Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal aplikasi IPTEK

Pelestarian Jajanan Upakara Untuk Meningkatkan Nilai Kearifan Lokal I Putu Darmawijaya
Paradharma (Jurnal Aplikasi IPTEK) Vol. 1 No. 1 (2017): Jurnal Paradharma
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Dhyana Pura – Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376 KB) | DOI: 10.36002/jpd.v1i1.219

Abstract

ABSTRAKBali merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang sangat terkenal dengan kekentalan adat istiadat dan kebudayaan daerahnya. Apabila mendengar kata ‘Bali’ pasti yang akan diingat adalah upacara keagamaan. Dalam melaksanakan upacara keagamaan, umat Hindu di Bali menggunakan sarana sebagai persembahan kepada Tuhan yang biasa disebut dengan upakara/sesajen. Sesajen tersebut terdiri atas hasil bumi, yang diolah menjadi jajanan upakara. Jajanan upakara mengandung unsur lambang atau simbolisme sehingga keberadaan jajanan upakara dalam membuat sesajen sangat penting. Namun, sayangnya pada zaman sekarang, keberadaan jajanan upakara sudah mulai terdesak oleh keberadaan jajanan modern, yang banyak digunakan sebagai bahan pembuatan upakara. Hal ini sangat dikhawatirkan akan menyebabkan kehilangan makna dan simbol dari sebuah sesajen. Pelatihan dan pendampingan pembuatan jajanan upakara dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat. Pelatihan ini dilaksanakan di Desa Wanasari Tengah Kabupaten Tabanan yang diikuti oleh anggota PKK dengan kegiatan selama 2 hari. Jenis jajajan upakara yang diajarkan cara pembuatannya dalam pelatihan ini adalah jajan uli, jajan matahari, jajan begina (rengginang) dan pie susu. Dalam pelatihan dan pendampingan pembuatan jajanan upakara ini dilakukan pula pendampingan mengemas produk jajanan upakara untuk bisa dijual sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Melalui kegiatan ini, mitra dapat memahami cara pembuatan jajanan upakara yang mengacu pada kaidah yang benar. Peserta sangat senang mendapatkan pelatihan ini karena sangat bermanfaat untuk dirinya sendiri karena memiliki wawasan tetang cara pembuatan jajanan upakara mengingat selama ini mereka hanya membeli jajan yang sudah jadi. Demikian pula, melalui pelatihan pengemasan produk yang diberikan para peserta diyakini akan dapat menjual produk yang dihasilkannya sehingga dapat meningkatkan perekonomian keluarga.Kata kunci : Jajanan upakara, pelatihan dan pendampingan, sesajen.ABSTRACTBali is one of the most famous provinces in Indonesia with its customs and cultural density. When hearing the word 'Bali', the thing that will be remembered must be its religious ceremony. In performing religious ceremonies, Hindus in Bali use the means as offerings to God, commonly called upakara/sesajen. The offerings consist of crops, which is then processed into upakara snacks. These snacks contain elements of symbols or symbolism so that the existence of upakara snacks in making offerings is very important. However, unfortunately in the present day, the existence of upakara snacks already urged by the existence of modern snacks, which are widely used as ingredients for making sesajen. This is very worrying will cause the loss of meaning and symbols of an offering. Training and mentoring of upakara snacks is done to overcome the problems that occur in the community. The training was held in Wanasari Tengah Village, Tabanan District, followed by PKK (Family Welfare Organization) members for 2 days. Types of snacks which are taught how to manufacture in this training is uli snack, matahari snack, begina snack (rengginang) and milk pie. In the training of making upakara snacks the participants are also assisted to package upakara snacks products to be sold so as to increase family income. Through this activity, partners can understand how to make upakara snacks, which refers to the correct rules. Participants are very happy to get this training because it is very useful for themselves because they have an insightful way of making upakara snacks. During this time they buy ready products sold in the market. Similarly, through productpackaging training, it is expected that they will be able to sell the snacks they produce so as to improve the family economy.Key words : Upakara snacks, training, offering to God (sesajen)
PKM Kelompok Gula Aren “Mutiara Merah” Di Desa Karyasari Kabupaten Tabanan I Putu Darmawijaya; Natalia Sri Endah Kurniawati
Paradharma (Jurnal Aplikasi IPTEK) Vol. 1 No. 2 (2017): Jurnal Paradharma
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Dhyana Pura – Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.712 KB) | DOI: 10.36002/jpd.v1i2.321

Abstract

ABSTRAKSalah satu keunggulan dari gula aren jika dibandingkan dengan gula kelapa adalah aromanyayang khas gurih dan cita rasa manis yang sangat sesuai untuk campuran bahan makanan danminuman seperti kue bandrek, kopi serta untuk penderita diabetes gula aren sangat baik untuk dikonsumsi sebagai pengganti gula pasir. Di Desa Karyasari Tabanan terdapat kelompok taniyang mengolah nira menjadi gula aren, yaitu Kelompok Tani Mutiara Merah. Mitra masihterkendala dalam teknik dan inovasi proses produksi gula aren karena masih produksi 100%secara konvensional, belum memiliki merek dagang dan kemasan, belum memiliki manajemenusaha yang sistematis dan professional. Pelaksanaan program PKM Gula Aren “ MutiaraMerah” di Desa Karyasari Kabupaten Tabanan telah berjalan sesuai rencana dan tujuan awal,yaitu memberikan pelatihan atau pendampingan atau sesuai solusi yang telah ditawarkanmengenai gula semut atau dalam bentuk serbuk, pelatihan pengemasan produk serta membuatdesign label untuk produk gula aren. Kegiatan ini mendapat respon positif dari mitra sertasangat disambut dan didukung penuh oleh Perbekel Desa Karyasari Kabupaten Tabanan.Kata kunci :Gula semut, Mutiara Merah, Desa Karyasari Tabanan  ABSTRACTOne of the advantages of palm sugar when compared with coconut sugar is a distinctive aromaof savory and sweet taste that is very suitable for a mixture of food and beverages such asbandrek cake, coffee and diabetes for diabetics is very good for consumption because substitutesugar. In the village of Karyasari Tabanan there is a group of farmers who process palm sugarinto palm sugar, namely Mutiara Merah Farmer Group. Partners are still constrained in thetechniques and innovations of the process of producing palm sugar because it is still 100%conventional production, has no trademark and packaging, has not had a systematic andprofessional business management. Implementation of PKM program of Palm Sugar Aren"Mutiara Merah" in Karyasari Village Tabanan Regency has been run according to the planand the initial goal is to provide training or mentoring or as per solution that has been offeredabout sugar ant or in powder form, product packaging training and make design label for sugarproduct aren. This activity received positive response from the partners and was very welcomedand fully supported by Perbekel Desa Karyasari Tabanan Regency.Key words: sugar ant, mutiara merah, Karyasari Village Tabanan
Penerapan Nilai Budaya dan Teknologi dalam Pengembangan Usaha Mi Nyonyor di Desa Abianbase, Badung, Bali Dermawan Waruwu; I Putu Darmawijaya
Paradharma (Jurnal Aplikasi IPTEK) Vol. 2 No. 2 (2018): Paradharma (Jurnal Aplikasi IPTEK)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Dhyana Pura – Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (731.598 KB) | DOI: 10.36002/jpd.v2i2.657

Abstract

ABSTRAKMi nyonyor di Desa Abianbase - Bali, awalnya kurang disukai oleh masyarakat, sehingga penjualannya relatif kecil sekitar Rp300.000/hari. Setelah tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dari Universitas Dhyana Pura memberikan pelatihan dan pendampingan, maka penjualan mi nyonyor meningkat. Ada 5 (lima) aspek yang dilakukan oleh tim PKM untuk menyelesaikan masalah mitra: (1) Pelatihan dan pendampingan tentang penyajian mi nyonyor agar sesuai budaya, agama, dan nilai etika; (2) Pelatihan dan pendampingan tentang manfaat penggunaan alat teknologi seperti mesin penggilingan daging ayam dan penghalusan cabai agar proses pembuatan mi nyonyor lebih cepat; (3) Pelatihan dan pendampingan tentang pemasaran mi nyonyor menggunakan internet (media sosial), sehingga masyarakat bisa memesan mi nyonyor secara online; (4) Pemberian bantuan mesin penghalusan daging dan sarung tangan plastik agar penyajian mi nyonyor tetap higienis; dan (5) Pelatihan dan pendampingan tentang manfaat penggunaan mesin kasir serta laptop/komputer agar laporan keuangan transparan dan akuntabel. Dampak pelatihan dan pendampingan ini mi nyonyor semakin disukai oleh masyarakat serta berpotensi meningkatkan pendapatan mitra. Penjualan mi nyonyor meningkat sekitar Rp510.000 sampai Rp540.000/hari atau Rp186.150.00 sampai Rp197.100.000/tahun (70% sampai 80%) dari penjualan sebelumnya. Dengan demikian, peningkatan pendapatan melalui usaha mi nyonyor ini memberikan inspirasi kepada generasi muda untuk berwirausaha, sehingga meningkatkan ekonomi dan pendapatan masyarakat.Kata kunci: Mi nyonyor, manajemen, pemasaran, teknologi, budaya.ABSTRCTNyonyor Noodle Shop in Abianbase Village - Bali, was initially less favored by consumers, so the sales were relatively low around Rp. 300,000/day. After the Community Partnership Program (PKM) team from Dhyana Pura University provided training and mentoring, the sales of nyonyor noodles increased. There are 5 (five) aspects carried out by the PKM team to resolve partner problems: (1) training and mentoring on the presentation of noodles according to culture, religion and ethical values; (2) training and mentoring on the benefits of using technology tools such as chicken meat milling machines and chili refining to make the noodle making process faster; (3) training and mentoring on Nyonyor Noodle Shop marketing using the internet (social media), so that people can order noodles online; (4) providing help with meat smoothing machines and plastic gloves for hygienic presentation; and (5) training and mentoring on the benefits of using cashiers and laptops/computers so that financial statements are transparent and accountable. The impact of this training and mentoring on nyonyor noodles is increasingly favored by the community and has the potential to increase partner income. Nyonyor Noodle sales increased by around Rp.510,000 to Rp.540,000/day or Rp186,150.00 to Rp197,100,000/year (70% to 80%) from earlier sales. Thus, increasing revenue through the nyonyor noodle business provides inspiration to the younger generation for entrepreneurship, thereby increasing the economy and income of the community.Keywords: Nyonyor noodles, management, marketing, technology, culture