Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Madani: Multidisciplinary Scientific Journal

Pemikiran Al-Farabi dan Ibnu Sina Santalia, Indo; N, Nurhaerat
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 3 (2024): Madani, Vol. 2, No. 3 2024
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.12702658

Abstract

This research was carried out by studying and reading books related to Islamic thought figures, namely Al-Farabi and Ibnu Sina. The presence of these two great Islamic figures was able to have a positive impact on the development of Islamic thought, and opened up the horizons of thinking, so that they were able to become role models for Muslim philosophers to follow after them. It is from his works that the world is enlightened, both in the field of medicine and in other fields, such as emanation, soul and prophecy. Al-Farabi and Ibnu Sina themselves became the spearheads for the Islamic generation after Al-Kindi. It was from them that the Islamic generation learned a lot about Islamic philosophy, although there is still much debate between Islamic scholars and generations about their thoughts. However, in essence, they have made the best contribution through their scientific works.
Tasawuf Maqamat dan Ahwal Serta Perkembangannya Dalam Dunia Islam Nawir, Muhammad Yusril; Santalia, Indo
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 3 (2024): Madani, Vol. 2, No. 3 2024
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.12666257

Abstract

Kehidupan spiritual sejatinya merupakan fase dimana manusia berotasi pada eksistensi dirinya, dimana fokus utama terletak pada dimensi spiritualnya dan nafs, ruh, qalb adalah sasaran dari kontemplasi tersebut, yang lebih dikenal dengan asketisme. Jika diruntun lebih jauh lagi, bahwa kehidupan asketis tidak dapat dipisahkan dari literatur dalam tradisi Islam, dimana dapat dijumpai sejumlah dalil-dalil dalam al-Qur’an maupun Hadits yang menegaskan potensi manusia terutama dimensi spiritual yang mampu meninggalkan belenggu jasmani (nasitiyah) untuk menanjak naik melalui potensi lahitiyahnya. Inilah yang menjadikan perbincangan seputar teori dan konsep yang lahir berikutnya menjadi unik dan beragam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan (library research) yaitu suatu studi yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam materi perpustakaan. Dengan kata lain penelitian yang mengumpulkan data dari kepustakaan seperti buku-buku sejarah dengan membaca, menelaah, dan  menganalisis berbagai literatur yang ada berupa al-Qur’an, hadis, dan buku sejarah  khususnya yang berkaitan dengan aspek teologi dan tasawuf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Maqamat adalah bentuk jamak dari kata maqam, yang secara bahasa berarti pangkat atau derajat. Dalam bahasa Inggris, maqamat disebut dengan istilah stations atau stages. Sementara menurut istilah ilmu tasawuf, maqamat adalah kedudukan seorang hamba di hadapan Allah, yang diperoleh dengan melalui peribadatan, mujahadat dan lain-lain, latihan spritual serta (berhubungan) yang tidak putus-putusnya dengan Allah swt.  Sedangkan Ahwal adalah suatu kondisi jiwa yang diperoleh melalui kesucian jiwa. Hal merupakan sebuah pemberian dari Allah Swt. Bukan sesuatu yang dihasilkan oleh usaha manusia, berbeda dengan yang disebut dengan maqamat. Ahwal juga memiliki macam-macam bentuknya. Antara yang satu dengan yang lain, memiliki karakteristik yang berbeda. Misalnya Muraqabah, memiliki makna yang sama dengan istilah ihsan. Secara historis konsep maqamat diduga muncul pada abad pertama hijriyah ketika para sahabat Nabi masih banyak yang hidup. Sosok yang memperkenalkan konsep tersebut adalah menantu Rasulullah saw yaitu sahabat Ali bin Abi Thalib. Hal ini dapat ditemukan dalam satu informasi bahwa suatu ketika para sahabat bertanya kepadanya mengenai soal Iman, disanalah akar munculnya Maqamat dan ahwal dalam dunia tasawuf.
Perkembangan Pemikiran Islam: Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia Amsil, Alif Fahrezy; Santalia, Indo
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 7 (2024): Madani, Vol 2. No. 7, 2024
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.12741350

Abstract

Penelitian ini mengkaji perkembangan dan dinamika pemikiran Islam di Indonesia, dengan fokus pada pembaharuan pemikiran Islam. Seiring dengan perkembangan zaman, pemikiran Islam di Indonesia mengalami transformasi signifikan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kontribusi tokoh-tokoh pembaharu Islam di Indonesia, konteks historis dan sosial yang melatarbelakangi pembaharuan tersebut, serta dampaknya terhadap masyarakat Muslim Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dengan pendekatan kualitatif, dimana data-data yang relevan dikumpulkan dari literatur, artikel, dan dokumen terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sejarah masuknya Islam di Indonesia ditandai dengan keragaman corak dan pengaruh besar dari budaya Arab, India, dan Cina. Proses penyebarannya melibatkan peleburan ajaran Islam dengan kepercayaan dan tradisi lokal, sehingga diterima dengan baik oleh masyarakat. Islam menyebar secara damai dan toleran terhadap agama-agama yang sudah ada, seperti Buddha dan Hindu. Pada awal abad ke-18, pemikiran Islam mulai memasuki masa modernitas, didorong oleh penjajahan Belanda yang memotivasi ulama dan umat Islam untuk bersatu dan maju. Tokoh-tokoh pembaharu seperti Kyai Haji Hasyim Asy’ari, Kyai Haji Ahmad Dahlan, dan Nurcholish Madjid memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan pemikiran Islam di Indonesia
Pemikiran Al-Khawarij dan Al-Murji’ah R, Rahmawati; Amri, Muh.; Santalia, Indo
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 1 (2024): Madani, Vol. 2, No. 1 2024
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article aims to analyze the history of the emergence of the Al-Khawarij and Al-Murji'ah schools as well as the main ideas of these two schools. This article is a literature review. Then, based on the results of the analysis and reading, it was discovered that the cause of the emergence of the Khawarij sect was due to tribal fanaticism, economic factors and religious enthusiasm. Meanwhile, the Murji'ah aliram appears because it is caused by several theories that have explained it; First, the intention is to unite Muslims. secondly, to overcome the division of the people. third, the feud that occurred between Ali and Muawiyah was caused by arbitration or tahkim. The thoughts or understanding that had been developed by the Khawarij were classified into three categories, namely political, theological and social. Then, the understanding of Murji'ah is implemented in several things, both in the political and theological fields. So in the political field, Murjia'ah's understanding always tries to be neutral which is demonstrated in the form of silence. while in the theological field, it is developed in dealing with problems that then arise related to faith, kufr, major sins or venial sins. The implication of understanding Al-Khawarij and Murji'ah is so that Muslims know the beginning of the emergence and the main ideas and teachings of these two schools.
Asy’ariyah; Sejarah dan Pokok Ajarannya Serta Keterkaitannya Dengan Mu’tazilah Qorina, Ulfa; Amri, Muhammad; Santalia, Indo
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 1 (2024): Madani, Vol. 2, No. 1 2024
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.10502622

Abstract

Al-Asy’ari is one of the theological schools in Islam that emerged in the 9th century A.D. This school was founded by Abu al-Hasan al-Asy'ari as a response to the Mu'tazilah who prioritized reason in understanding religious teachings. Asharite history began as a movement to affirm elements of faith without neglecting revelation. The Asharites emphasized the principles of faith, including belief in the attributes of Allah, destiny, and the existence of the Qur'an as an uncreated kalamullah. This school rejects some Mu'tazilah concepts such as the affirmation of the absolute justice of God and the ability of the human intellect to attain religious knowledge without the aid of revelation. The al-Asy’ari association with the Mu'tazilah reflects a theological debate in Islamic history, in which the asy’ari tried to restore the primacy of revelation and tradition, while the Mu'tazilah supported reason as the primary means of understanding religion. These differences influenced the development of Islamic thought and contributed to the development of Islamic thought.
Abu Yazid (Ittihad) dan al Hallaj (Hulul) R, Rusdin; Santalia, Indo; Amri, Muh.
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 1 (2024): Madani, Vol. 2, No. 1 2024
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.10526202

Abstract

Sufism as a scientific field also experienced controversy and polemics in its long history of struggles and struggles until it became established and gave birth to the congregations that they are today. In the long journey of Sufism, almost the majority of Islamic scholars and intellectuals agree that the existence of Sufism has existed since the time of the Prophet. which most Muslims recognize as a scientific field of spiritual conditioning, or the bonding of human relationships with God. Sufism has developed from time to time. From being limited to morals to expanding into the realm of faith, giving rise to many pros and cons. Ittihad and Hulul are two of the theories of Sufism that have raised many pros and cons among Islamic scholars since their inception until today. What is meant by Ittihad is a level in Sufism where a Sufi feels himself united with God; a level where the lover and the beloved have become one, so that one of them can call the other with the words: Hi Me. Meanwhile, Hulul is a teaching which states that God has chosen certain human bodies to reside in them with their divine qualities, after the human qualities in their bodies have been eliminated first.
Ahmadiyah: Sejarah Latar Belakang dan Pokok Ajaran dan Pemikiran Rahantan, Ahmad; Santalia, Indo
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 1 (2024): Madani, Vol. 2, No. 1 2024
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.10534945

Abstract

Ahmadiyah merupakan gerakan keagamaan dalam islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad. Pendiri Jemaat Ahmadiyah ini berasal dari keluarga terhormat, ia dilahirkan pada tanggal 13 Februari 1835, atau 14 Syawal 1250 H pada hari jumat di dusun Qadian yang terletak 24 Km dari kota Amritsar, Punjab, India. Mengkaji tentang asal mula dan gerakan ahmadiayah menjadi menarik karena gerakan ini masih memeliki pengikut di sejumlah negara-negara muslim, termasuk indonesia. dalam tulisan ini dengan pendekatan kualitatif, peneliti mencoba menelusuri jejak pergerakan ahmadiyah dan  pokok pikirannya. Penelitian ini adalah studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemunculan aliran Ahamdiyah dilatarbelakangi oleh keadaan sosial dan politik sehingga muncul berbagai aliran yang salah satunya ialah aliran yang dibawakan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 23 Maret 1889 di India untuk menghilangkan rasa kekosongan otoritas agama, serta menginginkan masyarakat akan kehadiran sosok yang mampu mengarahkan ke jalan yang lurus. Pendiri Jemaat ahmadiyah mengaku sebagai nabi yang diberikan wahyu oleh Allah serta mendapatkan tugas meneruskan syari’at nabi sebelumnya. Ajaran aliran ini antara lain ialah membahas tentang perwahyuan yang diturunkan kepada nabi-nabi, konsep kenabian, konsep kekafiran seseorang, kekhalifahan
Rabiah Al-Adawiyah Dalam Konsep Mahabbah dan Al-Ghazali Dalam Konsep Makrifah Santalia, Indo; Haq, Fitri Maylan
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 3 (2024): Madani, Vol. 2, No. 3 2024
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.12703241

Abstract

This research aims to find out the concept of mahabbah according to Rabiah al-Adawiyah and the concept of makrifah according to al-Ghazali. This research focuses on these two Sufis because they are Sufism scholars who are famous for their respective concepts. To obtain relevant research results, this research uses data collection techniques or literature study methods. Rabiah al-Adawiyah is very famous among taswwuf as a female poet, her poetry is written as proof that her love for Allah has no limits, so according to her the concept of mahabbah is divided into hubb al-hawa dan hubbun liannaka ahlan lidzaka. Likewise with al-Ghazali, in his concept of makrifah in ma'rifatullah it cannot be reached by the senses or reason, but we arrive at makrifah using the qalb.