Jackson F. Watung
Universitas Sam Ratulangi

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Plant Morphology and Analysis of Yellow Temulawak Curcumin (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) In the Kinilow Village Meilani Elseday Ma'tan; Arthur G. Pinaria; James B. Kaligis; Jackson F. Watung; Frangky J. Paat; Diane D. Pioh
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2022): EDISI JULI-DESEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/jat.v3i2.44871

Abstract

Temulawak or Curcuma xanthorrhiza Roxb is a very famous plant in Indonesia, even in the world. Temulawak is a plant that is often used as medicine and can be found in tropical forests. The purpose of this study was to determine the morphology of the yellow temulawak plant and to analyze the content of the curcumin compound found in the yellow temulawak. This study used TLC-Densitometry. The sample used was yellow curcuma found in Kinilow Village, Tomohon City, North Sulawesi Province. For morphological observations, only one plant was used as the object of observation. Based on the results of the study it can be concluded that the morphology of yellow temulawak has a plant height of 1.29 m, stem height of 79 cm, leaf length of 71 cm, leaf width of 26 cm. Curcuma is white, purple and light green. flowers, root length 13 cm, and rhizome weight 250 grams. The curcumin content of yellow temulawak was obtained at 0.98%. Keywords: Temulawak, curcumin, TLC-Densitometry Abstrak Temulawak atau Curcuma xanthorrhiza Roxb merupakan tumbuhan yang sangat terkenal di Indonesia, bahkan di dunia. Temulawak merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat dan dapat ditemukan di hutan tropis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui morfologi tanaman temulawak kuning dan menganalisis kandungan senyawa kurkumin yang terdapat pada temulawak kuning. Penelitian ini menggunakan KLT-Densitometri. Sampel yang digunakan adalah temulawak kuning yang terdapat di Desa Kinilow Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara. Untuk pengamatan morfologi, hanya satu tumbuhan yang dijadikan objek pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan morfologi temulawak kuning memiliki tinggi tanaman 1,29 m, tinggi batang 79 cm, panjang daun 71 cm, lebar daun 26 cm. Temulawak berwarna putih, ungu dan hijau muda. bunga, panjang akar 13 cm, dan berat rimpang 250 gram. Kandungan kurkumin temulawak kuning diperoleh sebesar 0,98%. Kata kunci: Temulawak, kurkumin, KLT-Densitometri
Biology Of Corcyra Cephalonica Stainton (Lepidoptera: Pyralidae) On Several Types Of Feed Media Yulio Runtu; Jackson F. Watung; Robert W. Tairas
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 4 No. 1 (2023): EDISI JANUARI-JUNI 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/jat.v4i1.46476

Abstract

Corcyra cephalonica is one of the insect pests that attack food commodities in storage houses. The use of different feed media will affect the biology of C. cephalonica. This study aims to determine the biological differences of C. cephalonica by using several types of feed media. This study used a completely randomized design (CRD) method with 3 treatments and repeated 4 times consisting of A = 500 grams of rice bran feed media, B = 500 grams of corn bran media, and C = 500 grams of mixed bran feed media. The results showed that the number of eggs produced in rice bran was 388.25 grains, corn bran 346.00 grains, and mixed bran 344.50 grains. The egg stage in each treatment feed medium occurred for 3-4 days. The larval stage of rice bran occurred for 31.00 days, corn bran for 25.00 days and mixed bran 28.00 days. Pupa stage in rice bran occurred for 9.50 days, corn bran 7.50 days and mixed bran 8.50 days. The female stage of rice bran occurred for 6.25 days, maize bran 9.50 days and mixed bran 8.25 days. Meanwhile, the male stage of rice bran took 6.00 days, maize bran 8.75 days and mixed bran 7.25 days. The length of eggs produced by C. cephalonica on rice bran feed media ranged from 0.26-0.35 mm, corn bran ranged from 0.29-0.38 mm and mixed bran ranged from 0.28-0.37 mm. The sex ratio produced on rice bran feed media was 1:0.79, corn bran 1:1.12 and mixed bran 1:0.76. The developmental life span of C. cephalonica in rice bran was 44.50 days, maize bran 36.75 days and mixed bran 40.50 days. Keywords: Biology, Corcyra cephalonica, feed media Abstrak Corcyra cephalonica merupakan salah satu serangga hama yang menyerang komoditas pangan di gudang penyimpanan. Penggunaan media pakan berbeda akan mempengaruhi biologi C. cephalonica. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan biologi C. cephalonica dengan menggunakan beberapa jenis media pakan. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan di ulang sebanyak 4 kali yang terdiri dari A = media pakan dedak padi 500 gram, B = media dedak jagung 500 gram dan C = media pakan dedak campuran 500 gram. Hasil penelitian menunjukkan untuk jumlah telur yang dihasilkan pada dedak padi sebanyak 388,25 butir, dedak jagung 346,00 butir dan dedak campuran 344,50 butir. Stadium telur di setiap media pakan perlakuan terjadi selama 3-4 hari. Stadium larva pada dedak padi terjadi selama 31,00 hari, dedak jagung selama 25,00 hari dan dedak campuran 28,00 hari. Stadium pupa pada dedak padi terjadi selama  9,50 hari, dedak jagung 7,50 hari dan dedam campuran 8,50 hari. Stadium imago betina pada dedak padi terjadi selama 6,25 hari, dedak jagung 9,50 hari dan dedak campuran 8,25 hari. Sedangkan untuk stadium imago jantan pada dedak padi terjadi selama 6,00 hari, dedak jagung 8,75 hari dan dedak campuran 7,25 hari. Panjang telur yang dihasilkan oleh C. cephalonica pada media pakan dedak padi berkisar 0,26-0,35 mm, dedak jagung berkisar 0,29-0,38 mm dan dedak campuran berkisar 0,28-0,37 mm. Nisbah kelamin yang dihasilkan pada media pakan dedak padi yakni 1:0,79, dedak jagung 1:1,12 dan dedak campuran 1:0,76. Lama perkembangan hidup C. cephalonica pada dedak padi terjadi selama 44,50 hari, dedak jagung 36,75 hari dan dedak campuran 40,50 hari. Kata Kunci: Biologi, Corcyraa cephalonica, Media Pakan
CONTROL OF SUBTERRANEAN TERMITE PESTS Coptotermes sp. (Blattodea: Rhinothermitidae) USING COCONUT SHELL LIQUID SMOKE Patricia Mandagi; Arthur G. Pinaria; Jackson F. Watung; Frangky J. Paat; James B. Kaligis; Sandra E. Pakasi
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 4 No. 2 (2023): EDISI JULI-DESEMBER 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/jat.v4i2.50554

Abstract

Subterranean termite Coptotermes sp. is one of the important pests that pose a threat to agriculture. Coconut shell liquid smoke is the result of a pyrolysis distillation process. The content of compounds in liquid smoke includes phenolic compounds, carboxylic acids, and carbonyls. The objective of the study was to determine the effective concentration of coconut shell liquid smoke to control the subterranean termite Coptotermes sp. This study used a completely randomized design (CRD) with 5 treatments, 1 treatment (control), and 4 replications. Subterranean termites used were 300 subterranean termites, each treatment filled with 15 termites (12 workers and 3 soldiers). The research data was calculated to obtain the total mortality percentage of Coptotermes sp. on the last observation. Data were analyzed using Sidik Ragam (ANOVA). If the concentration of the treatment shows a significant effect, then proceed with the 5% LSD (Least Significant Difference) test. Control of the Coptotermes sp. subterranean termite. with coconut shell liquid smoke grade 3 effect on the mortality of Coptotermes sp. subterranean termites. Treatment with a concentration of 1 ml of coconut shell liquid smoke is effective and economical to be used as an organic insecticide among other treatments in controlling Coptotermes sp. subterranean termites. Keywords: Control, Mortality, Rayap Subteran, Coconut Shell Liquid Smoke Abstrak Rayap bawah tanah Coptotermes sp. merupakan salah satu hama penting yang menjadi ancaman dalam bidang pertanian. Asap cair tempurung kelapa merupakan hasil proses destilasi pirolisis. Kandungan senyawa pada asap cair antara lain senyawa fenolik, asam karboksilat dan karbonil. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui konsentrasi asap cair tempurung kelapa yang efektif untuk mengendalikan rayap tanah Coptotermes sp. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, 1 perlakuan (kontrol) dan 4 ulangan. Rayap tanah yang digunakan sebanyak 300 ekor rayap, masing-masing perlakuan diisi 15 ekor rayap (12 pekerja dan 3 prajurit). Data penelitian dihitung untuk memperoleh persentase kematian total Coptotermes sp. pada pengamatan terakhir. Data dianalisis menggunakan Sidik Ragam (ANOVA). Apabila konsentrasi perlakuan menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji LSD (Beda Nyata Terkecil) 5%. Pengendalian Coptotermes sp. rayap bawah tanah. dengan asap cair tempurung kelapa grade 3 berpengaruh terhadap mortalitas Coptotermes sp. rayap bawah tanah. Perlakuan dengan konsentrasi 1 ml asap cair tempurung kelapa efektif dan ekonomis untuk digunakan sebagai insektisida organik diantara perlakuan lain dalam mengendalikan Coptotermes sp. rayap bawah tanah. Kata Kunci: Pengendalian, Kematian, Rayap Subteran, Asap Cair Batok Kelapa