Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Gambaran Tipe Self-Presentation melalui Konten Foto Instagram pada Mahasiswi Alifia Raniaputri Hendraswara; Harlin Nikodemus Hutabarat; Yuliana Hanami
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 7, No 2 (2020): PSYMPATHIC
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/psy.v7i2.7159

Abstract

Instagram is one popular social media that is used, especially among college students. Students tend to do self-presentations to give a good impression to others. This study is conducted using qualitative method to obtain description of the type of students’ self-presentation through photo contents uploaded to their Instagram account. The data was collected from the social media of 10 female college students of Faculty of Communication in Padjadjaran University. The results show that the types of self-presentation performed by the participants were ingratiation, supplication, and enhancement. These three types of self-presentation are the types that are often showed through social media. There were three subjects who used all three types of strategies, four subjects used two types (ingratiation and enhancement) and three subjects used one type, ingratiation. From 192 observed photos, 152 were included in the ingratiation type, 4 in the supplication type, and 34 in the enhancement type.
Cyberloafing, Baik atau Buruk?: Exploratory Case Study Karyawan Selama Pandemi Covid-19 Widad Zahra Adiba; Anissa Lestari Kadiyono; Yuliana Hanami
Performance: Jurnal Personalia, Financial, Operasional, Marketing dan Sistem Informasi Vol 28 No 2 (2021): Performance
Publisher : Faculty of Economics and Business Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jp.2021.28.02.4246

Abstract

Tindakan menggunakan internet untuk keperluan non-pekerjaan oleh karyawan saat jam kerja yang dikenal dengan istilah cyberloafing dapat menimbulkan dampak yang merugikan ataupun bermanfaat bagi perusahaan. Perilaku cyberloafing pada karyawan di masa pandemi meningkat selama program bekerja dari rumah (work from home) dilaksanakan. Hal ini disebabkan dengan adanya intensitas penggunaan internet yang lebih sering, misalnya untuk menunjang komunikasi jarak jauh antar sesama karyawan, atasan, dan/ atau klien. Informan dalam penelitian merupakan tiga karyawan dari berbagai perusahaan atau instansi yang bekerja WFH selama pandemi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe studi kasus eksploratori. Sedangkan teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan in-depth interview dengan berfokus pada empat dampak negatif dari cyberloafing, yaitu (1) produktivitas kerja menurun, (2) distraksi saat bekerja, (3) menguras waktu, energi dan fikiran, (4) interaksi dengan kolega berkurang, serta dampak positif cyberloafing (1) stres berkurang, (2) produktivitas kerja meningkat, (3) kreativitas meningkat, (4) balancing work/life). Selain itu, penelitian ini juga mengeksplorasi alasan karyawan melakukan cyberloafing saat jam kerja, menggunakan tiga faktor yang sudah ditentukan dari penelitian terdahulu, yaitu untuk mencari hiburan karena bosan, untuk menghilangkan stres dan kelelahan, serta pengaruh lingkungan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh informan setuju bahwa cyberloafing lebih banyak memberikan dampak positif dibandingkan negatif. Cyberloafing akan membuat pekerjaan lebih menarik, karena menjelajahi situs media sosial, menonton video online, atau belanja online akan menjaga kepuasan kerja, kreativitas, kesejahterahan, sebagai pemulihan karyawan bahkan membuat karyawan lebih bahagia.
Kualitas Hidup Pada Ibu dari Anak dengan Gangguan Spektrum Autisme Putri Fitriana Herdani; Fredrick Dermawan Purba; Yuliana Hanami
Psyche 165 Journal Vol. 15 (2022) No. 1
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.301 KB) | DOI: 10.35134/jpsy165.v15i1.145

Abstract

Ibu dari anak dengan gangguan spektrum autisme akan menghadapi tantangan pengasuhan dan perawatan anak mereka dibandingkan dengan ibu pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas hidup ibu yang memiliki anak dengan diagnosa gangguan spektrum autisme. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 7 orang yang merupakan ibu dari anak yang didiagnosa gangguan spektrum autisme. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data dikumpulkan melalui wawancara. Pengambilan data dilakukan pada masa pandemi Covid-19 sehingga 3 ibu diwawancarai melalui saluran platform audio call whatsapp dan 4 ibu wawancara secara langsung sesuai dengan protokol kesehatan. Teknik analisis data menggunakan tematik analisis. Hasil penelitian menujukkan terdapat 23 tema yang menggambarkan kualitas hidup ibu dari anak dengan gangguan spektrum autisme yang terdiri dari empat domain yaitu, kesehatan fisik, psikologis, relasi sosial dan lingkungan. Pada domain kesehatan fisik, mereka merasakan lelah secara fisik maupun psikis. Pada domain psikologis, terdapat perasaan yang dirasakan saat menerima diagnosa dan selama merawat anak dengan autisme. Pada domain relasi sosial, ibu dari anak dengan autisme berpengaruh terhadap hubungan dengan keluarga, teman, tetangga dan pasangan. Dengan adanya dukungan yang diperoleh ibu merasa semangat dan bersyukur dalam merawat anak dengan autisme. Pada domain lingkungan, ibu memiliki kebutuhan untuk melakukan terapi dan sekolah. Ibu menerima hal-hal baru dan memperoleh informasi mengenai autisme dari berbagai sumber. Bagi ibu, fasilitas yang dibutuhkan anak dengan autisme dirasa sudah cukup memadai dari fasilitas kesehatan, transportasi dan kondisi lingkungan fisik.
STRES DAN SELF-DISCLOSURE DI TWITTER PADA MAHASISWA Adzra Fathiya Hasna; Yuliana Hanami
Jurnal Psikologi Vol 15, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/psi.2022.v15i2.5880

Abstract

Self-disclosure di media sosial dapat dijadikan salah satu cara mencari dukungan sosial sebagai usaha mengatasi stres yang banyak dialami mahasiswa. Twitter merupakan salah satu media sosial microblogging dengan fitur utama berbentuk broadcast teks singkat yang memudahkan penggunanya berbagi secara cepat dan ringkas, sehingga seharusnya dapat memudahkan self-disclosure. Akan tetapi, penelitian terdahulu belum banyak yang meneliti self-disclosure dalam konteks Twitter. Oleh karena itu, penelitian ini mencari tahu apakah terdapat hubungan antara stres dengan self-disclosure di Twitter pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada 128 mahasiswa aktif Universitas Padjadjaran yang merupakan pengguna aktif Twitter. Alat ukur yang digunakan adalah Perceived Stress Scale-10 (PSS-10) dan hasil adaptasi skala self-dicslosure oleh Wheeless (1978) dalam penelitian S. Zhang, Kwok, Lowry, Liu, & Wu (2019). Analisis korelasi yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat stres dengan perilaku mengungkapkan informasi diri di Twitter pada responden yang mengalami stres. Karakteristik self-disclosure yang dilakukan mayoritas responden yang mengalami stres mendukung asumsi awal bahwa self-disclosure yang dilakukan pada saat stres adalah untuk mendapatkan dukungan sosial. Stres juga ditemukan berhubungan paling kuat dengan dimensi amount dan valence self-disclosure.
Studi Awal “Wkwk”: Ekspresi Tulisan Tawa Daring Masyarakat Indonesia Yuliana Hanami; Aulia Hanafitri; Muhammad Fathoni; Adzra Fathiya Hasna
HUMANIKA Vol 29, No 2 (2022): December
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/humanika.v29i2.47390

Abstract

“Wkwk” dikenal sebagai ekspresi tulisan tawa yang biasa digunakan pengguna internet di Indonesia. Kemunculan “wkwk” difasilitasi oleh interaksi daring antar pengguna internet melalui berbagai macam wadah, seperti game online, media sosial, blog, dan forum komunitas. Meskipun hingga kini penggunaannya sangat umum, pembahasan ilmiah berbasis data tentang “wkwk” masih sulit ditemukan. Penelitian ini bertujuan sebagai eksplorasi atas pemahaman tulisan tawa “wkwk” yang kaitannya tidak dapat terpisahkan dari perilaku interaksi pengguna media daring di Indonesia. Eksplorasi dilakukan dengan berfokus pada tiga hal mendasar: siapa saja pengguna “wkwk”, awal mula penyebaran “wkwk” berdasarkan pengalaman para penggunanya, dan variasi penulisan ekspresi teks “wkwk”. Data penelitian diperoleh melalui survei dengan penyebaran kuesioner secara daring melalui media sosial para peneliti menggunakan teknik convenience sampling dengan perolehan partisipan sebanyak 743 orang yang tersebar pada beberapa lokasi di Indonesia dan luar negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu perempuan dan laki yang tersebar pada rentang umur anak-anak hingga lansia menggunakan “wkwk” dalam berkomunikasi secara tertulis melalui berbagai macam media daring. WhatsApp menjadi media penyebaran yang paling banyak digunakan dalam penggunaan “wkwk”. Selain itu, ekspresi “wkwk” juga ditemukan lebih banyak terjadi dalam interaksi antar teman yang melibatkan percakapan sehari-hari. Tak hanya itu, variasi yang beragam dalam mengungkapkan tawa “wkwk” juga ditemukan terkait modifikasi kandungan huruf dan jenis huruf yang dituliskan. Temuan penelitian ini memperlihatkan gambaran umum tentang bagaimana tulisan tawa “wkwk” digunakan dalam komunikasi daring masyarakat Indonesia secara tertulis. Studi lanjutan mengenai aspek lain dari “wkwk” disarankan untuk dilakukan demi memperkaya salah satu khazanah bahasa daring di Indonesia.
Adaptasi Alat Ukur Professional Quality of Life pada Psikolog Klinis di Fasilitas Kesehatan Nabila Ghassani Putri; Fredrick Dermawan Purba; Yuliana Hanami
Psyche 165 Journal Vol. 16 (2023) No.1
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.555 KB) | DOI: 10.35134/jpsy165.v16i1.224

Abstract

Professional Quality of Life (PROQOL) is the quality one feels in relation to their work as a helper. Both the positive and negative aspects of doing the job influence ones professional quality of life. People who work in helping professions may respond to individual, community, national, and even international crises. PROQOL-V has been widely researched in Indonesia despite the limitation of its measurement tool and its usage on clinical psychologist subjects. Therefore, it is deemed necessary to adapt PROQOL measurement as a research tool for clinical psychologist in Indonesia. This study aims to adapt the Indonesian version of the PROQOL-V measurement by ensuring that the instrument has good measurements characteristics, namely validity and reliability. This study uses quantitative research. The instrument PROQOL-V consisting of 30 items that was administered to 100 professional clinical psychologist. The evidence of validity was acquired from expert judgment when designing the instrument and Pearson correlation.The reliability was tested using Cronbsch's Alpha coefficient (α). The item analysis found that the Pearson correlation values ranged from 0.214 to 0.718 with r table pearson product moment 0.195, and reliability testing resulted a value of α = 0.692. It can be concluded that the Indonesian version of the PROQOL-V instrument usage on clinical psychologist subjects is valid and reliable.
Gambaran nilai dan kebiasaan budaya Jawa dan Batak pada pengendalian diri: Analisis psikologi budaya Riska Trismayangsari; Yuliana Hanami; Hendriati Agustiani; Shally Novita
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 7 No. 1 (2023): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v7i1.25225

Abstract

Jawa dan Batak sebagai dua suku terbesar di Indonesia memiliki perbedaan cukup mencolok dari cara berbicara dan bersikap. Tak hanya itu, nilai-nilai yang diajarkan pada anak-anaknya melalui pengasuhan juga dapat berbeda, salah satunya adalah nilai dalam pengendalian diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran nilai-nilai budaya yang diajarkan melalui pengasuhan yang berkontribusi dalam mempengaruhi pengendalian diri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Partisipan dalam studi ini berjumlah empat orang dengan dua orang bersuku Jawa dan dua orang bersuku Batak. Data diperoleh melalui wawancara yang dilakukan melalui google meet. Hasil penelitian menemukan bahwa nilai-nilai yang berkontribusi dalam membentuk pengendalian diri dari suku Jawa adalah sopan santun atau tata krama, kejujuran, disiplin, dan kepercayaan. Sementara pada suku Batak adalah nilai tanggung jawab, agama, pendidikan, dan kejujuran. Oleh karena itu, adanya pengaruh budaya yang diturunkan terhadap pengendalian diri dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan intervensi.    Javanese and Batak are the two largest ethnic groups in Indonesia. They have pretty striking differences in the way they speak and behave. Not only that, but the values taught to their children through parenting can also be different. One of them is the value of self-control. This study aims to find out the picture of cultural values taught through parenting that contributes to influencing self-control. This research uses a descriptive qualitative approach. The participants in this study were four people. They are two Javanese and two Batak. The data was obtained through interviews via google meet. The result of the study found that the values that influence the self-control of the Javanese are manners, honesty, discipline, and trust while the Batak are responsibility, religion, education, and honesty. Therefore, the influence of inherited culture on self-control can be considered in intervening.
GAMBARAN PENGGUNAAN KATA AING OLEH NON-NATIVE SUNDA DALAM KONTEKS RELASI PERTEMANAN Resti Arsanti; Nabilah Hasna; Putri Astuti; Yuliana Hanami
Jurnal Sosial Humaniora Vol. 14 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jsh.v14i2.6660

Abstract

Sojourn students will be faced with a new environment and culture. Interaction with native speakers of the regional language can be a factor that supports the form of adjustment in a new environment. The word “aing” as a first-person pronoun is part of the very rough level of Sundanese that should not be used carelessly. Apart from this meaning, it turns out that the use of the word foreign is often found among students in the Sundanese area. This study aims to determine how the description of the use of the word foreign by non-native Sundanese in the context of friendship relations. Through a qualitative approach, this research involved 36 non-native Sundanese students. Data collection was carried out by distributing a self-report questionnaire in the form of a Google Form consisting of 14 questions in the form of an open-ended question. The data obtained are interpreted into four discussion categories, namely "Understanding and Practice of Using Foreign Words", "Background for Using Foreign Words", "Offline & Online Interaction", and "Impact of Using Foreign Words". The results show that sojourn students understand when and how aing was used in friendly relations. This makes them more able to feel the positive impact on the friendships that are built when using aing in communication.
Solo Supermom: Psychological Well-Being pada Ibu Tunggal yang Kehilangan Pasangan Meninggal Dunia Hafiza Putri Sukmana; Yuliana Hanami
Psyche 165 Journal Vol. 16 (2023) No. 4 (Accepted)
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35134/jpsy165.v16i4.288

Abstract

A single mother who lost her spouse due to death bears the dual responsibility of being both a father and mother in the family, including managing the household, educating her children, and supporting herself. This situation places significant physical and mental pressure on her. The spouse’s role as a support system is no longer available to the single mom, and the grief experienced as an independent single mom leads to changes in her psychological well-being. This research aims to provide an overview of the psychological well-being of single mothers who have lost their spouses due to death. The study employs a descriptive qualitative approach with thematic analysis. Data collection involves semi-structured interviews with three participants using snowball sampling. The research findings indicate that single mothers undergo changes in self-acceptance and their current experiences after experiencing profound grief due to abandonment for approximately one year. Social support from the family influences a positive connection with their environment, while a lack of social support results in loneliness and reduced self-esteem. Job instability makes it difficult for single mothers to earn a living and be self-reliant. Social pressures related to the assessment of their status as widows and single mothers are felt by them. Single mothers have life goals related to the future of their children, and for those who are pessimistic, life is often entirely dedicated to their children, with limited opportunities for self-development. This research can be used by mental health promotion program designers and policymakers as additional empirical information on the current condition of single mothers' psychological well-being.