliminasi bakteri. Pembersihan patogen periodontal dan produknya dengan SRP kadang-kadang tidak maksimal karena terdapat bagian yang tidak dapat diakses oleh alat SRP, sehingga pemberian antimikroba secara sistemik ataupun lokal dianjurkan untuk meningkatkan hasil terapi SRP. Ciprofloxacin adalah generasi kedua derivat fluroquinolon, aktif dengan jangkauan yang luas pada bakteri gram negatif dan gram positif fakultatif patogen periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas hasil perawatan antara scaling root planing (SRP) tanpa dan dengan pemberian ciprofloxacin per oral pada penderita periodontitis diukur dari parameter hitung jenis leukosit terdiri dari neutrofil, basofil,eosinofi, limfosit dan monosit pada cairan sulkus gingiva. Penelitian dilakukan pada 20 kasus periodontitis kronis kedalaman poket >5 mm, subyek dibagi dalam dua kelompok yaitu 10 penderita periodontitis dilakukan scaling root planing (SRP) tanpa ciprofloxacin per oral dan 10 penderita periodontitis dengan pemberian ciprofloxacin per oral. Pengambilan dan pengukuran hitung jenis leukosit terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit cairan sulkus gingiva dilakukan sebelum SRP dan hari ke 8 sesudah SRP. Hasil analisis uji non parametrik Mann Whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna (p>0,05) pada hitung jenis leukosit pada neutrofil, limfosit dan eosinofil. Jumlah neutrofil pada SRP tanpa dan dengan ciprofloxacin menunjukkan kenaikan, jumlah limfosit dan eosinofil pada SRP dengan dan tanpa ciprofloxacin mengalami penurunan, Jumlah basofil dan monosit 0 (nol) sehingga tidak dapat dihitung secara statistik. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan hasil perawatanscaling root planing (SRP) tanpa ciprofloxacin per oral sama efektifnya dengan SRP dengan pemberian ciprofloxacin per oral pada penderita periodontitis diukur dari parameter hitung jenis jumlah leukosit yaitu jumlah neutrofil, limfosit dan eosonofil dalam cairan sulkus gingiva.
Periodontitis Kronis dan Penatalaksaan Kasus dengan Kuretase Andriani, Ika; Chairunnisa, Firda Alima
Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/di.8103

Abstract

Periodontitis adalah penyakit multifaktorial yang menyebabkan peradangan pada jaringan periodontal. Secara umum penyakit periodontal  disebabkan oleh bakteri plak  pada permukaan gigi, dimana plak berupa lapisan tipis biofilm yang berisi kumpulan mikroorganisme patogen seperti Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans, Prevotela intermedia, Tannerella forsythia serta Fusobacterium nucleatum yang merupakan deposit lunak. Eliminasi bakteri dengan kuretase akan menurunkan peradangan periodontal.  Tujuan laporan kasus ini adalah menjelaskan respon imun terhadap penyakit periodontitis kronis serta penatalaksanaan kasus dengan kuretase. Kasus seorang pasien laki-laki berusia 52 tahun  mengeluhkan gigi kotor dan gusi sering berdarah terutama ketika menyikat giginya. Pemeriksaan intra oral gingiva memerah, tepi bulat dan mengkilap, bleeding on probing positif pada semua regio, probing depth gigi 18-16 rata-rata sebesar 5 mm, terjadi resesi gingiva pada palatal gigi 18 sebesar 4 mm, resesi gingiva 17 pada bagian bukal sebesar 5 mm dan resesi gingiva 16 pada bagian bukal sebesar 6 mm. Hasil pengukuran Oral Hygiene Index sebesar 8,3 (kategori buruk) dan plak indeks sebesar 99%. Pemeriksaan radiografis menunjukkan adanya kerusakan tulang alveolar arah horisontal pada gigi 15, 16, 17, 18. Penatalaksanaan kasus dilakukan scaling, root planing dan kuretase. Kesimpulan dari laporan kasus ini yaitu bakteri plak merupakan penyebab primer dari penyakit periodontal. Perawatan dengan kuretase untuk mengurangi dan menghilangkan penyebab peridontitis serta memperbaiki perlekatan dan merangsang terbentuknya perlekatan baru.
Perawatan Pembesaran Gingiva dengan Gingivektomi Andriani, Ika
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 1 (2009)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v9i1.1595

Abstract

The purpose of this article is to report a case of treatment gingival enlargement by gingivectomy The inflammatory enlargement is clinically called hyperthropic gingivitis or gingival hyperplasia and generally related to local or systemic factors. They could be edematous or fibrous. The former is treated by scaling,curettage and root planing, but the latter could not be treated by scaling, curettage and root planing and only has to be removed by gingivectomy A 13-year-old female presented with a complaint of swelling of the gingiva with bled when brushed the teeth in the maxillary and mandibulary anterior region for a period of three mounts. A clinical examination revealed the existence of poor oral hygiene and bleeding spontaneously. By scaling, curettage and root planning this disease could not be treated and only has to be removed by gingivectomy. After gingivectomy, the patient had a better clinical appearance and good gingival esthetic.Tujuan penulisan naskah ini adalah melaporkan kasus perawatan pembesaran gingiva dengan gingivektomi Pembesaran gingiva karena peradangan secara klinis disebut gingivitis hipertropi atau hiperplasi gingival dan disebabkan karena faktor lokal ataupun sistemik. Bisa karena odematus atau fibrotik., jika tidak bisa dirawat dengan scaling, curettage dan root planing maka hanya dilakukan gingivektomi. Pasien wanita 13 tahun datang ke bagian Periodonsi RS Sudomo Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan keluhan, sudah tiga bulan gigi-gigi anterior rahang atas dan bawah membesar dan berdarah ketika menyikat gigi. Pemeriksaan klinis kelihatan bahwa kebersihan mulut yang buruk dan berdarah spontan. Ketika pembesaran gingiva tidak dapat dirawat dengan scaling, curettage dan root planing maka hanya bisa dihilangkan dengan gingivektomi. Sesudah gingivektomi, pasien secara klinis dan estetik lebih baik
Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) Terhadap Bakteri Porphyromonas Gingivalis Ajie Nuperdanna Sriyono, Rexsy; Andriani, Ika
Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/di.v2i2.579

Abstract

Based On The Indonesian Household Health Survey, The Prevalence Of Periodontal Disease Reaches 60 % In Indonesian Community. One Of The Pathogen Bacteria That Involved In Periodontitis Is Porphyromonasbgingivalis. Mangosteen (Garciniamangostana Linn.) Is The Plants That Have The Ability To Inhibit Or Kill Porphyromonasgingivalis Is Which Is Its Skin Extract Contains Active Compounds Such As Saponins , Flavonoids And Tannins. The Purpose Of This Study Was To Examine The Antibacterial Effect Of The Ethanol Extract Of Mangosteen Peel (Garciniamangostana Linn.) Against The Growth Of Porphyromonasngingivalis .Mangosteen Peel Extract Was Obtained By Maceration Method Using Ethanol Solvent . The Antibacterial Activity Assays Was Used To Investigate The Effectivity Of Ekstract Ekstract Mangosteen Were Used Concentration Of 50 % , 25 %, 12.5 %, 6.25 %, 3.125 %, 1.563 %, 0.781 %, 0.39 %,0.195 %, And 0.0975 %. Results Showed That Extracts Of Mangosteen Peel Garciniamangostana Linn.)Has Mic And Mbc Against Porphyromonasgigngivalis Each At A Concentration Of 25 % And 50 % .
Efektivitas Antara Scaling Root Planing (Srp) Dengan Dan Tanpa Pemberian Ciprofloxacin Per Oral Pada Penderita Periodontitis Andriani, Ika
Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/di.v1i2.534

Abstract

Periodontitis adalah suatu penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi disebabkan mikroorganisme menyebabkan kerusakan progresif pada ligamen periodontal dan tulang alveolar, jika tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kehilangan gigi.Perawatan periodontitis adalah menghilangkan patogen periodontal dengan scaling rootplaning (SRP) yaitu menghilangkan deposit keras dan lunak serta bakteri yang menempelpada permukaan gigi dan dalam subgingiva, sehingga mengeliminasi bakteri. Pembersihan patogen periodontal dan produknya dengan SRP kadang-kadang tidak maksimal karena terdapat bagian yang tidak dapat diakses oleh alat SRP, sehingga pemberian antimikroba secara sistemik ataupun lokal dianjurkan untuk meningkatkan hasil terapi SRP. Ciprofloxacin adalah generasi kedua derivat fluroquinolon, aktif dengan jangkauan yang luas pada bakteri gram negatif dan gram positif fakultatif patogen periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas hasil perawatan antara scaling root planing (SRP) tanpa dan dengan pemberian ciprofloxacin per oral pada penderita periodontitis diukur dari parameter hitung jenis leukosit terdiri dari neutrofil, basofil,eosinofi, limfosit dan monosit pada cairan sulkus gingiva. Penelitian dilakukan pada 20 kasus periodontitis kronis kedalaman poket 5 mm, subyek dibagi dalam dua kelompok yaitu 10 penderita periodontitis dilakukan scaling root planing (SRP) tanpa ciprofloxacin per oral dan 10 penderita periodontitis dengan pemberian ciprofloxacin per oral. Pengambilan dan pengukuran hitung jenis leukosit terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit cairan sulkus gingiva dilakukan sebelum SRP dan hari ke 8 sesudah SRP. Hasil analisis uji non parametrik Mann Whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna (p0,05) pada hitung jenis leukosit pada neutrofil, limfosit dan eosinofil. Jumlah neutrofil pada SRP tanpa dan dengan ciprofloxacin menunjukkan kenaikan, jumlah limfosit dan eosinofil pada SRP dengan dan tanpa ciprofloxacin mengalami penurunan, Jumlah basofil dan monosit 0 (nol) sehingga tidak dapat dihitung secara statistik. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan hasil perawatanscaling root planing (SRP) tanpa ciprofloxacin per oral sama efektifnya dengan SRP dengan pemberian ciprofloxacin per oral pada penderita periodontitis diukur dari parameter hitung jenis jumlah leukosit yaitu jumlah neutrofil, limfosit dan eosonofil dalam cairan sulkus gingiva.
Perawatan periodontal pasca abses periodontal Ika Andriani; Hartanti Hartanti
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 5, No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.65727

Abstract

Abses periodontal merupakan abses pada jaringan periodontal yang menyebabkan rasa sakit, ketidaknyamanan, dan mengakibatkan gigi goyang dan terlepas ketika tidak dirawat. Abses periodontal merupakan kasus kedaruratan terbanyak ke 3 dalam kedokteran gigi. Kondisi ini dapat kambuh apabila tidak dilakukan perawatan pasca abses. Studi kasus ini bertujuan untuk memaparkan tindakan pasca perawatan abses periodontal dalam meminimalkan kekambuhan abses dan mempertahankan gigi selama mungkin dalam rongga mulut. Pasien 45 tahun mengeluhkan gusi belakang kiri atas sakit sekali sejak 3 hari yang lalu. Pemeriksaan intra oral menunjukkan pembengkakan gingiva sisi bukal dan palatal gigi 26, gingiva berwarna merah, mengkilat, dan terdapat pus di palatal. Oral Hygiene Index (OHI) sedang dengan kalkulus subgingiva. Pengukuran Probing Depth (PD) gigi 26 menunjukkan poket 6 mm di mesial, 3,5 mm di palatal, serta gigi mengalami kegoyangan derajat 3. Radiograf periapikal menunjukkan terdapat kerusakan tulang alveolar gigi 26. Kunjungan pertama dilakukan scaling, spooling dengan hidrogen peroksida (H2O2) diikuti dengan salin, dan medikasi dengan klindamisin, ibuprofen, dan vitamin B kompleks. Seminggu kemudian masih tampak abses yang berkurang di palatal, dan dilakukan splinting pada oklusal gigi 26. Setelah satu minggu dilakukan aplikasi bone graft. Kontrol pasca 1 minggu menunjukkan kondisi pasien tanpa keluhan dengan pemeriksaan intra oral gingiva mulai berwarna pink tanpa pembengkaan di palatal dan tanpa kegoyahan gigi. Kesimpulan dari studi kasus ini adalah pemberian obat saja tidak cukup adekuat untuk perawatan abses periodontal, harus dilakukan perawatan selanjutnya untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Periodontitis Kronis dan Penatalaksaan Kasus dengan Kuretase Ika Andriani; Firda Alima Chairunnisa
Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva Vol 8, No 1 (2019): May
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/di.8103

Abstract

Periodontitis adalah penyakit multifaktorial yang menyebabkan peradangan pada jaringan periodontal. Secara umum penyakit periodontal  disebabkan oleh bakteri plak  pada permukaan gigi, dimana plak berupa lapisan tipis biofilm yang berisi kumpulan mikroorganisme patogen seperti Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans, Prevotela intermedia, Tannerella forsythia serta Fusobacterium nucleatum yang merupakan deposit lunak. Eliminasi bakteri dengan kuretase akan menurunkan peradangan periodontal.  Tujuan laporan kasus ini adalah menjelaskan respon imun terhadap penyakit periodontitis kronis serta penatalaksanaan kasus dengan kuretase. Kasus seorang pasien laki-laki berusia 52 tahun  mengeluhkan gigi kotor dan gusi sering berdarah terutama ketika menyikat giginya. Pemeriksaan intra oral gingiva memerah, tepi bulat dan mengkilap, bleeding on probing positif pada semua regio, probing depth gigi 18-16 rata-rata sebesar 5 mm, terjadi resesi gingiva pada palatal gigi 18 sebesar 4 mm, resesi gingiva 17 pada bagian bukal sebesar 5 mm dan resesi gingiva 16 pada bagian bukal sebesar 6 mm. Hasil pengukuran Oral Hygiene Index sebesar 8,3 (kategori buruk) dan plak indeks sebesar 99%. Pemeriksaan radiografis menunjukkan adanya kerusakan tulang alveolar arah horisontal pada gigi 15, 16, 17, 18. Penatalaksanaan kasus dilakukan scaling, root planing dan kuretase. Kesimpulan dari laporan kasus ini yaitu bakteri plak merupakan penyebab primer dari penyakit periodontal. Perawatan dengan kuretase untuk mengurangi dan menghilangkan penyebab peridontitis serta memperbaiki perlekatan dan merangsang terbentuknya perlekatan baru.
The combination of carbonate hydroxyapatite and human β-defensin 3 to enhance collagen fibre density in periodontitis Sprague Dawley rats Ika Andriani; Edy Meiyanto; S. Suryono; Ika Dewi Ana
Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Vol. 53 No. 2 (2020): June 2020
Publisher : Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga https://fkg.unair.ac.id/en

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/j.djmkg.v53.i2.p76-80

Abstract

Background: Carbonate hydroxyapatite (CHA) is used as a scaffold to repair bone resorption. Alveolar bone resorption in periodontitis caused by an infection requires the presence of an antibacterial to support bone regeneration. Human β-defensin 3 (HBD3) is an antimicrobial peptide. The local application of the HBD3 antimicrobial is beneficial to inhibiting drug resistance and protecting tissue regeneration against invasive bacteria. Purpose: This study aims to investigate the effect of the administration of a combination of   CHA with HBD3 on the collagen density of periodontitis rats (Sprague Dawley). Methods: This study was a true experimental study with a post-test control group design. Thirty-two Sprague Dawley animal models were randomly blind selected placed under anaesthetic, then a 2-mm silk ligature was attached as a ligation to the mandibular incisors for 14 days in order to generate periodontitis. The study subjects were divided into two groups, the group with CHA and CHA loaded HBD3 (CHA + HBD3) implantation. On days 7, 14, 21 and 28, four rats were taken randomly from each group for decapitation, followed by histological processing and examination with trichome Mallory staining. The data was analysed using the Kruskal Wallis test (p<0.05). Results: An increase in collagen density during the healing process was found. There was a significant difference between CHA and CHA+HBD (p=0.004 and p=0.008; p<0.05) in collagen density between the groups. Conclusion: The combination of CHA and HBD3 can enhance the collagen density in periodontitis Sprague Dawley rats, compared to CHA only groups.
PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR Laelia Dwi Anggraini; Ika Andriani
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2021: 3. Kesehatan Keluarga dan Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (742.397 KB) | DOI: 10.18196/ppm.43.686

Abstract

Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen, sebagai salah satu pengguna Dana Sehat Muhammadiyah, mengadakan kegiatan penyuluhan/edukasi kesehatan gigi secara daring pada saat pandemi. Menurut WHO lebih dari 50 juta jam sekolah pertahun hilang sebagai akibat yang ditimbulkan oleh sakit gigi pada anak. Sebanyak 62,4% penduduk merasa terganggu pekerjaan/sekolah karena sakit gigi (rata-rata pertahun 3,86%). Siswa SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta yang mengalami bebas karies hanya 10%. Mengingat beberapa hal di atas, maka DSM dan sekolah menganggap perlu dilaksanakannya program penyuluhan terkait kesehatan gigi. Konsep program ini adalah pemberian materi kesehatan gigi pada murid SD kelas 3 sampai 5, serta mengajak mereka peduli akan kesehatan gigi murid-muridnya. Sasaran program ini adalah masyarakat sekolah ialah siswa klas 3-5, yang diajak berpikir, bersikap dan bertindak untuk membangun dan mengembangkan diri melalui kepedulian terhadap kesehatan gigi. Tujuan program adalah membentuk kader kesehatan gigi anak sekolah dasar. Metodenya dengan mengadakan penyuluhan daring dan diikuti pengisian kuesioner online. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan gigi dan rongga mulut adalah hal penting 100%, cara menggosok gigi yang benar 84,1%, lama gosok gigi yang benar 65,9%, serta 97,6% responden percaya pentingnya penyuluhan dan keinginan penyuluhan lanjutan.