Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Beku Sapi Eksotik : Dampak Dan Penanggulangannya Jurnal Pepadu; I Wayan Lanus Sumadiasa; Adji Santoso Drajat; Lukman Hy; Lalu Ahmad Zaenuri; Rodiah Rodiah
Jurnal Pepadu Vol 2 No 1 (2021): Jurnal PEPADU
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v2i1.2167

Abstract

ABSTRAKTeknolgi inseminasi buatan (IB) dapat digunakan menyilangkan ternak jantan dan betina dengan posturtubuh berbeda menggunakan semen beku sapi-sapi jantan unggul eksotik. Minat masyarakat terhadapsapi hasil silangan sangat tinggi karena bobot badan sapi keturunan atau generasinya dapat mencapai600 kg pada umur dua tahun. Permasalahan, masyarakat peternak tidak banyak memahami dampaknegatif penggunaan semen sapi eksotik apabila dilakukan tanpa mengikuti persyaratan yang benar.Telah dilakukan pengabdian kepada masyarakat tentang inseminasi menggunakan semen beku sapieksotik di Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur. Tujuannya, memberikan informasi,pemahaman dan keterampilan kepada masyarakat tentang dampak negatif IB dengan semen beku sapieksotik. Kegiatan dilakukan dengan metode partisipatif melalui penyuluhan dan pembinaan singkatmeliputi pemilhan calon induk akseptor IB dan jenis pejantan yang sesuai, manajemen kebuntingan,penanganan kelahiran dan pasca kelahiran. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan, para peserta telahmemperoleh informasi pengetahuan dan pemahaman tentang dampak penggunaan semen beku sapieksotik. Hal ini terpancar dari respon dan antusiasme peserta cukup besar, banyaknya pertanyaanmenarik tentang persyaratan calon induk akseptor IB, masalah birahi, memilih semen beku pejantanyang sesuai, manajemen kebuntingan, penanganan kelahiran dan pasca kelahiran. Hasil evalusimenunjukkan, faktor-faktor yang dinilai mendukung pelaksanaan pengabdian ini adalah banyaknyajumlah dan antusiasme peserta yang mengikuti penyuluhan dan diskusi. Faktor penghambat nyaris tidakada, kecuali situasi Pandemi Covid-19 yang sedikit membatasi interaksi antara tim pengabdian denganmasyarakat yang hadir. Simpulan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini cukup baik dan berhasilkarena peserta menilainya sangat bagus dan memberi banyak manfaat.
Efek Tipe Kelahiran Terhadap Estrus Post-Partum Induk Sapi Bali Akseptor Inseminasi Buatan : Birt Type Effect on Post-Partum Etrus of Bali Cow Acceptor of Artificial Insemination I Wayan Lanus Sumadiasa; Adji Santoso Dradjat; Lalu Ahmad Zaenuri; Rodiah Rodiah
JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN Vol. 9 No. 1 (2023): JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN
Publisher : LPPM Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jstl.v9i1.421

Abstract

Cases of dystocia is impact on delaying uterine involution, post-partum estrus and the next mating. Research has been carried out about type of birth process and its effect on post-partum estrus post-artificial insemination (AI) of Bali cows in Pujut District, Central Lombok Regency. The aim was to determine the effect of the type of birth process on post-partum estrus of cows. The research used descriptive method with the material were 40 Bali cows in 4 (four) villages, namely Pengengat, Teruwai, Mertak and Bangket Parak. The research variables were the type of birth process and post-partum estrus, as well as supporting variables such as the age of cow, body condition score (BCS), body weight, type of bull semen and days open. The data were statistically analyzed including the mean, standard deviation and percentage, followed by t-test. The results showed that 52.25% of Bali cows in Pujut District gave birth normally and 47.5% suffer light dystocia with birth assistance. The mean age of cows with dystocia was 29.53 ± 5.72 months by the BCS of 2.53, compared to 31.62 ± 5.61 months by the BCS of 2.81 in normal birth. The mean weight was 319.00 ± 29.72 kg compared to 342.81 ± 49.36 kg. The mean days open was 199.13 days compared to 195.67 days and post-partum estrus was 122.00 days compared to 105.00 days. In conclusion, the onset of post-partum estrus and days open in Bali cows that suffer light dystocia with birth assistance is longer than normal birth.
SINKRONISASI ESTRUS UNTUK MENGATUR WAKTU KAWIN DAN MEMINIMALISIR KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KAMBING Jurnal Pepadu; I Wayan Lanus Sumadiasa; Enny Yuliani; Rodiah Rodiah
Jurnal Pepadu Vol 3 No 2 (2022): Jurnal PEPADU
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v3i2.2469

Abstract

Sinkronisasi estrus (birahi) adalah salah satu teknologi reproduksi untk menciptakan munculnya estrus dalam waktu yang tepat dan bersamaan pada sekelompok ternak betina, sehingga memudahkan prediksi waktu birahi dan perkawinan untuk menghasilkan kebuntingan. Telah dilakukan pelatihan sinkronisasi estrus pada ternak kambing di Yayasan Al Madina Farm, Desa Cendi Manik, Kecamatan Sekotong Tengah. Tujuannya adalah memberikan pemahaman tentang manfaat sinkronisasi estrus untuk mengatur waktu kawin dan meminimalisir kegagalan reproduksi pada ternak kambing. Setelah pelatihan, para peternak khususnya di kelompok mitra Yayasan diharapkan dapat melakukan sinkronisasi dan deteksi estrus sendiri untuk meningkatkan keberhasilan perkawinan atau insemnasi buatan (IB) dan mempercepat pertambahan populasi ternak kambing. Kegiatan dilakukan dengan metode partisipatif melalui penyuluhan dan pelatihan tentang memahami manfaat sinkronisasi estrus, praktik pembuatan perangkat alat sinkronisasi, cara dan lama waktu deposisi alat dalam vagina, pengeluaran (pencabutan) alat, deteksi estrus dan IB. Hasil kegiatan menunjukkan, para peserta telah memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman tentang cara melakukan dan manfaat sinkronisasi estrus pada ternak kambing. Respon dan antusiasme peserta terhadap materi yang disuluhkan cukup baik, tergambar dari banyaknya pertanyaan dan diskusi tentang manfaat dan kekurangan sinkronisasi estrus, serta pengaturan waktu perkawinan atau IB dan kelahiran anak. Hasil evalusi menunjukkan, faktor pendukung kelancaran pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah antusiasme peserta dalam mengikuti penyuluhan dan latihan praktik. Pandemi Covid- 19 merupakan satu-satunya faktor penghambat yang sedikit membatasi jumlah peserta yang dapat dihadirkan. Simpulan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini sangat baik dan berhasil karena para peserta menilainya sangat bagus dan bermanfaat.
SOSIALISASI DAMPAK NEGATIF INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DAN CARA MENCEGAHNYA Lalu Ahmad Zainuri; Rodiah Rodiah; Adji Santoso Dradjat; Lukman HY; Eny Yuliani
Jurnal Abdi Insani Vol 10 No 4 (2023): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v10i4.1260

Abstract

Artificial insemination in Bali cattle provides significant value to increase Bali cattle productivity. However, the negative impacts should not be ignored. Therefore, this community service aims to socialize the negative impacts of artificial insemination and how to prevent it on cattle. This activity was carried out in Sapit village, Suela subdistrict, East Lombok district, NTB. The form of activity is in class session, question and answer session, followed by a visit to the group's cattle housing. This activity was attended by 26 farmers representing 6 group hausing in Sapit village, 4 inseminators and 2 paramedics from the Suela sub-district health center. The evaluation results show that the community service material received a very good response from all participants. A total of 28 people (87.5%) participants stated that the topic was very useful for them. From the entire series of processes and implementation of community service, the team has discussed and evaluated various supporting factors, inhibiting factors and follow-up plans. The inhibiting factor was the bad experience of farmers because some of the cow had experienced dystocia and uterine prolapse so they were still hesitant to carry out AI on their cows. However, after being given lectures and questions and answers by the service team, farmers became more aware of how to prevent reproductive disorders in their cows. Therefore, based on the results of the evaluation carried out after the activity ended, it was found that all participants (100%) stated that they had no doubts and would continue to carry out AI on their cattle.