Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pelatihan dan Pendampingan Teknologi Asap Cair Menggunakan Limbah Pertanian di Kecamatan Parengan, Tuban Adi Rastono; Refa Firgiyanto; Pitri Ratna Asih; Ega Faustina; Dita Megasari
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 2 NOMOR 2 SEPTEMBER 2018 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.422 KB) | DOI: 10.30595/jppm.v2i2.2179

Abstract

ABSTRAKPada era globalisasi persoalan mengenai pencemaran dan kerusakan lingkungan menjadi suatu permasalahan yang masih belum bisa dipecahkan oleh masyarakat secara berkelanjutan. Salah satu penyebabnya adalah penumpukan limbah seperti limbah pertanian. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk mengolah limbah pertanian menjadi produk asap cair yang multifungsi dengan menggunakan metode pirolisis.Kegiatan pengabdian dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai dengan Desember 2017 di Desa Sukorejo Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban dengan kelompok sasaran adalah petani. Metode kegiatan ini meliputi a) penyuluhan dengan tujuan meningkatkan pemahaman petani dalam mengelola limbah pertanian menjadi asap cair, b) Difusi Iptek melalui pembuatan peralatan asap cair dengan menggunakan metode pirolisis, c) Pelatihan dan pendampingan dalam proses pembuatan asap cair berbahan limbah pertanian disertai dengan monitoring dan evaluasi. Hasil dari kegiatan adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mitra, terciptanya instalansi alat pembuatan asap cair dan asap cair berbahan limbah pertanian yang multifungsi.  Kata Kunci: Asap cair, Limbah, Pelatihan, Pendampingan, Pestisida.
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS LAHAN CARICA (CARICA PUBESCENS) DALAM POLA TANAM TUMPANGSARI DENGAN STROBERI (FRAGARIA VESCA) DAN LONCANG (ALLIUM FISTULOSUM L.) DI LERENG GUNUNG LAWU Adi Rastono; Sugiyarto Sugiyarto; Marsusi Marsusi
MEDIA BINA ILMIAH Vol 12, No 9: APRIL 2018
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33758/mbi.v12i9.1035

Abstract

Lereng gunung Lawu adalah tempat alternatif sebagai tujuan transplantasi C. pubescens dengan sistem tumpangsari karena memiliki kondisi lingkungan yang hampir sepadan dengan dataran tinggi Dieng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan serta  produktifitas lahan yang digunakan. Metode penelitian menggunakan RAK 5 kali ulangan dengan perlakuan (1) monokultur C. pubescens; (2) Kombinasi C. pubescens dengan Stroberi dan (3) kombinasi C. pubescens dengan Loncang. Parameter pertumbuhan yang diamati adalah berat basah dan berat kering. Parameter pertumbuhan C. pubescens dianalisis menggunakan ANOVA dan dilanjutkan uji Duncan pada taraf 5%. Perhitungan competition ratio (CR) dan land equivalent ratio (LER) dalam sistem tumpangsari maka, dilakukan penanaman ubi jalar dan cabai secara monokultur. Hasil penelitian menunjukan Pertumbuhan tanaman C. Pubescens yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari selama 12 minggu setelah tanam tidak menunjukan adanya beda nyataTumpangsari C. Pubescens dengan Setroberi dan loncang tidak menunjukan kompetisi antar tanaman yang ditunjukan dengan nilai CR yaitu: berat basah a 1,14: b 1,25 dan a 2: b 2 Sedangkan  berat kering a 1,09 : b 1,31 dan a 2,13: b 2,13. Sistem pertanaman tumpangsari lebih efektif dari pada monokultur yang ditunjukan dengan nilai LER > 1 pada berat kering yaitu C. pubescens dengan Setroberi memiliki nilai 3,14 sedangkan kombinasi C. pubescens dengan loncang  memiliki nilai LER 2,89.
PENGENDALIAN NILAI Ec DAN pH PADA NUTRISI SELADA (Lactuca Sativa L) HIDROPONIK NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) DI PT HIDROPONIK AGROFARM BANDUNGAN Adi Rastono; Widyasha Kusuma Nirmala
MEDIA BINA ILMIAH Vol 13, No 7: Februari 2019
Publisher : BINA PATRIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33758/mbi.v13i7.1124

Abstract

Selada adalah tanaman sayuran yang tergolong dalam famili Asteraceae yang dapat tumbuh pada ketinggian minimum 300 mdpl. Selada dapat dibudidayakan menggunakan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique). Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique adalah budidaya tanaman tanpa tanah, dimana akar tanaman berada dalam aliran air yang dangkal bersirkulasi dan mengandung unsur yang diperlukan tanaman. Faktor  keberhasilan yang mempengaruhi budidaya selada (Lactuca sativa L) pada sistem hidroponik adalah nutrisi yang berkaitan dengan nilai EC dan pH. Penelitian ini bertujuan untuk mengendalian nilai EC dan pH Serta Mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai EC dan pH pada nutrisi selada (Lactuca sativa L.) hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) di PT Hidroponik Agrofarm Bandungan. Metode yang digunakan dalam Penelitian adalah pengukuran dan pengendalian nilai EC, pengukuran dan pengendalian nilai pH, pengukuran suhu dan pengukuran intensitas cahaya. Nilai EC dan pH dipengaruhi oleh suhu dan intensitas cahaya. Hasil pengukuran nilai EC dan pH mengalami fluktuatif setiap minggunya sedangkan suhu dan intensitas cahaya mengalami peningkatan. Pengendalian nilai EC dilakukan dengan pemberian nutrisi dan pengendalian nilai pH dilakukan dengan penambahan asam nitrat
PEMBUATAN BUBUR INSTAN MP-ASI BERBAHAN TEPUNG PORANG (Amorphonphallus muelleri) DAN WORTEL (Daucus caronta L.) DENGAN PENAMBAHAN VARIAN RASA Adirastono Adirastono; Diah Nur Atiqoh
Jurnal Inovasi Penelitian Vol 1 No 4: September 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47492/jip.v1i4.1779

Abstract

Upaya untuk memenuhi gizi pada bayi adalah dengan memberi asupan yang mengandung senyawa seperti yang ditemukan pada ASI. Kolostrum karbohidrat pada ASI, 24% merupakan oligosakarida. Oligosakarida ASI terbukti mendorong pertumbuhan bakteri baik bifidobakteri di saluran pencernaan, menurunkan resiko infeksi dan diare, meningkatkan daya tahan tubuh serta berperan penting dalam perkembangan otak Karenanya oligosakarida merupakan sumber prebiotik. Bahan penghasil prebiotik oligosakarida termasuk diantaranya umbi porang (Amorphophallus oncopyllus). Jenis bahan pangan lain yang dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan MP-ASI salah satunya adalah wortel. Wortel (Daucus carota L.) merupakan sumber vitamin A bermanfaat bagi kesehatan manusia. Bubur yang dapat menarik para konsumen adalah bubur yang memiliki gizi, vitamin, serta yang paling banyak di pasaran adalah tentang rasa bubur tersebut. Penambahan rasa pada bubur bayi pada MP-ASI ini menggunakan susu bubuk. Tujuan pembuatan produk ini adalah mengetahui bagaimana proses serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang teknologi pengolahan bubur MP-ASI. Metode yang digunakan adalah Mixture Design. Hasilnya Produk bubur instan MP-ASI dibuat memalui proses pengolahan yaitu dimulai dari pengupasan, pencucian, pengeringan, pengahlusan, pencampuran bahan-bahan tepung porang, wortel, susu bubuk, minyak nabati, dan sampai pada pengemasan.Uji organoleptik dengan 15 panelis menghasilkan bahwa rasa vanilla lebih disukai dari segi rasa, aroma dan warna, namun tekstur cenderung sama hasilnya.
The potential of mushroom Baglog waste compost by adding FMA on ground water spinach (Ipomoea reptans Poir) growth Adi Rastono; Masrur Muzadi; Hamzah Nata Siswara
JURNAL AGRONOMI TANAMAN TROPIKA (JUATIKA) Vol 5 No 1 (2023): Vol 5 No 1 (2023): Jurnal Agronomi Tanaman Tropika (JUATIKA)
Publisher : LPPM UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36378/juatika.v5i1.2719

Abstract

Unrecycled mushroom Baglog waste will become a place for spores to grow so that the spores will spread to the inoculation room, damaging the mushroom Baglog media, which causes crop failure. The right step for utilizing Baglog waste is composting it. A composted Baglog waste will be better if it is added with arbuscular mycorrhizal fungi (FMA), improving and increasing soil nutrient quality. This study aimed to determine the potential of mushroom Baglog waste compost by adding FMA to groundwater spinach growth (Ipomoea reptans Poir). This study used RAK to treat compost, compost+AFM 10g, compost+AFMA 20g, and compost+AFMA 30g. The study results indicate that Baglog waste compost and FMA have not been able to interact well on the parameters of tendril length, wet weight, and dry weight, as shown by the results that are not significantly different from compost treatment without FMA. Even so, compost waste has the potential to be used as fertilizer or media because it already has physical quality conforming to SNI. Adding FMA to mushroom Baglog waste compost is recommended because it can potentially increase plants' growth rate. The best interaction between Baglog mushroom waste compost and FMA was the compost + 10 g FMA treatment for all observation parameters.
Growth and Yield of Intercropping between Carica (Carica pubescens) and Sweet Potato (Ipomoea batatas L.) and Leeks (Allium fistulosum L.) Adi Rastono; Sugiyarto Sugiyarto; Marsusi Marsusi
JURNAL AGRONOMI TANAMAN TROPIKA (JUATIKA) Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Agronomi Tanaman Tropika (JUATIKA) Vol. 5 No. 2 Juli 2023
Publisher : LPPM UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36378/juatika.v5i2.3105

Abstract

Carica pubescens needs a climate and edapic environment similar to that of its native Dieng plains in order to thrive. Due to these circumstances, measures must be taken to facilitate its diffusion. Another option is transplanting to regions with nearly identical edaphic and climatic characteristics. The growth of C. pubescens planted in monoculture and intercropping, as well as the degree of crop competition in intercropping and the effectiveness of the land used, the slopes of Mount Lawu are advised for transplant. The study's planting treatments were as follows: (1) C. pubescens monoculture; (2) Sweet Potato Monoculture; (3) C. pubescens and Sweet Potato Combination; (4) Leek Monoculture; and (5) C. pubescens and Scallions Combination. The study was set up in a randomized block design (RBD) with five replications. The ANOVA analysis of the growth characteristics, which comprised planting height, leaf area, and the number of leaves, was then proceeded using Duncan's test at the 5% level. Utilize the competition ratio (CR) formula to determine plant competition and the land equivalent ratio (LER) formula to determine productivity. The number of leaves parameter in the C. pubescens and sweet potato combination indicated a significant difference in the results. When grown alongside sweet potatoes, C. pubescens tends to be less competitive, with plant height values of 0.86: 1.27, 0.83: 1.72 for leaves, and 0.94: 1.10 for leaf area. The intercropping system is more lucrative with a value of plant height: 1.84, number of leaves: 1.89, and leaf area: 1.99 compared to plant height: 2, number of leaves: 2, and leaf area: 2, 25.
PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK KOMPOS LIMBAH PETERNAKAN DI DESA NGAWUN KABUPATEN TUBAN Adi Rastono; Masrur Muzadi; Hamzah Nata Siswara
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sabangka Vol. 2 No. 01 Januari (2023): Jurnal Pengabdian Masyarakat Sabangka
Publisher : Pusat Studi Ekonomi, Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM Azramedia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Desa Ngawun Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban dalam memanfaatkam limbah peternakan menjadi kompos. Warga masih memiliki beberapa keterbatasan dalam pengolahan antara lain, 1) pemahaman tentang teknologi pengolahan limbah ternak masih kurang, 2) belum memiliki keterampilan dalam mengelola limbah peternakan sehingga perlu adanya pendampingan dan pelatihan. Metode yang dilakukan dalam program pengabdian masyarakat adalah observasi melalui preetest dan postest, sosialisasi, pendampingan dan pelatihan pembuatan pupuk. Hasil dari kegiatan ini adalah Program ini berhasil dalam memotifasi warga untuk memanfaatkan limbah ternak menjadi kompos yang ditujukan prosentase preetest yang menjawab “Ya” adalah 31,3% dan “Tidak” 61,7%, namun setelah dilakukan kegiatan pendampingan dan pelatihan dalam pembuatan pupuk kompos prosentase pada posttest meningkat yaitu dengan jawaban “Ya” 80% sedangkan “Tidak” 20%.