p-Index From 2019 - 2024
0.751
P-Index
This Author published in this journals
All Journal JURNAL ILMIAH PLATAX
Silvester B. Pratasik
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Cardinal Fish Otolith Biometrics Banggai Pterapogon kauderni Koumans, 1933 In the Front Waters of Dudepo TPI Dudepo, South Bolaang Mongondow Regency and in the Lembeh Strait, Bitung City Hellen Melani; Ari B. Rondonuwu; Joudy R.R Sangari; Fransine B. Manginsela; Silvester B. Pratasik; Suzanne L. Undap
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 11 No. 1 (2023): ISSUE JANUARY-JUNE 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i1.44002

Abstract

This study aims to determine the biometric comparison of otoliths of Banggai cardinal fish based on gender and to determine the comparison of otolith biometrics at two locations in the Waters Front of TPI Dudepo Kab. South Bolaang Mongondow and in the Lembeh Strait, Bitung City. Data collection in the field using the roaming survey method. Fishing is done by snorkelling, catching a minimum of 50 individuals representing each size class using Chang net/Sibu fishing gear. The differences in otoliths in male and female sexes have seven different otolith characters in otolith length (OL), otolith width (OW), otolith area (OA) and otolith perimeter (OP), roundness (Rnd), ellipticity (Ell) and aspect ratio (Ar), and three characters that do not show significant differences, namely form factor (Ff), circularity (Cir), rectangularity (Rec). The differences in otoliths based on location in front of the Dudepo TPI and in the Lembeh Strait have seven different otolith characters in otolith length (OL), otolith width (OW), otolith area (OA) and otolith perimeter (OP), roundness (Rnd), ellipticity (Ell). and aspect ratio (Ar), and three characters that do not show significant differences, namely form factor (Ff), circularity (Cir), rectangularity (Rec). Keywords: Biometrics, cardinal proud fish, comparison Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingkan biometrik otolit ikan kardinal banggai berdasarkan jenis kelamin dan mengetahui perbandingan biometrik otolit pada dua lokasi di Perairan Depan TPI Dudepo Kab. Bolaang Mongondow Selatan dan di Selat Lembeh Kota Bitung. Pengambilan data di lapangan menggunakan metode survei jelajah. Penangkapan ikan dilakukan dengan penyelaman snorkling, penangkapan minimal 50 individu yang mewakili setiap kelas ukuran dengan alat tangkap Chang net/Sibu. Perbedaan otolit pada jenis kelamin jantan dan jenis kelamin betina memiliki tujuh perbedaan karakter otolit pada panjang otolit (OL), lebar otolit (OW), area otolit (OA) dan perimeter otolit (OP), roundness (Rnd), ellipticity (Ell) dan aspect ratio (Ar), dan tiga karakter yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, yaitu form factor (Ff), circularity (Cir), rectangularity (Rec). Perbedaan otolit berdasarkan lokasi di depan TPI Dudepo dan di Selat Lembeh memiliki tujuh perbedaan karakter otolit pada panjang otolit (OL), lebar otolit (OW), area otolit (OA) dan perimeter otolit (OP), roundness (Rnd), ellipticity (Ell) dan aspect ratio (Ar), dan tiga karakter yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, yaitu form factor (Ff), circularity (Cir), rectangularity (Rec). Kata kunci: Biometrik, ikan banggai kardinal, perbandingan
Community Structure And Condition Of Coral Reefs In Poopoh Village Waters, Tombariri District, Minahasa Regency Marselo R. Manzanaris; Ari B. Rondonuwu; Silvester B. Pratasik
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 1 (2019): ISSUE JANUARY-JUNE 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.1.2019.21439

Abstract

This study aims to provide information about coral reefs condition in Poopoh waters and as input For related stakeholders for future coral reef management and conservation. Data sampling employed SCUBA gear with Line Intercept Transect (LIT) at 3 M and 10 M depth. It used 30 M-transect line and each depth was laid 3 transects.Results showed that the highest number of hard coral colonies at 3 M depth was found in branching coral and the lowest in ACD, while at 10 M depth, the highest number of colonies was recorded in CMR and the lowest in ACB.  Based on percent cover, it was found that the depth of 3 M had moderate coral condition, while the depth of 10 M had poor condition. Both depths had low diversity index, high eveneness index, and low dominance index.Key words: coral reef condition,  percent cover, diversity, evenness, dominance.  ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang kondisi terumbu karang di perairan Desa Poopoh sebagai masukan bagi pihak-pihak terkait untuk pengelolaan dan pelestarian terumbu karang di masa mendatang.Pengambilan data terumbu karang menggunakan alat SCUBA dengan metode LIT (Line Intercept Transek) pada kedalaman 3 M dan 10 M. Penelitian in menggunakan 30 M panjang  transek, dan masing-masing kedalaman ditempatkan 3 transek.Jumlah koloni karang batu terbanyak di kedalaman 3 meter ditemukan pada jenis karang bercabang (CB), 4,33 koloni dan jumlah koloni terendah pada ACD, sedangkan pada kedalaman 10 M, koloni terbanyak ditemukan CMR dan terendah pada ACB.  Berdasarkan persentase tutupan, ditemukan bahwa kedalaman 3 meter memiliki kondisi terumbu karang sedang, sedangkan kedalaman 10 M memiliki kondisi terumbu karang buruk. Kedua kedalaman memiliki indeks keanekaragaman (H’) rendah, indeks kemerataan tinggi, dan indeks dominasi tergolong rendah.Kata kunci: kondisi terumbu karang, persen tutupan, keragaman, pemerataan, dominasi.
Fly fish growth pattern (Decapterus spp) in Likupang Water, Nort Sulawesi Inggrid M. F Akerina; Silvester B. Pratasik; Nego E. Bataragoa
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 1 (2019): ISSUE JANUARY-JUNE 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.1.2019.22593

Abstract

This study was aimed to find out the size distribution of scad (Decapterus spp) caught by Likupang fishermen and to find out theirgrowth patterns. Fish samples were collected by traditional purse seine fishermen in Likupang waters. Total catches were 139 individuals consisting of 89 D. macarellus and 50 D. macrosoma.The former was dominated by size of 19.2-20.6 cm, while the latter was dominated by size of 13.1-14.1 cm. Length-weight relationship analysis showed that the growth patterns of D. macarellus and D. Macrosoma were isometric meaning that the increase in length is consistent with weight gain.Keywords: Likupang, Decapterus spp and growth patternsABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran ikan layang (Decapterus spp) yang ditangkap oleh nelayan Likupang and untuk menduga pola pertumbuhannya. Sampel ikan diperoleh nelayan tradisional pukat cincin di perairan Likupang.Total hasil tangkapan adalah 139 ekor terdiri dari 89 ekor  D. macarellus dan 50 D. macrosoma. Hasil tangkapan D. macarellus didominasi oleh kelas ukuran 19,2-20,6 cm, sedangkan D. macrosomadidominasi oleh kelas ukuran 13,1-14,1 cm. Analisis hubungan panjang berat menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan D. macarellusdan D. macrosoma bersifat isometrik yang artinya pertambahan panjang selaras dengan pertambahan berat.Kata kunci: Likupang, Decapterus spp dan Pola pertumbuhan
Marine Debris Composition on Tasik Ria Beach, Tombariri, Minahasa Regency Silvia A. Bangun; Joudy R.R. Sangari; Frans F. Tilaar; Silvester B. Pratasik; Meiske S. Salaki; Wilmy Pelle
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 1 (2019): ISSUE JANUARY-JUNE 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.1.2019.23411

Abstract

Indonesia is referred to as the second largest contributor of marine plastic waste in the world after China, with an estimated 0.48-1.29 million metric tons per year (Jambeck et al, 2015). The main problem today is the lack of information about pollution of marine debris on the coast, especially in North Sulawesi. This study aims to identify the type of marine debris on Tasik Ria Beach using the transect line observation method. Observation of marine debris was carried out 5 times with a total of 10 transects between February and April 2019. Data analysis was carried out using several software namely Microsoft Excel, Statgraphics, and JMP. The analysis technique used is EDA (Exploratory Data Analysis) with GDA (Graphical Data Analysis) as the main approach. Of the various types of debris obtained, plastic debris is the most commonly found, as many as 189 items, followed by glass 97 items, wood and derivatives of 11 items, rubber 5 items and clothes 2 items. Based on the results of the study, the type of macro debris is the most common category of debris at the study site. The total number of macro-debris collected in ten observation transects was 316 items with a total weight of 118.62 gr/m2, while meso-debris had only 6 items with a total weight of 7.18 gr/m2. The percentage of macro-debris composition found on Tasik Ria beach is plastic (58.15%), glass (29.85%), metal (6.52%), wood and derivatives (3.42%), rubber (1, 55%) and clothes (0.62%). These results can illustrate the potential for events where plastic is the dominant component of marine debris on the coast, specifically in the District of Tombariri, Minahasa Regency.Keywords: Marine debris, Macro-debris, Category, Composition, Tasik Ria ABSTRAKIndonesia disebut sebagai kontributor sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok, dengan estimasi 0,48-1,29 juta metrik ton per tahun (Jambeck et al, 2015). Masalah utama dewasa ini adalah kurangnya informasi mengenai pencemaran sampah laut di pantai, khususnya di Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis sampah laut di Pantai Tasik Ria dengan menggunakan metode pengamatan garis transek. Pengamatan sampah laut dilakukan sebanyak 5 kali dengan total 10 transek antara bulan Februari hingga April 2019. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yaitu Microsoft Excel, Statgraphics, dan JMP. Adapun tehnik analisis yang digunakan adalah EDA (Exploratory Data Analysis) dengan pendekatan utama yaitu, GDA (Graphical Data Analysis). Dari berbagai semua jenis sampah yang didapatkan, sampah plastik merupakan yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 189 item, diikuti kaca 97 item, kayu dan turunannya 11 item, karet 5 item dan terakhir pakaian 2 item. Berdasarkan hasil penelitian, jenis sampah makro merupakan ukuran sampah yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian. Jumlah total makro-debris yang dikumpulkan di sepuluh transek pengamatan adalah sebanyak 316 item dengan bobot total 118,62 gr/m2, sedangkan meso-debris hanya terdapat 6 item dengan bobot total 7,18 gr/m2. Persentase komposisi makro-debris yang terdapat di pantai Tasik Ria adalah plastik (58,15%), kaca (29,85%), logam (6,52%), kayu dan turunannya (3,42%), karet (1,55%) dan pakaian (0,62%). Hasil ini dapat menggambarkan potensi kejadian dimana plastik menjadi komponen sampah laut dominan di pantai, secara khusus di Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa.Kata kunci: Sampah laut, Makro-debris, Jenis, Komposisi, Tasik-Ria
Vertical Distribution Of Hard Corals In Southern Siladen Island John L. Tombokan; Unstain N. W. J. Rembet; Silvester B. Pratasik
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 1 (2017): ISSUE JANUARY - JUNE 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.1.2017.14972

Abstract

This study was aimed at provide information on hard coral distribution in southern Siladen Island. The work was done using SCUBA gear Line Intercept Transect (LIT). Thirty m long-line transects were placed at the reef flat, 5 m depth, 10 m depth, 15 m depth, and 20 m depth. A total of 44 hard coral genera was recorded, and the highest number of genre was found at 5 m depth. Coral species diversity was also high enough at the reef flat (1.032) and 5 m depth (1.28). Coral reef condition at 10 m depth was good enough as well and categorized as productive due to much higher percent of the biotic component than the abiotic component. The dominant life forms consisted of tabulate Acropora and branching corals at the reef flat, encrusting corals, branching corals, and foliose corals at 5 m, encrusting corals at 10 and 20 m depth, and massive corals, encrusting corals, and branching corals at 15 m depth, respectively. Keywords: coral reef, distribution, LIT, vertical zonationl.   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang distribusi karang batu di sebelah selatan pulau Siladen. Penelitian ini dilakukan menggunakan alat selam SCUBA dan metode transek intersep garis. Tali transek sepanjang 30 m diletakkan di rataan terumbu, kedalaman 5, 10, 15, dan 20 m. Total 44 genera karang batu ditemukan pada penelitian ini, dan jumlah genera terbanyak ditemukan pada kedalaman 5 m. Keanekaragaman spesies karang juga cukup tinggi di daerah rataan terumbu (1,032) and 5m (1,28). Kondisi terumbu karang pada kedalaman 10 m juga cukup baik dan dikategorikan produktif karena tingginya komponen biotik dibandingkan dengan komponen abiotik. Bentuk pertumbuhan yang dominan masing-masing terdiri dari Acropora meja dan karang bercabang di rataan terumbu karang, karang encrusting, karang bercabang, dan foliose pada kedalaman 5 m, karang encrusting pada kedalaman 10 dan 20m, serta karang masif, karang encrusting dan karang bercabang pada kedalaman 15m.   Kata kunci: Terumbu karang, distribusi, Transek Intersep Garis, Zonasi vertikal.