Syaifuddin Sabda
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

QUANTUM IKHLAS: KAJIAN, ANALISIS, DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM Fadli Rahman; Hakim Syah; Ani Cahyadi; Syaifuddin Sabda
Jurnal Alwatzikhoebillah : Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, Humaniora Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Alwatzikhoebillah : Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, Humaniora
Publisher : Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37567/alwatzikhoebillah.v9i1.1558

Abstract

Ikhlas merupakan salah satu elemen penting dalam agama Islam, karena dianggap sebagai salah satu cara untuk mencapai keberkahan dalam segala aspek kehidupan. Ikhlas juga merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis konsep dan implementasi Quantum Ikhlas dalam pendidikan Islam. Artikel ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis kajian pustaka. Sumber data dalam penelitian ini adalah berbagai literatur yang terkait Quantum Ikhlas yaitu “Quantum Ikhlas: Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati” karya Erbe Sentanu, “NLP: Nouro-Linguistic Programming for the Quantum Change” karya Philip Hayes dan Jenny Rogers, “Al-Luma” karya al-Thûsi, dan “Al-Risâlah Al-Qusyairîyyah fî ‘Ilm al-Tashawwuf” karya al-Qusyairi. Data diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu data collection, data reduction, data display, dan conclusion drawing. Penelitian ini menemukan bahwa salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam memenuhi tuntutan pendidikan Islam adalah dengan mengembangkan teknologi Aktivasi Kekuatan Hati "Quantum Ikhlas" yang merupakan bentuk pengembangan diri yang mengikutsertakan gelombang otak sebagai bagian dari proses pengembangan diri manusia. Teknologi ini merupakan gabungan antara ilmu pengetahuan terkini seperti neuroscience, quantum physics, evolutionary biology, dan science of the mind dengan tuntunan falsafah hidup dan agama. Penerapannya dapat ditemukan dalam dunia pendidikan Islam, terutama dalam pendidikan Sufistik yang berorientasi pada “olah rasa” melalui metode goal praying. Namun, penerapan teknologi ini belum disertai dengan pengukuran gelombang otak dan penggunaan media audio ataupun visualisasi tertentu.
Analisis Relevansi Neurosains dengan Pembelajaran dan Kesehatan Spiritual Mardiah Mardiah; Syaifuddin Sabda; Ani Cahyadi
Journal on Education Vol 4 No 4 (2022): Journal on Education: Volume 4 Nomor 4 Tahun 2022
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joe.v5i4.2197

Abstract

The concept of learning from a neuroscience perspective is learning that empowers the brain's abilities by creating a learning environment that is challenging, fun, meaningful, and encourages students to be active. In the view of neuroscience, teachers and parents should develop learning strategies that are appropriate to the behavior, personality, development, and thinking of children as well as the ability or condition of their brains, especially in the learning process. The developed learning atmosphere is expected to stimulate children to be active in the learning process so that they do not feel bored and get a strong impression of the material or lesson content being taught by the teacher. Neuroscience provides basic knowledge for teachers and parents so that they can understand the biological basis of children, both from children's skills and from children's behavior, so that children can receive lessons optimally and learning objectives can be achieved optimally. Here, teachers and parents also get a comprehensive understanding of how to help children so that they can maximally develop their potential according to the stages of their development. In this study, the writers will examine the relationship between learning, spiritual health, and neuroscience, particularly from the standpoint of education, as well as the ideas that support it.
Konstruksi Teologis Remaja Islam Banjar perspektif Prophetic Intelligence Hamdani Bakran Adz-Dzakiey Ali Akbar; Syaifuddin Sabda; Ani Cahyadi; Gt. Muhammad Irhamna Husin
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 17, No 2 : Al Qalam (Maret 2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/aq.v17i2.1971

Abstract

Kecerdasan profetik pada hakekatnya adalah konsep-konsep yang terkandung dalam Al-Qur'an dan as-Sunnah. Kecerdasan profetik juga dapat dikatakan sebagai penelitian baru dalam bidang psikologi Islam. Kajian ini dilakukan sebagai upaya untuk menjawab berbagai permasalahan umat, berdasarkan penelaahan yang mendalam terhadap Kitab Suci dan juga kajian, pemahaman dan penerimaan terhadap prototipe kehidupan para nabi dan rasul. Nabi Muhammad secara khusus melihat dirinya terselubung dalam kaca tasawuf, memperkuat teori-teori kecerdasan kenabian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana konstruksi teologis remaja Islam Banjar kemudian dianalisis dengan perspektif Prophetic Intelligence yang dikenalkan oleh Hamdani Bakran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma fenomenologi, penelitian berlangsung secara alami (sesuai) dalam lingkungan alamiah dari fenomena yang diteliti, prosesnya bersifat siklus, peneliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi. Penelitian ini dilakukan di Kalimantan Selatan. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dari November hingga Desember 2022 dalam tiga tahap: Persiapan, pengumpulan data dan analisis data. Hasil dari penelitian ini telah ditemukan konstruksi teologis remaja Islam masyarakat Banjar dimulai dari memilih pasangan hidup, Ketika hamil sampai kelahiran dan juga pada Pendidikan anak. Beberapa aspek tersebut membentuk perilaku remaja Banjar yang dikenal luas menjadi sosok yang agamis.
FILOSOFI, IDEOLOGI DAN PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM INTER, MULTI DAN TRANSDISIPLINER Indra Wijaya; Syaifuddin Sabda
Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol 23, No 1 (2023): Published in March of 2023
Publisher : STAI AL FALAH Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47732/alfalahjikk.v23i1.176

Abstract

AbstractIn general, the design philosophy of Islamic education is not much different from other education. Namely, it includes ontology, epistemology and axiology. However, after researching, parsing and drawing conclusions, several fundamental differences were found between these philosophical structures. For example, from an epistemological perspective, Islamic education is based on the Koran and hadith/sunnah. From the aspect of ontology, the philosophy of Islamic education does not only focus on a real (real) reality but also un-real-abstract. Meanwhile, from the axiological aspect, the philosophy of education does not only refer to one value point of view but refers to several points of view, including human values (moral), as well as divine values (religion) and so on.The diversity of ethnicities, religions and cultures is a fact of Indonesian history. Diversity can be a gift or a disaster. If managed properly it can enrich human life; conversely, if it is not managed properly it can lead to disasters in the form of tension, conflict, and violence. The function of Islamic Religious Education as a subject that is still preserved in the National Education System is expected to shape the character of students, so that they become pious Muslims (in the sense of obedience to Allah), and at the same time become citizens. Indonesia that is tolerant, accepts multicultural conditions, and rejects all forms of oppression that demean human dignity. Specifically, it can be seen from the learning objectives, namely realizing Indonesian people who are religious, have noble character, are knowledgeable, diligent in worship, intelligent, productive, honest, fair, ethical, disciplined, tolerant (tasamuh), maintain harmony and develop religion. culture at school. Philosophically, Islamic education is relevant and an integral part of the national education system. The position of Islamic education as a national education subsystem does not only function as a complement, but as a substantial component. That is, Islamic education is an important component in the journey of national education. Because the government has proposed the concept of multicultural education, civic education, and character education, Islamic education cannot be separated from it. Keywords: Ideology, Paradigm of Islamic Education, Philosophy. AbstrakSecara umum, rancang bangun filosofi pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan pendidikan lainnya. Yakni, mencakup ontologi, epistemologi dan aksiologi. Namun setelah diteliti, diurai dan diambil suatu simpulan, ditemukan beberapa perbedaan yang mendasar antara bangunan filosofi tersebut. Misalnya, dari aspek epistemologi, pendidikan Islam berlandaskan pada al-Qur‟an dan hadith / sunnah. Dari aspek ontologi, filosofi pendidikan Islam tidak hanya fokus pada suatu realitas yang riil (nyata) tapi juga un-riil-abstrak. Sedangkan dari aspek aksiologi, filosofi pendidikan tidak hanya mengacu kepada satu sudut pandang nilai tapi mengacu pada beberapa sudut pandang, diantaranya adalah nilai-nilai kemanusiaan (moral), maupun nilai ketuhanan (agama) dan lain sebagainya. Kemajemukan suku, agama, dan budaya merupakan fakta sejarah Indonesia. Keanekaragaman bisa menjadi hadiah atau bencana. Jika dikelola dengan baik dapat memperkaya kehidupan manusia; sebaliknya jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan bencana berupa ketegangan, konflik, dan kekerasan. Fungsi Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang masih dilestarikan dalam Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat membentuk karakter peserta didik, sehingga menjadi muslim yang bertakwa (dalam arti taat kepada Allah), dan sekaligus menjadi warga negara. Indonesia yang toleran, menerima kondisi multikultural, dan menolak segala bentuk penindasan yang merendahkan harkat dan martabat manusia. Secara khusus dapat dilihat dari tujuan pembelajaran, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang agamis, berakhlak mulia, berilmu, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, beretika, disiplin, toleran (tasamuh), menjaga kerukunan dan mengembangkan agama. budaya di sekolah. Secara filosofis, pendidikan Islam relevan dan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Kedudukan pendidikan Islam sebagai subsistem pendidikan nasional tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap, tetapi sebagai komponen yang substansial. Artinya, pendidikan Islam merupakan komponen penting dalam perjalanan pendidikan nasional. Karena pemerintah telah mengajukan konsep pendidikan multikultural, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan karakter, maka pendidikan Islam tidak bisa lepas darinya. Kata Kunci: Filosofi, Ideologi, Paradigma Pendidikan Islam.