Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Pewarnaan Benang Menggunakan Ekstrak Daun Nila (Indogofera) Agrippina Wiraningtyas; R Ruslan; Ahmad Sandi; Muh. Nasir
JURNAL REDOKS : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA Vol 3 No 1 (2020): Jurnal Redoks : Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia
Publisher : Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.798 KB) | DOI: 10.33627/re.v3i1.242

Abstract

Telah dilakukan kegiatan pewarnaan benang tenun menggunakan zat warna alam dari daun nila (Indigofera). Metode yang digunakan dalam pengambilan ekstrak zat warna dari daun nila digunakan metode fermentasi. Sedangkan pada pewarnaan benang dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu mordanting, pewarnaan, fiksasi dan pengeringan benang. Hasil kegiatan pada proses fermentasi diperoleh ekstrak daun nila berwarna biru gelap dan memiliki aroma khas. Pada proses pewarnaan benang diperoleh benang hasil pencelupan dalam ekstrak daun nila memberikan warna abu-abu. Fiksasi dengan dengan tawas dan kapur menghasilkan benang berwarna biru keabuan sedangkan fiksasi dengan tunjung menghasilkan benang berwarna abu kecoklatan.
Perbandingan Metode Ekstraksi Zat Warna Dari Rumput Laut Sargassum sp nurfidianty annafi; Agrippina Wiraningtyas; Ruslan R
JURNAL REDOKS : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA Vol 3 No 1 (2020): Jurnal Redoks : Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia
Publisher : Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.423 KB) | DOI: 10.33627/re.v3i1.243

Abstract

Rumput laut Sargassum sp merupakan salah satu spesies rumput laut yang mengandung senyawa fukosatin, klorofil, dan karotenoid yang berperan sebagai zat warna. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi adalah pelarut air yang memiliki tingkat kepolaran yang tinggi.sehingga pada penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode ekstraksi ekstrak rumput laut Sargassum sp terhadap zat warna alami. Metode pada penelitian kali ini untuk mendapatkan zat warna alami pada rumput laut sargassum sp yaitu dengan metode maserasi dan metode refluks menggunakan pelarut air. Hasil ekstraksi kemudian diukur dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 190-400 nm, ekstraksi menghasilkan warna coklat muda pada metode maserasi, dan warna coklat pekat pada metode refluks. Kemudian dilakukan analisis data dengan membuat tabel dan diagram menggunakan aplikasi Microsoft excel. Hasil penelitian ini adalah metode maserasi merupakan metode yang efektif untuk mengekstraksi zat warna dari rumput laut sargassum sp dibandingkan dengan metode refluks, dimana metode maserasi menghasilkan warna coklat muda dengan panjang gelombang 203 nm dengan nilai absorbansi 3, 883. Sedangkan metode refluks menghasilkan warna coklat pekat dengan panjang gelombang 199 nm yang menghasilkan absorbansi 3,745.
SKRINING FITOKIMIA DARI Rumput Laut Turbinaria sp. syahrimin imin; agrippina wiraningtyas; Ruslan R; nurfidianty annafi
JURNAL REDOKS : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA Vol 3 No 1 (2020): Jurnal Redoks : Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia
Publisher : Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.711 KB) | DOI: 10.33627/re.v3i1.244

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan fitokimia pada rumput laut Turbinaria sp. agar dapat menjadi rujukan untuk pemanfaatan rumput laut Turbinaria sp. dan dapat menambah nilai ekonomis dari Turbinaria sp. Metode ekstraksi yang digunakan yaitu metode maserasi dan dilakukan uji secara kualitatif berupa uji flavonoid, alkaloid, steroid dan tanin. Berdasarkan hasil uji diperoleh bahwa ekstrak rumput laut Turbinaria sp. mengandung senyawa flavonoid yang ditandai dengan perubahan warna biru ungu. Uji positif pada senyawa alkaloid ditandai dengan terbentuknya warna merah jingga. Uji positif pada senyawa steroid dibuktikan dengan terbentuknya warna hijau dan senyawa tanin ditandai dengan terbentuknya warna hitam kebiruan.
Biosintesis Nanopartikel Fe dari Pasir Besi Menggunakan Ekstrak Kulit Bawang Merah Susi dianti; Ruslan R; agrippina wiraningtyas; Sry agustina
JURNAL REDOKS : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA Vol 2 No 2 (2019): JURNAL REDOKS : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA
Publisher : Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.619 KB) | DOI: 10.33627/re.v2i2.301

Abstract

Penelitian bertujuan untuk melakukan sintesis nanopartikel Fe (Besi) dari pasir besi menggunakan ekstrak kulit bawang merah. Kulit bawang merah segar dicuci dan dikeringkan, setelah itu kulit bawang merah yang sudah kering kemudian dihaluskan (diblender) terbentuk serbuk kulit bawang merah dan dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% selama 1 jam, selanjutnya di saring dengan menggunakan kertas saring untuk mendapatkan ekstrak kulit bawang merah. sintesis besi Oksida dengan metode pelarutan bubuk pasir besi dalam larutan HCl pekat. Larutan yang dihasilkan selanjutnya dicampur dengan ekstrak kulit bawang merah sebagai bioreduktor disintesis selama 10, 20, 30, 40 menit kemudian diamati perubahan warnanya dan terbentuknya nanopartikel Fe jika terjadi perubahan warna. sampel dilakukan uji menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Berdasarkan hasil penelitian Nanopartikel Fe dapat dibuat dari pasir besi menggunakan ekstrak kulit bawang merah, ditunjukan dengan adanya perubahan warna dari larutan tersebut dan adanya perbedaan nilai absorbansi. Waktu optimum biosintesis nanopartikel Fe dari pasir besi menggunakan ekstrak kulit bawang merah dengan spektrofotometer UV-Vis yaitu pada saat pengadukan 10 menit dengan nilai absorbansi tertinggi 4.532 pada panjang gelombang 215 nm.Penelitian bertujuan untuk melakukan sintesis nanopartikel Fe (Besi) dari pasir besi menggunakan ekstrak kulit bawang merah. Kulit bawang merah segar dicuci dan dikeringkan, setelah itu kulit bawang merah yang sudah kering kemudian dihaluskan (diblender) terbentuk serbuk kulit bawang merah dan dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% selama 1 jam, selanjutnya di saring dengan menggunakan kertas saring untuk mendapatkan ekstrak kulit bawang merah. sintesis besi Oksida dengan metode pelarutan bubuk pasir besi dalam larutan HCl pekat. Larutan yang dihasilkan selanjutnya dicampur dengan ekstrak kulit bawang merah sebagai bioreduktor disintesis selama 10, 20, 30, 40 menit kemudian diamati perubahan warnanya dan terbentuknya nanopartikel Fe jika terjadi perubahan warna. sampel dilakukan uji menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Berdasarkan hasil penelitian Nanopartikel Fe dapat dibuat dari pasir besi menggunakan ekstrak kulit bawang merah, ditunjukan dengan adanya perubahan warna dari larutan tersebut dan adanya perbedaan nilai absorbansi. Waktu optimum biosintesis nanopartikel Fe dari pasir besi menggunakan ekstrak kulit bawang merah dengan spektrofotometer UV-Vis yaitu pada saat pengadukan 10 menit dengan nilai absorbansi tertinggi 4.532 pada panjang gelombang 215 nm.
PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA SINTETIS UNGU Eka Purnamawati; Ruslan R; agrippina wiraningtyas
JURNAL REDOKS : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA Vol 2 No 2 (2019): JURNAL REDOKS : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA
Publisher : Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.645 KB) | DOI: 10.33627/re.v2i2.302

Abstract

Pada penelitian ini akan dibuat arang aktif dari tongkol jagung dan diaktivasi secara fisika dan kimia dengan aktivator HCl. Proses karbonasi dilakukan pada suhu 360°C selama 1 jam dilanjutkan dengan proses aktivasi fisika pada suhu 150 oC selama 2 jam aktivasi kimia menggunakan HCl direndam selama 24 jam. Hasil penelitian ini menentukan daya adsorpsi dilakukan dengan penambahan serbuk arang dengan variasi massa adsorben mulai 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 gram kedalam larutan zat warna sintestis ungu dan diukur dengan menggunakan spektrofotomer UV-Vis dengan rentang panjang gelombang 190 – 750. Pada variasi massa adsorben terbukti bahwa semakin banyak serbuk arang aktif yang digunakan maka daya serapnya semakin besar pada zat warna sintetis orange panjang gelombang maksimum λmaks 493 nm dengan nilai adsorbansi (A = 0,082).
Ekstraksi Zat Warna Dari Daun Jati Muda Dan Aplikasinya sebagai Kertas Indikator Asam-Basa Lisa Anggriani Putri; agrippina wiraningtyas; Magfirah Perkasa; Ruslan R
JURNAL REDOKS : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA Vol 3 No 1 (2020): Jurnal Redoks : Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia
Publisher : Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.19 KB) | DOI: 10.33627/re.v3i1.421

Abstract

Indikator merupakan zat yang dapat memberikan warna yang berbeda apabila direaksikan dengan larutan asam atau basa. Indikator sangat dibutuhkan dalam pembelajaran kimia, salah satu materi kimia yang membutuhkan penggunaan indikator adalah materi eksperimen asam-basa. Salah satu sumber bahan alami yang memliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan indikator asam basa adalah daun jati muda, dimana daun jati muda mengandung unsur tanin dan pigmen antosianin yang dapat dimanfaatkan sebgaai pewarna alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap warna ekstrak daun jati muda serta warna kertas indikator setelah diuji. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%, metanol 95% dan air. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi mempengaruhi warna ekstrak dan warna kertas indikator, pelarut etanol 96% dan metanol 95% menghasilkan warna kertas lebih kontras dalam mebedakan larutan asam maupun basa yaitu warna coklat pada larutan asam dan hitam pada larutan basa.
Ekstraksi Zat Warna Rumput Laut Sargassum sp. Dan Aplikasinya Pada Kertas Indikator Asam-Basa Busran B; agrippina wiraningtyas; arif munandar; Ruslan R
JURNAL REDOKS : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Redoks : Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia
Publisher : Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (627.532 KB) | DOI: 10.33627/re.v3i2.422

Abstract

Indikator merupakan zat yang dapat memberikan warna yang berbeda apabila direaksikan dengan larutan asam atau basa. Indikator sangat dibutuhkan dalam pembelajaran kimia, salah satu materi kimia yang membutuhkan penggunaan indikator adalah materi eksperimen asam-basa. Salah satu sumber bahan alami yang memliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan indikator asam basa adalah rumput laut Sargassum sp.. Rumput laut Sargassum sp. merupakan jenis rumput laut cokelat (phaeophyceae) yang mengandung senyawa yang bermanfaat untuk kehidupan seperti protein, alginat, vitamin C, yodium, tanin dan fenol. Kandungan lain dari Sargassum sp. adalah pigmen fotosintetik seperti fukosantin, klorofil, dan karotenoid yang bermanfaat untuk menghasilkan pewarna alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu ekstraksi terhadap warna ekstrak rumput laut Sargassum sp. dan warna kertas indikator setelah diuji serta mengaplikasikan kertas indikator dari rumput laut Sargassum sp. pada larutan asam basa. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi waktu yang digunakan dalam proses ekstraksi mempengaruhi warna ekstrak dan warna kertas indikator. pada ekstrak rumput laut Sargassum sp dengan waktu ekstraksi 5 jam, kertas indikator mengalami perubahan yang signifikan yaitu dari putih ivory berubah menjadi kuning.
Pemanfaatan Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle L.) Sebagai Zat Pewarna Alami (ZPA) Tekstil Dan Aplikasinya pada Benang Tenun Muhamad Afan; agrippina wiraningtyas; Sry Agustina; Ruslan R
JURNAL REDOKS : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Redoks : Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia
Publisher : Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.677 KB) | DOI: 10.33627/re.v3i2.423

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan daun Sirih (Piper Betle L.) sebagai zat warna alam pada tekstil. Tahap pengolahan Pemanfaatan Ekstrak Warna Daun Sirih Hijau (Piper Betle L.) ZPA (Zat Pewarna Alami) Tekstil Pada Aplikasi Benang Tenun Bima dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya ekstraksi zat pewarna alam, mordanting, pewarnaan dan proses fiksasi. Hasil pewarnaan benang dapat dilihat perubahan warna yang dihasilkan, benang yang awalnya berwarna putih tetapi mengalami perubahan warna setelah direndam dalam zat warna ekstrak daun sirih hijau. Warna yang dihasilkan yaitu untuk variasi maserasi 1, 3, 4 dan 5 jam berwarna putih kecoklatan sedangkan untuk variasi maserasi 2 jam benang berwarna putih keemasan. Sedangkan dari hasil pengujian yang dilakukan pengaruh dari zat fiksator tawas menghasilkan warna seperti warna asli sebelum melalui proses fiksasi warna yang dihasilkan dalam penelitian ini secara indera penglihatan berwarna putih, pada zat fiksator tunjung menghasilkan warna kearah yang lebih gelap warna yang dihasilkan dalam penelitian ini secara indera penglihatan berwarna kuning keemasan sedangkan dengan fiksasi kapur tohor menghasilkan warna yang berseberangan dari warna asli dan warna yang dihasilkan adalah warna putih kecoklatan.
Ekstrak Zat Warna Dari Kulit Bawang Merah Dan Aplikasinya Sebagai Indikator Asam Basa Kasnati K; agrippina wiraningtyas; Magfirah Perkasa; Ruslan R
JURNAL REDOKS : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Redoks : Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia
Publisher : Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.668 KB) | DOI: 10.33627/re.v3i2.425

Abstract

Kulit bawang merah (Allium cepa) merupakan salah satu limbah rumah tangga maupun limbah perindustrian yang jarang dimanfaatkan. kulit bawang merah memiliki pigmen warna merah yang berasal dari antosianin. Pigmen tersebut dapat mengalami perubahan warna pada perubahan keasamannya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ekstrak kulit bawang merah dapat digunakan sebagai indikator asam basa. Ekstraksi kulit bawang merah dilakukan dengan metode maserasi. hasil penelitian ini menunjukan bahwa kulit bawang merah yang di ekstrak menggunakan pelarut etanol dengan kosentrasi 10% menghasilkan warna merah gelap, warna merah terang pada kosentrasi 30%, warna merah bata pada kosentrasi 50%, dan pada kosentrasi 70% menghasilkan warna merah maron yang lebih pekat, dan berwarna merah tua pada kosentrasi 90%. Kosentrasi optimum pelarut etanol yang didapat adalah kosentrasi 70% dengan nilai absorbansi 3.430 dan warna yang dihasilkan adalah warna merah maron yang lebih pekat.
PENGARUH WAKTU MASERASI TERHADAP EKSTRAK ZAT WARNA DARI KULIT BAWANG MERAH DAN APLIKASINYA PADA BENANG TENUN KAIN BIMA Irfan I; agrippina wiraningtyas; Ruslan R
JURNAL REDOKS : JURNAL PENDIDIKAN KIMIA DAN ILMU KIMIA Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Redoks : Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu Kimia
Publisher : Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (824.566 KB) | DOI: 10.33627/re.v3i2.433

Abstract

Tenun bima adalah kain tradisional yang potensial dalam perkembangan jaman pewarna alami. Keberadaan pewarna alami dinilai penting karena sifatnya yang ramah lingkungan dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan berbagai warna pada tenunan yang dimana jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alami pada tenun bima ini adalah kulit bawang merah. Metode penelitian ini menggunakan eksperimen kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Waktu Maserasi Terhadap Ekstrak Zat Warna Dari Kulit Bawang Merah Dan Aplikasinya Pada Benang Tenun Kain Bima. Pelarut yang dugunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh waktu maserasi terhadap ekstrak dari kulit bawang merah terdapat pada variasi waktu 1 jam dengan nilai absorbansinya 2.842 nm.