Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Hakikat Pendidikan Islam : Dasar, Tujuan dan Kurikulum Pendidikan Islam serta Implementasinya dalam Lembaga Pendidikan Islam Zulmuqim Zulmuqim; M Zalnur; Robi Aroka; Desman Desman
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling: Special Issue (General)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.10322

Abstract

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan sangat mendasar yang diperlukan manusia. Di Indonesia banyak ragam atau macam pendidikan baik secara formal, informal, non formal, pendidikan usia dini, pendidikan Agama dan lain-lain. Semua pendidikan mempunyai fungsi, tujuan dan metode-metode tertentu untuk mewujudkan suatu visi dan misi dalam sebuah pendidikan tersebut. Namun kita seringkali tidak memahami bagaimanakah tujuan pendidikan itu sendiri. Bahkan kita sebagai calon pengajar dalam pendidikan Agama kebanyakan masih belum mengetahuinya. Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang dasar, tujuan dan kurikulum pendidikdn Islam serta implementasinya dalam lembaga pendidikan Islam.Mustafa al-Gulayaini bahwa pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan meresap dalam jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.Endang Syaifuddin Anshori memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh obyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi dan lain-lain) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu diserta evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.Maka tujuan pokok dan utama dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Semua mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran Akhlak keagamaan, karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan Akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam.
Pendelegasian Tugas dan Wewenang dalam Pendidikan Islam Robi Aroka; Desman Desman; Asnawir Asnawir; Ahmad Sabri; Hidayati Hidayati
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling: Special Issue (General)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.10722

Abstract

Kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi pada masa kini tergantung pada kemampuannya dalam mengantisipasi perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Dalam konteks ini, organisasi harus memiliki pimpinan yang efektif dalam menjalankan manajemen untuk mengelola perubahan yang ada dan berkelanjutan. Tantangan bagi seorang manajer pendidikan, yaitu kepala sekolah atau madrasah, pimpinan pesantren, rektor, atau direktur adalah bagaimana menjadi pendorong atau pelopor perubahan lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Sehingga keberhasilan mewujudkan suatu tujuan organisasi sangat tergantung oleh bagaimana seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya.kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktifitas individu atau group untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam situasi yang telah ditetapkan. Dalam mempengaruhi aktifitas individu pemimpin menggunakan kekuasaan, kewenangan, pengaruh, sifat dan karakteristik; dan tujuannya adalah meningkatkan produktifitas dan moral kelompok. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang menarik orang lain untuk melakukan sesuatu. Kekuasaan bersumber dari legitimasi, hak, dan paksaan. Kewenangan merupakan hak formal untuk mengajak seseorang melakukan sesuatu. Sementara sifat dan karakteristik adalah ciri-ciri personal yang menyebabkan seseorang mampu mempengaruhi orang lain.Kegiatan mempengaruhi dan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab kepada seseorang disebut dengan pendelegasian. Pendelegasian dilakukan didasarkan bahwa pada esensinya hampir tidak ada seorang pemimpin yang dapat secara pribadi menyelesaikan secara penuh seluruh tugas lembaganya seorang diri. Kepemimpinan yang sukses tampak pada kepemimpinan yang mempengaruhi bawahan untuk mengerjakan suatu tugas.Selain terjadi di lingkungan perusahaan, pendelegasian juga terlihat jelas di lembaga pendidikan islam, di lembaga pendidikan islam pendelegasian wewenang mempunyai dampak strategis bagi pematangan organisasi lembaga pendidikan Islam karena menjadikan para guru atau dosen dan karyawan memperoleh pembelajaran untuk memikul tanggung jawab lebih besar. Bahkan di dalam Islam berbagai bentuk pendelegasian wewenang tergambar dari shirah Rasulullah dan shahabiyah.
Pesantren : Asal Usul, Pertumbuhan Kelembagaan Dan Karakteristiknya Robi Aroka; Desman Desman; Zulmuqim Zulmuqim; Erwin Erwin; Duski Samad
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 2 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i2.883

Abstract

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang bersifat formal yang ada di Jawa, ia sudah ada sejak mulainya perkembangan Islam di Jawa. Ia tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan Islam di Nusantara. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang telah dikenal sejak zaman kolonial. Usia pesatren sudah sangat tua dan tidak pernah lekang diterpa perubahan zaman. Semakin lama semakin modern dan jumlahnya semakin banyak. Pesantren dijadikan sebagai sarana dakwah Islam dan memiliki konstribusi yang cukup besar terhadap perkembangan Islam di Jawa bahkan juga di luar Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah panjang dan unik. Secara historis, pesantren termasuk pendidikan Islam yang paling awal dan masih bertahan sampai sekarang. Berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan yang muncul kemudian, pesantren telah sangat berjasa dalam mencetak kader -kader ulama, dan kemudian berperan aktif dalam penyebaran agama Islam dan transfer ilmu pengetahuan. Karena keunikannya itu maka pesantren hadir dalam berbagai situasi dan kondisi dan hampir dapat dipastikan bahwa lembaga ini, meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana dan karekteristik yang beragam, tidak pernah mati. Demikian pula semua komponen yang ada didalamnya seperti kyai atau ustadz serta para santri senantiasa mengabdikan diri mereka demi kelangsungan pesantren. tentu saja ini tidak dapat diukur dengan standart system pendidikan modren dimana tenaga pengajarnya dibayar, karena jerih payahnya, dalam bayaran dalam bentuk material.
Muhammad Rasulullah SAW Sebagai Pendidik Desman Desman; Robi Aroka; Edi Safri; Rehani Rehani
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 2 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i2.887

Abstract

Mengenal potret Rasulullah. Sebagai seorang pendidik merupakan sebuah keniscayaan karena pendidikan yang diberikan oleh Rasulullah. Mengandung semangat dan semangat membangun manusia ke arah yang jauh lebih baik. Dalam pandangan Islam, kedudukan pendidik sangat penting. Tanpa kehadiran pendidik maka proses pendidikan tidak berarti apa-apa. Oleh karena itu untuk mewujudkan pendidik yang memiliki ruh (spirit) Islam, perlu melihat sisi kehidupan atau sifat Nabi. esensi utus beliau sebagai Rasulullah di muka bumi adalah sebagai uswah al-Hasanah dan rahmatan lil 'alamin. Artinya, seluruh aspek sunnah Nabi. kehidupan, termasuk aspek pendidikan. Keberadaannya sebagai pendidik merupakan sumber konsep pendidikan yang kebenarannya dianjurkan oleh Allah swt. Dalam hal pendidikan Rasulullah saw. Telah memberikan banyak pelajaran bagi pendidik mengenai metode pendidikan, yang dapat diimplementasikan oleh pendidik di lembaga formal (sekolah) dan di rumah oleh orang tua yang memberikan pendidikan kepada anaknya.