Mufid Mufid
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang, Jl. Soekarno Hatta No. 9, Malang 65141, Indonesia

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENGARUH SUHU OPERASI PRE-CONDITIONER DAN WAKTU TINGGAL PELET DI DALAM COOLER TERHADAP WATER STABILITY DAN MOISTURE PELET PAKAN UDANG PT CJ FEED AND CARE INDONESIA PLANT JOMBANG Muchammad Syafi' Arief; Mufid Mufid; Nabila Fitri Rohmawati
DISTILAT: JURNAL TEKNOLOGI SEPARASI Vol 8, No 4 (2022): December 2022
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v8i4.472

Abstract

Tingginya kebutuhan akan konsumsi udang, mendorong pemenuhan kebutuhan pakan udang yang berkualitas, baik secara nilai gizi maupun ketahanan fisik. Ketahanan fisik produk pada pakan udang ditentukan dari water stability yang menentukan kemampuan pakan bertahan dalam air sebelum dikonsumsi oleh udang, selain itu ditentukan oleh moisture dari pakan yang menentukan masa simpan, aktivitas mikroorganisme dan jamur. Kualitas fisik pakan udang ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya formulasi, kualitas bahan baku, kehalusan proses grinding, proses dan alat pelleting yang berjalan dengan baik, kondisi steam yang memadai, serta proses pendinginan produk pakan udang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu operasi pada pre-conditioner serta waktu tinggal pelet pada cooler. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah suhu operasi pada pre-conditioner  81, 82, 83, 84 dan 85 ℃ dan waktu tinggal pelet dalam cooler selama 11, 33, 45, 56 dan 70 detik. Sample pelet diambil setelah proses cooling dari setiap variabel kemudian dilakukan analisa water stability dan moisture. Hasil analisi water stability dan moisture terhadap suhu operasi pre-conditioner berturut-turut sebesar 81-83,5% dan 8,3-8,4%. Hasil analisis water stability dan moisture terhadap waktu tinggal pelet pada cooler berturut-turut sebesar 81,5-83% dan 8,7-9%. Kondisi optimum untuk suhu pre-conditioner dan waktu tinggal pelet pada cooler berturut-turut 84 ℃ dan 11 detik yang digunakan sebagai saran untuk meningkatkan produktivitas pabrik.
STUDI AWAL FED – BATCH HIDROLISIS ENZIMATIK HIGH TOTAL SOLID LOADING Desi Nurisnaeni Saputri; Christyfani Sindhuwati; Hardjono Hardjono; Mufid Mufid; Asalil Mustain; Ade Sonya Suryandari
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 7 No. 2 (2021): August 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v7i2.254

Abstract

Bioetanol merupakan bahan bakar terbarukan yang berasal dari etanol dan bisa didapatkan dari bahan berlignoselulosa seperti limbah kertas. Etanol yang mengandung konsentrasi dibawah 12% tidak ekonomis untuk di distilasi pada saat dijadikan bioetanol, untuk menghasilkan etanol yang memiliki konsentrasi tinggi maka glukosa yang di hasilkan pada percobaan ini juga harus tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati pengaruh waktu dengan berbagai variasi pengumpanan yang disebut dengan konfigurasi terhadap konsentrasi glukosa yang dihasilkan pada proses hidrolisis limbah kertas HVS. Glukosa berkonsentrasi tinggi di hasilkan dari selulosa yang tinggi, hal ini akan menyebabkan beberapa masalah yang terjadi yaitu viskositas yang tinggi akan menghambat proses hidrolisis sehingga dari masalah tersebut dilakukan perancangan metode Batch dan Fed-Batch Hidrolisis Enzimatik dengan macam macam High Total Solid Loading menggunakan reaktor putar sebagai variabel pada penelitian ini. Limbah kertas HVS direndam selama 24 jam, dan dilakukan proses blending kemudian dilakukan proses penghilangan tinta, proses selanjutnya analisis kandungan kertas yaitu lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Tahapan selanjutnya dilakukan proses hidrolisis yang menghasilkan glukosa. Glukosa yang dihasilkan akan diuji menggunakan metode DNS. Konsentrasi glukosa tertinggi dihasilkan dari metode fed-batch dengan total solid loading 40% sebesar 321, 784 mg/ml. Konsentrasi glukosa tertinggi di dapatkan mulai dari total solid loading 30%, 35%, 40% dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi total solid loading yang digunakan maka akan semakin tinggi konsentrasi glukosa yang dihasilkan.
STUDI LITERATUR PROSES PEMBUATAN MINYAK DEDAK PADI (RICE BRAN OIL) MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI PADAT-CAIR Rahmadhona Giowinda Islami; Frida Arlista; Mufid Mufid
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 7 No. 2 (2021): August 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v7i2.262

Abstract

Melimpahnya jumlah limbah padat penyosohan padi yaitu dedak di Indonesia berpotensi untuk dijadikan minyak pangan. Minyak pangan berbasis dedak padi dapat djadikan sebagai alternatif pengganti minyak pangan berbasis kelapa saawit, karena minyak dedak padi mengandung senyawa fitokimia dalam jumlah tinggi, antioksidan dan beberapa jenis lemak. Umumnya pembuatan minyak dedak padi dilakukan dengan metode konvensional yaitu soxhlet extraction. Dalam pengolahannya meliputi 4 proses utama yakni stabilisasi, ekstraksi, distilasi dan analisa produk. review ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu stabilisasi dan rasio pelarut dengan dedak terhadap rendemen minyak yang dihasilkan, kadar asam lemak bebas dan densitasnya. Hasil rendemen minyak tertinggi pada penelitian Nasir dkk sebesar 18,34%. Kadar asam lemak bebas menggunakan pelarut n-heksana dan ethanol pada penelitian Nasir dkk masih memenuhi standar yaitu 34,49-49,76%. Densitas terbaik pada penelitian Suryati dkk sebesar 0,901 g/ml yang berarti hampir mencapai SI 01-3555-1998 minyak dedak padi yaitu 0,916 g/ml.
PERHITUNGAN NERACA ENERGI CONVERTER (30-R-1201) PADA UNIT ASAM SULFAT PABRIK III B PT PETROKIMIA GRESIK Mia Narulita; Aulia Sari Az Zahra Zahra; Mufid Mufid
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 7 No. 2 (2021): August 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v7i2.222

Abstract

PT Petrokimia Gresik merupakan perusahaan penghasil pupuk terbesar yang ada di Indonesia. Total produksi PT Petrokimia Gresik bahkan mencapai 8,9 ton/hari. Selain produk pupuk PT Petrokimia juga memproduksi produk non pupuk. Salah satu produk non pupuk adalah asam sulfat. Bahan baku utama pada proses produksi asam sulfat adalah sulfur padat yang dicairkan. Pada proses produksi asam sulfat terdapat proses konversi SO2 menjadi SO3 pada alat bernama converter. Konversi pada converter ini cukup tinggi yaitu mencapai 99,89% dengan jumlah bed sebanyak empat buah. Tujuan dari penelitan ini yaitu untuk menghitung neraca energi dari converter dan heat exchanger sehingga dapat diketahui energi yang hilang pada converter dan heat exchanger. Perhitungan neraca energi dilakukan dengan pengambilan data berupa suhu dari converter maupun heat exchanger. Dari hasil perhitungan neraca energi didapatkan hasil energi yang masuk dan keluar dari bed 1, 2, 3, dan 4 secara berturut turut adalah 95412242 kJ/jam, 102101961 kJ/jam, 95382723 kJ/jam, 70804277 kJ/jam. Energi masuk dan keluar dari heat exchanger 1 dan 2 serta economizer 1 dan 2 secara berturut-turut adalah 145083130 kJ/jam, 119825841 kJ/jam, 107677032 kJ/jam, 74258712 kJ/jam. Sedangkan total energi yang hilang adalah 1147182 kJ/jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa energi yang hilang pada converter dan heat exchanger cukup besar sehingga perlu dilakukan isolasi untuk mencegah hilangnya energi.
PERHITUNGAN NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI EVAPORATOR PADA UNIT KILANG PPSDM MIGAS CEPU Siti Iffah Munawaroh; Nofiatul Azizah; Mufid Mufid; Muh. Subur
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 7 No. 1 (2021): February 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v7i1.173

Abstract

Evaporator merupakan bagian dari unit pengolahan di kilang Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Migas Cepu, yang berfungsi untuk proses pemisahan uap minyak dengan cairannya atau fraksi berat dengan fraksi ringannya. Untuk mengetahui apakah proses yang berjalan dalam evaporator sudah baik atau belum, dapat dilihat dari efisiensinya, sehingga dilakukan perhitungan neraca massa dan neraca energi pada evaporator itu sendiri. Dari perhitungan neraca massa evaporator didapatkan antara jumlah total masuk tidak sama dengan total keluar, yang berarti terdapat massa yang hilang. Total massa kehilangan yang didapat adalah 419.65 kg/hari. Hal tersebut sudah terbilang relatif kecil dan sudah tergolong baik untuk pengoperasian evaporator (V-1) di unit kilang PPSDM Migas Cepu. Sedangkan, pada perhitungan neraca energi, untuk panas yang hilang di evaporator cukup banyak yaitu 245654961.5 btu/hari, dengan persen efisiensi panas evaporator sebesar 55.01%. Panas yang hilang merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi efisiensi energi proses evaporasi. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat panas yang hilang tergolong relatif besar, dan panas yang hilang seharusnya bisa digunakan untuk pengoperasian di evaporator untuk memisahkan komponen-komponen dengan lebih baik lagi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah besarnya nilai panas yang hilang adalah dengan menambahkan insulator pada evaporator.
PERHITUNGAN NERACA MASSA CONVERTER (30-R-1201) PADA UNIT ASAM SULFAT PABRIK III B PT PETROKIMIA GRESIK Aulia Sari Az Zahra Az Zahra; Mia Narulita; Mufid Mufid; Alex Zainul Fanani
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 7 No. 2 (2021): August 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v7i2.295

Abstract

PT Petrokimia Gresik merupakan perusahaan penghasil pupuk terlengkap di Indonesia. Total produksi pupuk bahkan mencapai 8,9 ton/hari dimana produk pupuk sebesar 5 juta ton/tahun, dan produk non pupuk sebanyak 3,9 juta ton/tahun. Asam sulfat adalah salah satu produk non pupuk dari PT Petrokimia Gresik yang menggunakan bahan baku utamanya berupa sulfur padat yang dicairkan. Produk asam sulfat di produksi sebanyak 600.000 ton/tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung neraca massa converter proses produksi unit asam sulfat pabrik III B. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah membuat diagram alir proses, menandai variabel aliran, menentukan basis perhitungan, mengonversikan laju alir, menyusun neraca dan menyelesaikan neraca massa. Pada proses produksi asam sulfat terdapat alat yang bernama converter. Converter adalah alat yang berfungsi sebagai tempat konversi gas SO2 menjadi SO3. Pada converter terdapat empat bed dimana alat ini menggunakan proses double contact. Hasil perhitungan neraca massa didapatkan pada bed 1-3 didapatkan neraca massa input = output (balance) sebesar 237703,600 kg/h, dan pada bed empat juga didapatkan neraca massa input = output (balance) sebesar 174808,133 kg/h.
PENGARUH SUHU OPERASI PRE-CONDITIONER DAN WAKTU TINGGAL PELET DI DALAM COOLER TERHADAP WATER STABILITY DAN MOISTURE PELET PAKAN UDANG PT CJ FEED AND CARE INDONESIA PLANT JOMBANG Muchammad Syafi’ Arief; Mufid Mufid; Nabila Fitri Rohmawati
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 8 No. 4 (2022): December 2022
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v8i4.472

Abstract

Tingginya kebutuhan akan konsumsi udang, mendorong pemenuhan kebutuhan pakan udang yang berkualitas, baik secara nilai gizi maupun ketahanan fisik. Ketahanan fisik produk pada pakan udang ditentukan dari water stability yang menentukan kemampuan pakan bertahan dalam air sebelum dikonsumsi oleh udang, selain itu ditentukan oleh moisture dari pakan yang menentukan masa simpan, aktivitas mikroorganisme dan jamur. Kualitas fisik pakan udang ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya formulasi, kualitas bahan baku, kehalusan proses grinding, proses dan alat pelleting yang berjalan dengan baik, kondisi steam yang memadai, serta proses pendinginan produk pakan udang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu operasi pada pre-conditioner serta waktu tinggal pelet pada cooler. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah suhu operasi pada pre-conditioner 81, 82, 83, 84 dan 85 ℃ dan waktu tinggal pelet dalam cooler selama 11, 33, 45, 56 dan 70 detik. Sample pelet diambil setelah proses cooling dari setiap variabel kemudian dilakukan analisa water stability dan moisture. Hasil analisi water stability dan moisture terhadap suhu operasi pre-conditioner berturut-turut sebesar 81-83,5% dan 8,3-8,4%. Hasil analisis water stability dan moisture terhadap waktu tinggal pelet pada cooler berturut-turut sebesar 81,5-83% dan 8,7-9%. Kondisi optimum untuk suhu pre-conditioner dan waktu tinggal pelet pada cooler berturut-turut 84 ℃ dan 11 detik yang digunakan sebagai saran untuk meningkatkan produktivitas pabrik.
PEMANFAATAN KULIT ARI KEDELAI SEBAGAI ADSORBEN ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK JELANTAH Dheyana Dwi Kartikasari; Dyah Nur Afia; Wianthi Septia Witasari; Mufid Mufid
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 9 No. 2 (2023): June 2023
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v9i2.2696

Abstract

Penggunaan minyak jelantah secara berulang berdampak buruk bagi kesehatan karena memiliki kandungan FFA (Free Fatty Acid) yang melebihi standar SNI 7709:2019 (kualitas minyak goreng sawit). Kadar FFA minyak jelantah dalam penelitian ini sebesar 0,82%. Berdasarkan permasalahan tersebut, solusi yang dapat dilakukan adalah regenerasi minyak dengan metode adsorpsi. Adsorpsi kali ini menggunakan adsorben dari limbah kulit ari kedelai. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas adsorben kulit ari kedelai dalam menurunkan FFA pada minyak jelantah dalam kurun waktu kontak yang ditentukan. Kulit ari kedelai diserbukkan hingga berukuran 70 mesh. Kulit ari kedelai ditambahkan ke minyak jelantah dengan takaran 15 gram untuk 100 ml minyak jelantah dengan variasi waktu kontak 2x12 jam, 3x12 jam, 4x12 jam, dan 5x12 jam di tiap wadah yang berbeda. Hasil menunjukkan bahwa kadar FFA justru meningkat pada waktu kontak 2x12 jam sampai 4x12 jam. Namun, semakin lama perendaman, kadar FFA semakin menurun. Waktu kontak 5x12 jam merupakan waktu terbaik dalam mengadsorb FFA karena dapat menurunkan kadar FFA dari 0,82% menjadi 0,66%, menaikan kadar air minyak sebanyak 0,002%, dan menyerap warna minyak jelantah yang awalnya hitam kecoklatan menjadi coklat. Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah sesuai literatur yang menyatakan bahwa semakin lama waktu bersinggungan adsorben dan adsorbat maka penyerapan adsorbat makin banyak. Namun, belum bisa menurunkan kadar FFA hingga sesuai SNI 7709:2019. Maka dari itu, perlu penelitian lanjutan terkait aktivasi adsorben yang tepat agar adsorben dapat mengadsorb FFA secara optimal.
PENGARUH WAKTU DAN SUHU PIROLISIS TERHADAP MUTU BRIKET DARI LIMBAH PADAT GONDORUKEM Nabilla Sagita Ramadha; Rizkia Rismalina Nur Azizah; Mufid Mufid
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 9 No. 4 (2023): December 2023
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v9i4.4180

Abstract

Kebiasaan masyarakat menggunakan satu jenis sumber energi fosil masih sering dijumpai di Indonesia. Industri penghasil gondorukem dari getah pinus menghasilkan limbah padat yang belum diolah secara maksimal. Limbah padat gondorukem terdiri dari dedaunan, ranting, serpihan kayu, getah, dan terpentin. Adapun solusi untuk mengolah limbah ini dan untuk mengganti kebiasaan masyarakat tersebut adalah dengan mengubahnya menjadi energi terbarukan berupa briket. Tujuan penelitian ini yaitu menentukan pengaruh lamanya waktu dan suhu pirolisis terhadap mutu briket dari limbah padat gondorukem, serta menentukan perbandingan mutu briket dengan SNI 01-6235-2000. Pembuatan briket dilakukan dengan pengeringan bahan selama 12 jam, pengarangan dengan metode pirolisis, penghancuran arang, dan pencetakan. Variabel yang digunakan yaitu waktu (30 menit, 60 menit, 90 menit) dan suhu (250°C, 300°C, 350°C) pirolisis. Dari hasil percobaan didapatkan semakin tinggi suhu pirolisis, maka semakin tinggi kadar abu, kadar zat terbang, dan nilai kalor, serta semakin rendah kadar air dan kadar karbon terikat Semakin lama waktu pirolisis, maka semakin tinggi kadar abu dan kadar zat terbang, serta semakin rendah kadar air, kadar karbon terikat, dan nilai kalor. Beberapa briket memenuhi standar mutu SNI 01-6235-2000. Pada mutu kadar air, kadar zat terbang, dan nilai kalor briket limbah padat gondorukem telah memenuhi standar. Sedangkan pada mutu kadar abu dan karbon terikat briket tidak memenuhi standar.
STUDI LITERATUR KARAKTERISTIK BRIKET DENGAN PERBEDAAN RASIO CAMPURAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN BIOMASSA LAINNYA Mochammad Agung Indra Iswara; Asalil Mustain; Mufid Mufid; Prayitno Prayitno
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 10 No. 1 (2024): March 2024
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v10i1.4466

Abstract

Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mencari sumber energi alternatif yang efisien dan terbarukan. Briket sebagai sumber energi terbarukan merupakan energi alternatif yang berasal dari sisa bahan organik padat dan mempunyai nilai kalor yang tinggi. Banyaknya penelitian briket dengan berbagai bahan baku biomasa dan berbagai rasio tertentu akan menghasilkan spesifikasi briket yang beragam, oleh karena itu perlu kajian mendalam dengan membandingkan nilai kalor, kadar air dan kadar abu pada masing-masing bahan baku briket terhadap spesifikasi yang sesuai dengan SNI 01-6235-2000. Metodologi yang digunakan adalah dengan melakukan studi literatur yang terdiri atas pengumpulan jurnal dan referensi, melakukan analisis dan pengumpulan data, membuat jurnal ilmiah, menganalisis data, serta menarik kesimpulan dan rekomendasi. Hasil kajian yang diperoleh adalah briket dengan kualitas terbaik dengan campuran arang kelapa dan sabut kelapa dengan nilai kalor 6211 kalori/gram, kadar air 5,39% dan kadar abu 2,86%, sedangkan campuran tempurung kelapa dengan kulit durian memiliki nilai kalor sebesar 6847,31 kalori/gram, nilai kadar air dan abu dibawah 8% dan tempurung kelapa dengan kayu madan memiliki nilai kalor 6425 kalori/gram, nilai kadar air dan abu dibawah 8%. Sehingga disimpulkan briket dengan campuran tempurung kelapa dan sabut kelapa memiliki kadar air dan abu lebih baik namun memiliki nilai kalor lebih rendah dibanding campuran tempurung kelapa dengan kulit durian dan kayu madan.