Marius Derick Simons
University of the Western Cape

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Defragmenting structures of students’ translational thinking in solving mathematical modeling problems based on CRA framework Kadek Adi Wibawa; I Putu Ade Andre Payadnya; I Made Dharma Atmaja; Marius Derick Simons
Beta: Jurnal Tadris Matematika Vol. 13 No. 2 (2020): Beta November
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/betajtm.v13i2.327

Abstract

[English]: The fragmentation of thinking structure is a failed construction existing in students’ memory due to disconnections on what they have learned. It makes students undergo difficulties and errors in solving mathematical modeling problems. There is a need to prevent permanent fragmentations. The problem-solving involving modeling problems requires translational thinking, changing from source representations to targeted representations. This research aimed to formulate undergraduate students’ effort in restructuring their fragmented translational thinking (defragmentation of translational thinking structure). The defragmentation was mapped through the CRA framework (checking, repairing, ascertaining). The subjects were three of eighty-five 4th and 6th-semester students. Data were analyzed through three stages; categorization, reduction, and conclusion. The analysis resulted in three types of defragmentation of translational thinking structure: from verbal representations to graph representations, from graph representations to symbolic representations (algebraic forms), and from the graph and symbolic representations to mathematical models. The finding shows that it is essential for mathematics educators to allow students to manage their thinking structures while experiencing difficulties and errors in mathematical problem-solving. Keywords: Thinking structure, Fragmentation, Defragmentation, Translational thinking, CRA framework [Bahasa]: Fragmentasi struktur berpikir merupakan kegagalan konstruksi yang terjadi di dalam memori akibat dari konsep-konsep yang dipelajari tidak terkoneksi dengan baik. Hal ini membuat mahasiswa sering mengalami kesulitan dan kesalahan dalam memecahkan masalah pemodelan matematika. Untuk itu, perlu dilakukan upaya agar tidak terjadi fragmentasi struktur berpikir yang permanen. Dalam memecahkan masalah pemodelan matematika, mahasiswa perlu melakukan berpikir translasi, yaitu mengubah representasi sumber menjadi representasi yang ditargetkan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan upaya mahasiswa dalam melakukan penataan fragmentasi struktur berpikir translasi yang terjadi (defragmentasi struktur berpikir translasi) dalam memecahkan masalah pemodelan matematika. Defragmentasi yang dilakukan mahasiswa dipetakan melalui kerangka CRA (checking, repairing, dan ascertaining). Subjek penelitian adalah mahasiswa semester 4 dan 6 yang terdiri dari 3 orang dipilih dari 85 mahasiswa. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pengategorian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menemukan tiga jenis defragmentasi struktur berpikir translasi: defragmentasi dari representasi verbal ke grafik, dari representasi grafik ke simbol (bentuk aljabar), dan representasi grafik dan simbol (bentuk aljabar) ke model matematika. Penelitian ini menunjukkan pentingnya pengajar matematika memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam menata struktur berpikirnya ketika mengalami kesulitan dan kesalahan dalam memecahkan masalah matematika. Kata kunci: Struktur berpikir, Fragmentasi, Defragmentasi, Berpikir translasi, Kerangka CRA
An ethnomethodological analysis of students’ understanding of the concept of trigonometry in a high-stakes examination in South Africa Marius Derick Simons; Kadek Adi Wibawa
Beta: Jurnal Tadris Matematika Vol. 14 No. 2 (2021): Beta November
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/betajtm.v14i2.459

Abstract

[English]: In South Africa, National Senior Certificate (NSC) mathematics examination is a capping external examination taken at the culmination of twelve years of schooling. The purpose of this study was to investigate and analyze the responses of examinees in the examinations in the concept of trigonometry. While the study mainly used an ethnomethodological approach, a documentary analytical approach was also adopted. Documentary analysis was necessitated by the private nature of the NSC examination, as we only had access to the written work of the examinees. The major findings were: (1) that the strategies and tactics used by examinees are highly driven by the context of the high-stakes examination; (2) that examinees’ ways of working exhibit the general structure of the practice that is commonly found in mathematical discourse practices. Further studies are required to deepen the understanding of the thinking processes of examinees by conducting focus group interviews, where the examinees are afforded opportunities to explain their workings in school-based assessments. [Bahasa]: Di Afrika Selatan, ujian matematika National Senior Certificate (NSC) adalah ujian tambahan yang diambil pada akhir dari dua belas tahun sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan investigasi dan analisis tanggapan siswa peserta ujian matematika NSC terkait konsep trigonometri. Selain pendekatan etnometodologi yang secara umum dipakai dalam penelitian ini, pendekatan analitis dokumenter yang juga diadopsi terkait karakteristik ujian NSC, dalam hal inipeneliti hanya memiliki akses pada jawaban tertulis peserta ujian. Temuan utama penelitian adalah: (1) bahwa strategi dan taktik yang digunakan oleh peserta ujian sangat didorong oleh konteks ujian berisiko tinggi; (2) bahwa cara kerja peserta ujian menunjukkan struktur umum praktik yang biasa ditemukan dalam praktis diskursus matematika. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperdalam pemahaman tentang proses berpikir peserta ujian dengan melakukan wawancara kelompok terfokus, dimana peserta ujian diberikan kesempatan untuk menjelaskan cara kerja mereka dalam penilaian berbasis sekolah.