Ajahari Ajahari, Ajahari
Dosen STAIN Palangka Raya

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

POLITISASI ISLAM SEBAGAI SUATU SISTEM BUDAYA DAN TOPIKALITAS REVIVALISME ISLAM Ajahari, Ajahari
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Publisher : LP2M IAIN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (31.917 KB)

Abstract

Politisasi Islam sebagai suatu system budaya adalah suatu usaha atau ikhtiar untuk menjadikan ajaran, konsep dan doktrin Islam "membumi" dalam berbagai dimensi kehidupan baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Politisasi Islam sebagai suatu sistem budaya ini dalam sejarah telah ditunjukan oleh Nabi Muhammad Saw dalam berbagai dimansi kehidupan terutama ketika Nabi berada di Madinah. Politisasi Islam sebagai suatu system budaya ini  memiliki dampak yang sangat besar dan positif dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu sehingga terwujud suatu tatanan masyarakat yang teratur dan berperadaban, yang sekarang diistilahkan sebagai "Masyarakat Madani".
POLITISASI ISLAM SEBAGAI SUATU SISTEM BUDAYA DAN TOPIKALITAS REVIVALISME ISLAM Ajahari, Ajahari
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Publisher : LP2M IAIN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (31.917 KB)

Abstract

Politisasi Islam sebagai suatu system budaya adalah suatu usaha atau ikhtiar untuk menjadikan ajaran, konsep dan doktrin Islam "membumi" dalam berbagai dimensi kehidupan baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Politisasi Islam sebagai suatu sistem budaya ini dalam sejarah telah ditunjukan oleh Nabi Muhammad Saw dalam berbagai dimansi kehidupan terutama ketika Nabi berada di Madinah. Politisasi Islam sebagai suatu system budaya ini  memiliki dampak yang sangat besar dan positif dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu sehingga terwujud suatu tatanan masyarakat yang teratur dan berperadaban, yang sekarang diistilahkan sebagai "Masyarakat Madani". 
ETOS KERJA PEREMPUAN SUKU DAYAK DI PINGGIRAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KAHAYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH (Studi Pada Perempuan Suku Dayak Desa Tangkahen Kecamatan Banama Tingang Kabupaten Gunung Mas) Rahmaniar, Rahmaniar; Ajahari, Ajahari
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Publisher : LP2M IAIN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (31.917 KB)

Abstract

Wilayah alam Kalimantan Tengah yang begitu luas yakni 153.564 Km2 atau 28 % dari luas kepulauan Indonesia dan lapangan pekerjaan yang tidak terkonsentrasi pada satu bidang pekerjaan serta banyaknya wilayah yang tidak tergarap memberikan kesan seolah-olah masyarakat Kalimantan Tengah sangat dimanjakan oleh alam tidak memiliki etos kerja yang tinggi. Untuk membuktikan apakah masyarakat Dayak Kalimantan Tengah memang tidak memiliki etos kerja yang tinggi dan sangat dimanjakan oleh alam, maka disinilah perlunya dilakukan penelitian secara mendalam Ada tiga hal yang menjadi fokus penelitian ini adalah : 1) Bagaimana pola kerja perempuan Dayak di Desa Tangkahen; 2) Bagaimana etos kerja perempuan Dayak di Desa Tangkahen, dan 3) Apa saja faktor pendukung maupun faktor penghambat etos kerja perempuan Dayak di desa Tangkahen.Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis.  Adapun metode pengumpulan data  yang digunakan meliputi : 1) Participant Observation (pengamatan terlibat), 2) Depth Interview (wawancara mendalam), dan 3) Dokumentasi.Setelah melakukan penelitian di lapangan menunjukan bahwa :Pertama, berkaitan dengan  pola kerja perempuan Dayak di Desa Tangkahen tampaknya menunjukan pola kerja yang relatif homogen dan dalam beberapa kasus tertentu  polanya sedikit bervariasi. Secara umum perempuan Suku Dayak tergolong sebagai tipe pekerja dan pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang dilakukan di luar rumah. Menyadap karet merupakan pekerjaan utama mereka di samping sebagai pedagang, dan ada beberapa orang sebagai ibu rumah tangga, akan tetapi jumlahnya relatif kecil. Pekerjaan menyadap karet mereka lakukan pada waktu pagi hari sekitar pukul 05.00-12.00 Wib. Sementara pada sore hari mereka gunakan untuk melakukan pekerjaan sampingan, mengikuti kegiatan  sosial kemasyarakatan dan sosial keagamaan. Sedangkan pada malam hari mereka melakukan kegiatan domestik. Kedua, dilihat dari etos kerja perempuan suku Dayak yang tinggal di DAS (Daerah Aliran Sungai) Kahayan tampaknya menunjukan etos kerja yang relatif tinggi. Hal ini terbukti bahwa mereka rata-rata sebagai pekerja di luar rumah. Mereka juga sangat tekun dan rajin serta memiliki keuletan dalam bekerja. Bagi mereka bekerja di luar rumah merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang dilakukan secara turun temurun dan bahkan ada satu pandangan bahwa bekerja merupakan salah satu ciri perempuan masyarakat Dayak.Ketiga, faktor-faktor yang mendorong mereka memiliki etos kerja yang tinggi tersebut antara lain faktor teologis yakni melaksanakan ajaran agama, kesadaran akan arti dan hakikat hidup,  keinginan untuk hidup yang lebih layak, faktor tuntutan hidup dan lingkungan, dan faktor tradisi yang memberikan keleluasaan bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah serta tersedianya sumber daya alam. Sedangkan faktor penghambat adalah ketergantungan mereka terhadap musim, tingkat pendidikan yang masih relatif rendah, belum adanya infrastruktur yang layak dan belum terbentuknya wadah organisasi yang dapat membina potensi dan keterampilan serta menyalurkan aspirasi yang mereka miliki. 
Dimensi-Dimensi Pengembangan Fungsi Masjid Di Kota Palangka Raya ajahari, ajahari
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Publisher : LP2M IAIN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (31.917 KB)

Abstract

The principle of the study is to explore the objective condition about the dimension of the mosque function development inPalangkaRayaCity. There are two problems to be discussed: 1) How are the mosque function development  inPalangkaRayaCity?; 2) How are the kind of problems in developing of mosque function inPalangkaRayaCity?The approach used in this study was qualitative by using multi-case study. It was used to explore 23 mosques which were inPalangkaRayaCityrelated to their dimension in developing of mosque functions and developmental problems. The data collection method used: (a) interview, (b) participative observation, (c) documentation. To analyse the data were used collection, reduction, display, and verification data.The findings showed that 20 mosques had shown their developmental dynamics in education, religious proselytizing, and social fuction. Meanwhile, their function in economy, art, and politic did not run maximally. There were some problems in developing of the mosque function, as follows: (1) the management of mosque was not enough yet, (2) they had weakness in management, (3) there were some understanding of laws pertaining to ritual obligations, (4) there were no communication intensively to congragation, (5) there was no internal synergy organizer and inter-organizer, (6) they had limited finances, (7) the mosque building was oriented to physical building, (8) they had limited insfrastructure, (9) the location of moque was not strategic, (10) there were  reduction to the mosque functions.Â