Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Impact of the COVID-19 Pandemic on the Socio-Economic Conditions of Farmers and Alternatives for Their Recovery in Deli Serdang District Hotden Leonardo Nainggolan; Albina Ginting; Susana Tabah Trina; Yanto Raya Tampubolon; Tavi Supriana
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 11 No. 3 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish.v11i3.47274

Abstract

The COVID-19 pandemic has caused various negative impacts on people, both those living in urban areas and farmers in rural areas. This study aims to determine the socio-economic impact of the COVID-19 pandemic on farmers and to find alternative approaches to recovering the socio-economic conditions of farmers in the District of Deli Serdang, North Sumatra Province. The research was conducted from June to November 2021 in the District of Deli Serdang. The data used in this research are primary and secondary data, which were analyzed by descriptive methods with qualitative and quantitative approaches to determine the pandemic's impact on social and economic conditions. Statistical tests were carried out to compare the socio-economic conditions of farmers before and during the pandemic with the t-test. Based on the study's findings, it was determined that the COVID-19 pandemic had negatively impacted farmers' socio-economic conditions, which are demonstrated by a decline in their frequency of social interactions, frequency of community visits, family income, and level of savings during the pandemic. Moreover, the recovery of the social-economic conditions of farmers during the COVID-19 pandemic has been achieved through farmer empowerment activities, market development, and institutional and capital sources aspects. Based on the research results, there are three recommendations. Restoration of the socio-economic conditions of farmers will be optimal if carried out collaboratively between the government, the private sector, and the farmers themselves. The government must optimize the empowerment of farmers through training, counseling, and innovation in farming technology. Private institutions are expected to participate in socialization and counseling about optimal farming development during the COVID-19 pandemic.
Pendapatan dan Tingkat Kemiskinan Petani di Kawasan Danau Toba, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Hotden Leonardo Nainggolan; Albina Ginting; Sarma Insani Bakkara; Yanto Raya Tampubolon; Susana Tabah Trina
JURNAL TRITON Vol 14 No 1 (2023): JURNAL TRITON
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47687/jt.v14i1.348

Abstract

Produksi usaha tani yang tidak maksimal dan fluktuatif di kawasan Danau Toba, akan turut berdampak pada pendapatan dan tingkat kemiskinan petani. Urgensi penelitian ini adalah mengetahui tingkat pendapatan, pengeluaran petani, dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan, pengeluaran dan tingkat kemiskinan petani di Kawasan Danau Toba. Penelitian dilakukan di Kecamatan Ajibata Kabupaten Samosir, pada bulan Agustus hingga November 2021. Populasi penelitian adalah petani di Desa Pardomuan Motung, Sigapiton dan Sirungkungon dengan total 286 kepala keluarga (KK) populasi. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan metode Slovin, yaitu sebanyak 39 responden, dengan perincian, Desa Pardomuan 12 responden, Desa Sigapiton 16 responden, dan Desa Sirungkungon 11 responden. Dalam penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh melalui survey dan wawancara dengan responden dan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan instansi resmi lainnya. Data dianalisis secara deskriptif, dengan analisis pendapatan dan analisis kemiskinan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan; a) pendapatan usaha tani pangan berkontribusi sebesar 56% dan pendapatan usaha tani perkebunan rakyat berkontribusi 44% terhadap total pendapatan usaha tani keluarga petani; b) rata-rata pengeluaran non-pangan lebih kecil dari rata-rata pengeluaran pangan, c) rata-rata pengeluaran perkapita petani sebesar 359,3 kg setara beras/ tahun; d) terdapat 51,28 % petani yang dikategorikan keluarga miskin, dan 41,03% petani dikategorikan keluarga nyaris miskin. Berdasarkan kesimpulan disarankan agar petani membentuk kelompok tani yang berperan sebagai sarana informasi dan berdiskusi dalam rangka pengembangan usahataninya. Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan sarana dan prasarana bagi petani, yang meliputi bibit yang bersertifikat, pupuk bersubsidi, obat-obatan dan inovasi dan teknologi usaha tani.