Adrian Philip Marthinus, Adrian Philip
Universitas Sam Ratulangi

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN ABU TERBANG (FLY ASH) TERHADAP KUAT TARIK BELAH BETON Marthinus, Adrian Philip; Sumajouw, Marthin D. J.; Windah, Reky S.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 3, No 11 (2015): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beton menjadi material yang sangat penting dan banyak digunakan untuk membangun berbagai infrastruktur seperti jembatan, jalan raya dan sarana prasarana perkotaan lainnya. Dengan persyaratan yang diperlukan tidak terlalu tinggi, pembuatan beton dapat menggunakan material substitusi parsial semen melalui penggunaan bahan hasil produk sampingan industri (by product material) seperti abu terbang (fly ash). Abu Terbang (fly ash) merupakan produk sampingan hasil pembakaran batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggantian sebagian semen dengan abu terbang (fly ash) terhadap kuat tarik belah beton mutu normal pada kondisi High Volume Fly Ash Concrete. Untuk tipe abu terbang yang digunakan yaitu abu terbang kelas C. Komposisi variasi penambahan abu terbang (fly ash) sebanyak 0%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 70% dari berat semen. Benda uji yang digunakan adalah berbentuk silinder dan balok yang diuji pada umur 7, 14 dan 28 hari. Penelitian ini menguji beton dengan benda uji silinder (diameter 100 mm dan tinggi 200 mm) dan balok (panjang 400mm, lebar 100mm dan tinggi 100mm) sebanyak 120 sampel dan terdiri dari 6 variasi konsentrasi abu terbang pada pengujian 7, 14, 28 hari dan masing-masing variasi sebanyak 20 sampel. Dari hasil pengujian, penambahan persentase abu terbang (fly ash) sebesar 30%, 40%, 50%, 60%, 70% memiliki nilai kuat tarik belah tertinggi pada persentase abu terbang (fly ash) 30% yaitu sebesar 3,21 MPa untuk umur beton 28 hari. Dan nilai kuat tarik belah terendah pada presentase abu terbang (fly ash) 70% yaitu sebesar 0,82 MPa untuk umur beton 7 hari. Penggunaan High Volume Fly Ash (HVFA) Concrete dengan presentase abu terbang (fly ash) 30% pada umur perawatan 28 hari dapat digunakan untuk konstruksi struktural seperti konstruksi bangunan bertingkat dua lantai, ruko, rumah tinggal standar, dan untuk presentase abu terbang (fly ash) 40%-50% pada umur perawatan 28 hari dapat digunakan untuk konstruksi non-struktural seperti pembuatan paving blok, plesteran/mortar dan lain sebagainya. Kata kunci : abu terbang (fly ash), kuat tarik belah, struktural, non-struktural
Analyzing the Delivery, Support, and Service (DSS) Domain of UNSRAT Information System using COBIT 5: Identifying Gaps and Opportunities for Improvement Mahardika Inra Takaendengan; Dodisutarma Lapihu; Ramadhan Paninggalih; Adrian Philip Marthinus
Journal of Information Technology, Software Engineering and Computer Science Vol. 1 No. 3 (2023): Volume 1 Number 3 July 2023
Publisher : PT. Tech Cart Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58602/itsecs.v1i3.51

Abstract

This research paper presents an analysis of the UNSRAT (Universitas Sam Ratulangi) information system using the COBIT 5 (Control Objectives for Information and Related Technologies) framework, specifically focusing on the Delivery, Support, and Service (DSS) domain. The study aims to identify the strengths, gaps, and areas for improvement within the information system based on the perceptions of 20 respondents. The research methodology involves data collection through a questionnaire, followed by data analysis using COBIT 5 principles. The findings reveal several strengths, including well-defined strategic goals, a comprehensive service catalog, and effective change management processes. However, gaps such as stakeholder alignment, proactive incident management, and regular system performance evaluation were identified. Based on these findings, five recommendations were proposed to enhance the information system, including stakeholder engagement, incident management process improvement, service catalog enrichment, establishment of Service Level Agreements (SLAs), and the implementation of a continuous improvement framework. Implementing these recommendations will contribute to an optimized and user-centric information system, aligning with UNSRAT's mission and supporting its overall objectives.
Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proyek Kontruksi Puri Kelapa Gading Minahasa Utara Adrian Philip Marthinus; Pingkan Ane Kristy Pratasis; Tisano Tjakrawala Arsjad
PUBLIKASI RISET ORIENTASI TEKNIK SIPIL (PROTEKSI) Vol 5 No 2 (2023): Vol. 5 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/proteksi.v5n2.p92-98

Abstract

Pemerintah melalui pedoman dan penerapan SMK3 mewajibkan semua perusahaan konstruksi untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek yang dilakukan. Proyek Konstruksi Puri Kelapa Gading Minahasa Utara adalah proyek konstruksi dengan resiko kecelakaan kerja yang tinggi dengan penggunaan tenaga kerja, alat berat dan material dalam skala besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) pada Proyek Konstruksi Puri Kelapa Gading Minahasa Utara. Penelitian dilakukan menggunakan metode survei melalui lembar kuisioner dan wawancara, kemudian diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa identifikasi penerapan Sistem Manajemen K3 pada Proyek Konstruksi Puri Kelapa Gading Minahasa Utara meliputi Sistem Manajemen K3 (X1), Teknologi Keselamatan (X2) dan Kesehatan Kerja (X3), dan hasil evaluasi penerapan Sistem Manajemen K3 pada Proyek Konstruksi Puri Kelapa Gading Minahasa Utara dikategorikan “baik” untuk Sistem Manajemen K3 (X1), “baik” untuk Teknologi Keselamatan (X2), dan “cukup baik - baik” untuk Kesehatan Kerja” (X3).