Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Kondisi Pasang Surut Air Laut di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat, Kalimantan Barat Saadi Saadi; Arie Antasari Kushadiwijayanto; Risko Risko
Jurnal Laut Khatulistiwa Vol 6, No 1 (2023): February 2023
Publisher : Dept. Marine Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lkuntan.v6i1.58040

Abstract

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pemangkat, terletak di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat, merupakan pelabuhan perikanan yang berada di WPPN-RI 711. Pelabuhan berada di dalam suatu lingkungan estuary, berjarak 3 km dari muara Sungai Sambas Besar, dan ini menyebabkan dinamika pasang dan surut yang ada di sekitar pelabuhan rumit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan kondisi pasang surut berdasarkan data in-situ. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil pengukuran pasang surut dan data kecepatan arus yang diukur secara langsung di lapangan. Data diolah menggunakan software t_tide untuk mendapat komponen harmonik pasut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tipe pasang surut di daerah ini adalah campuran harian ganda dengan nilai bilangan Fromzahl sebesar 0,83 serta nilai elevasi MSL sebesar 109 cm, HHWL sebesar 189,77 cm, dan LLWL sebesar 28,22 cm. Pola arah arus yang digambarkan pada diagram mawar menunjukkan bahwa pada pola arus memiliki dua arah (bolak-balik) namun cenderung menuju ke muara sungai.
Cycle of Potential Fishing Area of WPP-NRI 711 Year 2011-2020 Septian Surya Pratama; Arie Antasari Kushadiwijayanto; Risko Risko
Jurnal Laut Khatulistiwa Vol 6, No 1 (2023): February 2023
Publisher : Dept. Marine Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lkuntan.v6i1.58556

Abstract

This study discussed the cycle of potential fishing areas in WPP-NRI 711 based on the distribution of Sea Surface Temperature (SST) and distribution of chlorophyll-a concentration using MODIS Aqua satellite imagery. The distribution of Potential Fishing Areas (PFA) was determined based on the distribution of the thermal front which was processed using MGET (Marine Geospatial Ecology Tools) and chlorophyll-a. Determination of fluctuations and the emergence period of PFA for 10 years (2011-2020) is carried out using wavelets. The results showed that the average SST in WPP-NRI 711 was 29 °C. The highest average SST is 31 °C in May of the Transitional I Season, and the lowest average temperature is 27.9 °C in February of the West Monsoon Season. The average chlorophyll-a concentration was 0.6 mg/m3, the highest average chlorophyll-a concentration was 0.76 mg/m3 in December West Monsoon Season, and the lowest average was 0.53 mg/m3 in October Transitional II Season. The average PFA distribution area is 1.111 km2, the highest average area is 1.324 km2 in the West Monsoon Season, then the lowest area is 924 km2 in the Transitional II Season. Based on global spectrum and wavelet analysis, it is known that the period of the appearance of PFA is 3-6 months or Seasonal. then in the Northern Region segment of WPP-NRI 711, covering the Natuna Sea, the appearance of PFA is strongly influenced by Seasonal current movements. Meanwhile in the southern part, including the Karimata Strait, the emergence of PFA is strongly influenced by river runoff and changing Seasons.
Inventory Of Gastropods In The Coastal Area Of Desa Sungai Nibung West Kalimantan Ikha Safitri; Arie Antasari Kushadiwijayanto; Mega Sari Juane Sofiana; Apriansyah Apriansyah; Yusuf Arief Nurrahman; Syarif Irwan Nurdiansyah; Enjella Enjella; Madi Juna Permalem Ginting
Barakuda'45 Vol 5 No 1 (2023): Edisi April
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47685/barakuda45.v5i1.333

Abstract

Desa Sungai Nibung is a village located in Teluk Pakedai District, Kubu Raya Regency, West Kalimantan. This village is one of the conservation areas established by the Regional Government of West Kalimantan Province in 2020. Desa Sungai Nibung has a high diversity of natural resources, one of which is gastropods. Gastropods are organisms that act as grazers, scavengers, and predators. These organisms can live in waters, coastal and terrestrial. Its diversity has been reported to be more than 75,000 species. Several gastropods have been used by the local community as food with a high protein source. Gastropods found on the coast of Sungai Nibung Village are Ellobium, Cassidula, Nerita, Neritina, Chicoreus, Cerithidea, Littoria, Potamopyrgus, and Onchidium.
Community of Phytoplankton as Aquatic Quality Bioindicator in Teluk Melanau Waters Lemukutan Island West Kalimantan Zainal Zainal; Arie Antasari Kushadiwijayanto; Ikha Safitri; Mega Sari Juane Sofiana
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 11 No. 2 (2023): ISSUE JULY-DECEMBER 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i2.49229

Abstract

Lemukutan Island has the potential of natural resources with a high level of diversity, including phytoplankton. Lemukutan Island has been developed as a marine tourism destination and other activities. A way to monitor water conditions is by observing physical, chemical, and biological parameters. This study aimed to determine the community structure of phytoplankton as a water quality bioindicator and analyze the environmental parameters' correlation to the abundance of phytoplankton in Teluk Melanau, Lemukutan Island. Determination of sampling stations using a purposive sampling method. Phytoplankton identification, quantity, biological index, and measurement of environmental parameters were carried out in this study. The results showed that the phytoplankton community consisted of 77 genera and Bacillariophyceae has the highest percentage contribution (90.44%). The most common genera were Cocconeis, Nitzchia, Synedra, and Chaetoceros. The abundance of phytoplankton ranged from 2-1521 ind/L. The biological index showed that Teluk Melanau was in an unpolluted condition. Environmental parameters were still in the optimal range for the growth of phytoplankton. The abundance of phytoplankton is very strongly correlated with salinity, DO, nitrate, and phosphate, strongly correlated with pH and very weakly correlated with brightness, temperature, and current velocity. Keywords: Community structure, phytoplankton, bioindicator, Lemukutan Island. Abstrak Perairan pulau Lemukutan memiliki potensi sumberdaya alam, termasuk fitoplankton. Pada saat ini, pulau Lemukutan telah dikembangkan sebagai destinasi wisata bahari dan berbagai aktivitas lainnya. Aktivitas tersebut dapat memberikan dampak terhadap kualitas perairan. Salah satu cara melakukan monitoring kondisi perairan yaitu dengan cara pengamatan parameter fisika, kimia, dan biologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas fitoplankton sebagai bioindikator kualitas perairan dan menganalisis korelasi parameter lingkungan terhadap kelimpahan fitoplankton di Perairan Teluk Melanau, Pulau Lemukutan. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling untuk mewakili rona lingkungan yang ada. Identifikasi fitoplankton, kelimpahan, indeks biologis, dan pengukuran parameter lingkungan dilakukan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan struktur komunitas fitoplankton terdiri dari 77 genera, dimana Bacillariophyceae merupakan komponen dengan persen kontribusi tertinggi (90,44%). Jenis yang paling banyak ditemukan yaitu Cocconeis, Nitzchia, Synedra, dan Chaetoceros. Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 2-1521 ind/L. Indeks biologi menunjukkan bahwa perairan Teluk Melanau berada pada kondisi tidak tercemar. Parameter lingkungan masih dalam rentang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton berkorelasi sangat kuat dengan salinitas, DO, nitrat, dan fosfat, berkorelasi kuat dengan pH dan berkorelasi sangat lemah dengan kecerahan, suhu, dan kecepatan arus. Kata kunci: struktur komunitas, fitoplankton, bioindikator, pulau Lemukutan.
Study on Water Quality for Seaweed Cultivation in Desa Jawai Laut Sambas Regency West Kalimantan Adrian Maunala; Ikha Safitri; Arie Antasari Kushadiwijayanto; Mega Sari Juane Sofiana
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 11 No. 2 (2023): ISSUE JULY-DECEMBER 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i2.50790

Abstract

Desa Jawai Laut is a coastal village in Sambas Regency, West Kalimantan with the potential of marine waters that can support the community's economy. One of the activities carried out is the seaweed cultivation of Eucheuma cottonii using the longline method. The development of cultivation activities can be supported by optimal water conditions to support seaweed production. The aim of this study was to analyze the water quality in Desa Jawai Laut, Sambas Regency for the development of seaweed cultivation. Determination of location sites was carried out systematically, as many as 7 stations with a distance of 500 m. The water quality index was analyzed using the CCME-WQI method. The results showed that in general, the water quality of Desa Jawai Laut was in a good category with a CWQI value of 80. Stations I and IV were in the excellent category and were recommended as locations for the development of seaweed cultivation. Keywords: Seaweed cultivation, water quality, CWQI Abstrak Desa Jawai Laut merupakan desa pesisir di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat dengan potensi perairan laut yang dapat menunjang perekonomian masyarakat. Salah satu aktivitas yang dilakukan adalah budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dengan metode longline. Pengembangan kegiatan budidaya dapat ditunjang dengan adanya kondisi perairan yang optimal untuk mendukung hasil produksi rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas perairan di Desa Jawai Laut, Kabupaten Sambas untuk pengembangan budidaya rumput laut. Penentuan titik lokasi dilakukan secara sistematik, sebanyak 7 stasiun dengan jarak 500 m. Indeks kualitas air dianalisis menggunakan metode CCME-WQI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kualitas perairan Desa Jawai Laut dalam kategori baik dengan nilai CWQI 80. Stasiun I dan IV masuk ke dalam kategori sangat baik dan direkomendasikan sebagai lokasi untuk pengembangan budidaya rumput laut.  Kata Kunci: Budidaya rumput laut, kualitas perairan, CWQI
Sosialisasi Peran Multipihak dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi di Kalimantan Barat melalui Forum Group Discussion Arie Antasari Kushadiwijayanto; Setra Kusumardana; Ikha Safitri; Warsidah; Mega Sari Juane Sofiana; Sukardi
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 4 No. 4 (2023): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Sistem Informasi dan Teknologi (Sisfokomtek)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kalimantan Barat memiliki potensi ekosistem pesisir dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, seperti mangrove, lamun, terumbu karang, dan sumberdaya kelautan dan perikanan. Selain itu, di beberapa Kabupaten pesisir Kalimantan Barat juga ditemukan biota endemik, biota yang dilindungi maupun terancam punah. Potensi tersebut menjadi dasar penetapan lima kawasan konservasi perairan di Kalimantan Barat. Dalam rentang waktu 2019 – 2023, pengelolaan kawasan konservasi Kalimantan Barat menghadapi banyak tantangan sekaligus menawarkan banyak peluang yang dapat dilakukan. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah kurangnya kesadartahuan masyarakat tentang konservasi dan pengelolaan laut secara berkelanjutan. Focus Group Discussion dan seminar membahas tantangan dan peluang dalam mengembangkan usaha konservasi inklusif yang berkelanjutan sebagai sumber perekonomian bagi masyarakat pesisir. Untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya kelautan dan perikanan serta pengelolaan yang efektif, diperlukan adanya peran multipihak. Kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat pesisir dapat mewujudkan solusi inovatif dan komitmen untuk mendukung keberlanjutan lingkungan laut dan kesejahteraan masyarakat lokal.