Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Pengaruh Usia Stabilisasi pada Tanah Gambut Berserat yang Distabilisasi dengan Campuran CaCO3 dan Pozolan Mochtar, Noor Endah; Yulianto, Faisal Estu; S, Trihanyndio Rendy
Jurnal Teknik Sipil Vol 21, No 1 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.51 KB)

Abstract

Abstrak. Tanah gambut dikenal sebagai tanah yang sangat lunak dengan kandungan organik tinggi (≥75% ). Tanah gambut memiliki perilaku yang kurang menguntungkan, yaitu daya dukung yang rendah dan pemampatan yang besar. Metode perbaikan tanah, seperti: preloading dengan beban tambahan, kolom pasir, dan galar kayu telah dilakukan untuk meningkatkan perilakunya. Hanya saja, metode tersebut tidak ramah lingkungan karena menggunakan banyak tanah dan kayu. Karena itu, metode stabilisasi menggunakan kapur telah dikembangkan untuk meningkatkan perilaku gambut. Makalah ini menyajikan efektivitas penggunaan abu sekam padi (RHA) dan Fly Ash (FA) sebagai pozolon untuk dicampurkan dengan CaCO3 sebagai bahan stabilisasi dan pengaruh Usia stabilisasi terhadap perilaku tanah gambut yang distabilisasi. Dalam studi ini, digunakan 10 % Admixture-1 (30% CaCO3 +70% RHA) dan 10% Admixture-2 (30% CaCO3 +70 % FA). Pada usia stabilisasi 20-45 hari, perilaku tanah gambut yang distabilisasi meningkat secara signifikan. Pada usia peram diatas 45 hari perilaku gambut yang distabilisasi menurun karena adanya perubahan jelly CaSiO3 menjadi kristal dan terjadinya dekomposisi serat gambut. Meskipun dua jenis admixture tersebut memberikan hasil yang baik dalam meningkatkan perilaku gambut berserat, tetapi Admixture-2 menunjukkan hasil yang lebih menjanjikan karena ukuran butirannya yang lebih halus dan kemudahannya dalam pelaksanaan pencampuran.Abstract. Peat soil is known as a very soft soil with high organic content (≥ 75%). It has unfavorable behaviour, that is, low bearing capacity and very high compressibility. Soil improvement methods, such as: preloading with surcharge, sand column, and corduroy have been adopted to improve its behaviour. Those methods, however, are not environmentally friendly because they use a lot of irreversible materials. Because of that, stabilization method using lime had been developed to improve peat behaviour. This paper presents the effectiveness of using rice husk ash (RHA) and Fly Ash (FA) as pozolon to enhance the CaCO3 for stabilization material and the effect of curing period to the behavior of stabilized peat soil. In this study, 10% of Admixture-1 (30% CaCO3+70% RHA) and 10% of Admixture-2(30% CaCO3+70% FA) were used. During 20-45 days curing period, very significant improvement of the stabilized peat soil behaviour occured. After that, however, slightly decreament of the stabilized peat behaviour happened caused by the change of CaSiO3gel to be crystal and by the fibers peat decomposition. Although both types of admixtures gave good results in improving the stabilized fibrous peat behaviour, however, Admixture-2 gives more promising results due to its finergrain size and easier in mixing.
Penerapan Soil-Water Characteristic Curve (SWCC) Pada Pemodelan Tanggul Menggunakan Material Lumpur Sidoarjo Yang Distabilisasi Dengan Kapur Cupasindy, Dyah Ayu Rahmawati; Soemitro, Ria Asih Aryani; Indarto, Indarto; Satrya, Trihanyndio Rendy
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.894 KB) | DOI: 10.12962/j2579-891X.v18i2.7398

Abstract

This research is a modeling geotechnical auxiliary programs with secondary data processing from previous research. The purpose of this modeling is to analyze the stability of the embankment due to the application of the matric suction value on the Soil-Water Characteristic Curve (SWCC) to see the effect of changes in water content in the lime stabilized LuSi material which can be used as embankment embankment material. The matric suction value used with a value of 1-480 kPa greatly affects the stability of the embankment and the relation to the value of the safety value. The effect of groundwater level elevation gives the value of the safety factor of the embankment in a safe condition with a range of 1.3-2.6 at the variation in height (6-10 m) and embankment slope (1: 1, 1: 1.5 and 1: 2). The effect of the height of the LuSi sediment provides a value of the safety factor of the embankment in a safe condition with a range of 1.25 - 2.12 on a 1: 2 slope at height (1-7 m). The rate of immediate settlement on the embankment ranges from 14 - 40 cm every 200 days for variations in height (6-10 m) and embankment slope (1: 1, 1: 1.5 and 1: 2).
Analisis Hasil Perencanaan pada Pemodelan Stabilitas Timbunan dengan Program Bantu XSTABL, GEO5, GeoStudio-SLOPE/W, dan PLAXIS Manurung, Widya Indriyani; Mochtar, Indrasurya B.; Satrya, Trihanyndio Rendy
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 19, No 3 (2021)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2247.683 KB) | DOI: 10.12962/j2579-891X.v19i3.9506

Abstract

Stabilitas timbunan pada umumnya dapat dihitung dengan menggunakan metode keseimbangan batas berupa program bantu XSTABL, GEO5, GeoStudio-SLOPE/W dan metode elemen hingga berupa program bantu PLAXIS. Output utama dari program bantu tersebut adalah angka keamanan (SF), momen penahan, dan letak bidang longsor. Namun, masalah yang selalu timbul adalah adanya output yang berbeda untuk data input yang sama pada keempat program bantu tersebut. Dalam hal ini, para perencana masih belum mengetahui program bantu mana yang tepat untuk digunakan dalam menganalisis kondisi lapangan untuk perencanaan. Dari hasil penelitian ini, didapatkan dari analisis stabilitas timbunan untuk semua variasi ketinggian yang diletakkan di atas tanah dasar dengan ketebalan tanah lunak yang bervariasi yang belum mengalami pemampatan (tanpa dipasang PVD) yang dilakukan dengan XSTABL, GEO5, dan GeoStudio-SLOPE/W memberikan hasil SF yang sama; tetapi PLAXIS berbeda. Sedang kondisi yang telah mengalami pemampatan (dengan dipasang PVD) yang dilakukan dengan XSTABL, GEO5 adalah sama; tetapi GeoStudio-SLOPE/W dan PLAXIS berbeda.
Analisis Penilaian Stabilitas Timbunan dan Perkuatan Tanah pada Open Dumping TPA Ngipik Gresik Ria Asih Aryani Sumitro; Trihanyndio Rendy S; Aqil Rausanfikr M
Portal: Jurnal Teknik Sipil Vol 12, No 2 (2020)
Publisher : Politeknik Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30811/portal.v12i2.2025

Abstract

Abstrak — Aspek tinjauan dalam penilaian stabilitas TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Ngipik adalah analisa kondisi stabilitas timbunan sampah eksisting, analisa stabilitas timbunan sampah dengan tinggi maksimum (tanpa perkuatan) yang akan terjadi pada area baru TPA dan analisa alternatif perkuatannya. Adapun alternatif perkuatannya adalah pemasangan minipile, geotextile, dan stone column terhadap tinggi timbunan sampah 30 m dengan merujuk peraturan SNI 8460:2017. Area eksisting TPA Ngipik pada tahun 2020 mendapati kelebihan volume daya tampung dengan tinggi timbunan eksisting 14,11 m dan nilai faktor keamanan 1,230. Pada area baru TPA Ngipik tinggi kritis timbunan maksimum yang dapat dicapai adalah 9,22 m dengan nilai pemampatan akibat timbunan bertahap selama 128 minggu sebesar 2,254 m. Dalam hasil analisis didapatkan perkuatan tanah terhadap tinggi timbunan sampah 30 m dapat menggunakan minipile menggunakan minipile 74 buah dengan jarak 0,303 m, atau  geotextile 24 lapis dengan total Panjang 595,92 m/m’, atau stone column diameter 0,8 m dengan jarak 1,71.Kata Kunci : Geotextile, Minipile, Open Dumping, Stone Column, TPA Ngipik.Abstrak — Performed stability assessments of TPA (End Disposal Area) Ngipik in this study are the existing landfill, the maximum landfill height (without reinforcement) at new area and the reinforcement alternatives. The alternatives are installation of minipile, geotextile and stone column with 30 m of landfill height in accordance with Indonesian National Code (SNI 8460:2017). The result of this research is that the existing area of TPA Ngipik in 2020 suffers from excessive height as much as 14.1 m and the safety factor is 1.230. In the new area of TPA Ngipik, the maximum landfill height (without reinforcement) is 9.2 m with the total settlement due to landfill stages is 2.25 m (in 128 weeks). Reinforcement alternatives are using 74 Minipiles with spacing 0.3 m, or using geotextile in 24 layers with a total length of 596 m/m', or using stone column with diameter of 0.8 m and spacing 1.7 m.Kata Kunci : Geotextile, Minipile,  Open Dumping,  Stone Column,  TPA Ngipik.
Studi Pengaruh Pembebanan Statis dan Dinamis Terhadap Pondasi Dangkal dengan Perkuatan Tiang Buis dari Komposisi Optimal Beton yang Menggunakan Material Limbah di Kabupaten Bangkalan (Pemodelan di Laboratorium) Wahyu Ady Sulistyo; Ridha Annisa Imaniar; Ignasius Rahmat Santoso; Trihanyndio Rendy Satrya; Ria Asih Aryani Soemitro
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.715 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.2107

Abstract

Pondasi pendukung suatu bangunan atau penyangga konstruksi yang paling dasar adalah tanah. Jenis tanah yang kita pakai adalah tanah andosol yang ada di kabupaten Bangkalan. Tanah andosol merupakan  tanah lempung yang berasal dari sisa abu vulkanik dari letusan gunung berapi yang  memiliki nilai kembang susut yang cukup tinggi, sehingga tanah tidak stabil dan mudah menimbulkan penurunan/settlement. Salah satu desain pondasi untuk struktur tahan gempa pada rumah sederhana adalah menggunakan buis beton sebagai perkuatan pada pondasi dangkal. Dengan inovasi baru pada konstruksi buis beton yaitu menggunakan material tambahan yaitu fly ash, copper slag, dan batu putih. Limbah batu putih yang digunakan dalam penelitian ini terdapat di Kabupaten Bangkalan. Penelitian dilaksanakan di laboratorium menggunakan tanah yang dikondisikan seperti tanah di Bangkalan dengan nilai LL 78,32%. Berupa campuran pasir 56,16% bentonite 43,84%. Pondasi menggunakan komposisi campuran 1:2:3 dengan perbandingan 50%:50% untuk tiap bahan utama dan limbah, yang memiliki nilai kuat tekan besar. Kemudian pondasi diberi beban statis vertikal 10 kg - 40 kg, untuk kombinasi beban statis dan dinamis digunakan boks getar. Pemodelan pondasi yang digunakan adalah segitiga dan persegi dengan dan tanpa buis beton, diameter buis 0,3m, jarak pemasangan tiang buis beton S = 3D dan kedalaman 1m dengan skala 1:10. Penelitian di laboratorium  mendapatkan hasil, pondasi dengan luas telapak pondasi terkecil memiliki penurunan terbesar dibandingkan dengan luas telapak besar. Pondasi tanpa perkuatan memiliki penurunan terbesar daripada pondasi dengan perkuatan dan penurunan pondasi pada percepatan gempa 0,2g lebih besar dari pada 0,15g. Semakin besar volume berat tanah (γt), geser tanah (C), derajat kejenuhan (Sr), dan Porositas (n) penurunan besar, sedangkan semakin kecil angka pori (e) penurunan semakin besar.
Studi Pengaruh Pembebanan Statis dan Dinamis Terhadap Pondasi Dangkal dengan Perkuatan Tiang Buis dari Komposisi Optimal Beton yang Menggunakan Material Limbah di Kabupaten Gresik (Pemodelan di Laboratorium) Jaka Propika; Ifnul Manaf; Agustina Dwi Atmaji; Trihanyndio Rendy Satrya; Ria Asih Aryani Soemitro
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.041 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.2109

Abstract

Tanah merupakan bagian penting dalam suatu konstruksi yang mempunyai fungsi menyangga konstruksi di atasnya. Salah satunya adalah tanah alluvial yang ada di Kabupaten Gresik. Tanah alluvial merupakan tanah lempung yang memiliki nilai kembang susut yang cukup tinggi, sehingga belum tentu tanah tersebut baik digunakan untuk pendukung kekuatan struktur. Tidak mengherankan apabila sering terjadi naik turunnya tanah pada pondasi bangunan rumah sederhana tiga lantai yang diakibatkan penurunan tanah. Dalam perkembangan konstruksi saat ini, kebutuhan material konstruksi semakin meningkat sehingga menghasilkan inovasi-inovasi baru teknologi konstruksi. Adanya berbagai material baru yang diambil dari limbah-limbah industri yang bisa digunakan sebagai pengganti beberapa material yang lain. Beberapa limbah industri yang masih bisa dimanfaatkan adalah flyash, batu putih, dan copper slag, yang ada di Kabupaten Gresik. Penelitian ini akan dilaksanakan di laboratorium dengan menggunakan tanah yang dikondisikan seperti tanah di daerah Gresik, yaitu tanah yang dibuat dari campuran pasir 66,34% bentonit 33,66% dengan nilai LL 62,43%. Pemodelan pondasi yaitu model segitiga dan persegi (L/B = 2) dengan/tanpa perkuatan tiang buis beton dengan beban arah vertikal sebesar 10 kg, 20kg, 30kg, 40kg. Pondasi dengan komposisi campuran 50%:50% memiliki penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan komposisi campuran 80% flyash:20% semen. Luas telapak pondasi yang lebih kecil (persegi L/B= 2) memiliki penurunan lebih besar dibandingkan dengan luas telapak besar (segitiga). Pondasi tanpa perkuatan memiliki penurunan terbesar dari pada pondasi dengan perkuatan dan penurunan pondasi pada percepatan gempa 0,2g lebih besar dari pada 0,15g dan semakin besar volume berat tanah (γt), geser tanah (C), derajat kejenuhan (Sr), dan porositas (n) penurunan besar sedangkan semakin kecil angka pori (e) penurunan besar.
Perencaan Sel Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Controlled Landfill Pada TPA Lubuk Binjai - Lubuklinggau Rendy Cahya Putra Pamungkas; Noor Endah; Trihanyndio Rendy Satrya
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.68166

Abstract

Kota Lubuklinggau merupakan salah satu daerah administratif tingkat II di daerah administratif tingkat I/Provinsi Sumatera Selatan. Kepadatan penduduk di kota Lubuklinggau adalah sekitar 578 jiwa/km² dengan peningkatan penduduknya yaitu rata rata 3000 jiwa tiap tahunnya memberikan pengaruh terhadap berbagai sektor, salah satunya adalah infrastruktur persampahan. TPA Petanang yang merupakan tempat penampungan sampah di wilayah Kota Lubuklinggau telah mencapai kapasitas maksimumnya. Dari permasalahan tersebut, maka diperlukan perencanaan TPA baru yaitu TPA Lubuk Binjai dengan pembangunan pada sel C dan D. Dalam tugas akhir ini dilakukan beberapa perencanaan diantaranya perencanaan tanggul dari timbunan tanah yang dipadatkan meliputi dimensi tanggul dengan perkuatan menggunakan geotextile, dan analisa stabilitas timbunan sampah dengan perkuatan cerucuk. Kondisi eksisting pada masing – masing sel harus sesuai persyaratan dalam penentuan lokasi sel TPA menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 3 Tahun 2013. Hasil analisa tanggul untuk sel D memiliki variasi ketinggian menyesuaikan elevasi dasar sampah dengan tinggi terendah 3 m hingga tertingginya 6.7m. Untuk perencanaan sel C tanggul dibuat setinggi 6m. Timbunan sampah sel C dan D direncanakan setinggi 15m dan terbagi menjadi 3 lift. Perencanaan sel D memiliki variasi ketinggian lift sampah, sedangkan untuk sel C memiliki tinggi lift sampah yang seragam yaitu sebesar 5m. Perkuatan geotextile dan cerucuk setiap sel mengikuti kebutuhan masing masing tanggul dan timbunan sampah sesuai analisa yang didapatkan.
ASSESSMENT TO THE PILE BEARING CAPACITY OF INJECTION PILE BASED ON PILE DRIVING ANALYZER AND RE-INJECTION TEST RESULTS (CASE: EASTKAL PENAJAM PROJECT) Trihanyndio Rendy Satrya; Musta'in Arif
Journal of Civil Engineering Vol 34, No 2 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j20861206.v34i2.6702

Abstract

Injection piling method was used as the main pile driving method at the three warehouses in the Eastkal Penajam project, Kalimantan, Indonesia. The sub-soil compositions are dominated by clay and sandy soil with very soft to medium consistencies. By using injection pile equipment, it is possible to measure the pile bearing capacity from the loading gauge. Since the soil is dominated by clay, the friction capacity overtime will be improved. For that purpose, the piles were re-injected again after 3, 10, 11, and 25 days. To establish the forecasting expression of pile bearing capacity enhancement for other piles, non-linear regression analysis was performed. To verify the result, pile driving analyzer (PDA) test for selected piles was carried out. The results from PDA test were further analyzed by using both direct fields reading in the PDA data logger and the Case Pile Wave Analysis Program (CAPWAP). A linear regression analysis was carried out to complete the blank data due to the field measurement limitation. In addition to the obtained field data, theoretical analysis of pile bearing capacity with Luciano Decourt method is carried out. From the comparisons of all data, it can be concluded that re-injection pile method provides the highest safety factor followed by PDA test, CAPWAP analysis, and theoretical design calculation with Luciano Decourt method.
Pengaruh Usia Stabilisasi pada Tanah Gambut Berserat yang Distabilisasi dengan Campuran CaCO3 dan Pozolan Noor Endah Mochtar; Faisal Estu Yulianto; Trihanyndio Rendy S
Jurnal Teknik Sipil Vol 21 No 1 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2014.21.1.6

Abstract

Abstrak. Tanah gambut dikenal sebagai tanah yang sangat lunak dengan kandungan organik tinggi (≥75% ). Tanah gambut memiliki perilaku yang kurang menguntungkan, yaitu daya dukung yang rendah dan pemampatan yang besar. Metode perbaikan tanah, seperti: preloading dengan beban tambahan, kolom pasir, dan galar kayu telah dilakukan untuk meningkatkan perilakunya. Hanya saja, metode tersebut tidak ramah lingkungan karena menggunakan banyak tanah dan kayu. Karena itu, metode stabilisasi menggunakan kapur telah dikembangkan untuk meningkatkan perilaku gambut. Makalah ini menyajikan efektivitas penggunaan abu sekam padi (RHA) dan Fly Ash (FA) sebagai pozolon untuk dicampurkan dengan CaCO3 sebagai bahan stabilisasi dan pengaruh Usia stabilisasi terhadap perilaku tanah gambut yang distabilisasi. Dalam studi ini, digunakan 10 % Admixture-1 (30% CaCO3 +70% RHA) dan 10% Admixture-2 (30% CaCO3 +70 % FA). Pada usia stabilisasi 20-45 hari, perilaku tanah gambut yang distabilisasi meningkat secara signifikan. Pada usia peram diatas 45 hari perilaku gambut yang distabilisasi menurun karena adanya perubahan jelly CaSiO3 menjadi kristal dan terjadinya dekomposisi serat gambut. Meskipun dua jenis admixture tersebut memberikan hasil yang baik dalam meningkatkan perilaku gambut berserat, tetapi Admixture-2 menunjukkan hasil yang lebih menjanjikan karena ukuran butirannya yang lebih halus dan kemudahannya dalam pelaksanaan pencampuran.Abstract. Peat soil is known as a very soft soil with high organic content (≥ 75%). It has unfavorable behaviour, that is, low bearing capacity and very high compressibility. Soil improvement methods, such as: preloading with surcharge, sand column, and corduroy have been adopted to improve its behaviour. Those methods, however, are not environmentally friendly because they use a lot of irreversible materials. Because of that, stabilization method using lime had been developed to improve peat behaviour. This paper presents the effectiveness of using rice husk ash (RHA) and Fly Ash (FA) as pozolon to enhance the CaCO3 for stabilization material and the effect of curing period to the behavior of stabilized peat soil. In this study, 10% of Admixture-1 (30% CaCO3+70% RHA) and 10% of Admixture-2(30% CaCO3+70% FA) were used. During 20-45 days curing period, very significant improvement of the stabilized peat soil behaviour occured. After that, however, slightly decreament of the stabilized peat behaviour happened caused by the change of CaSiO3gel to be crystal and by the fibers peat decomposition. Although both types of admixtures gave good results in improving the stabilized fibrous peat behaviour, however, Admixture-2 gives more promising results due to its finergrain size and easier in mixing.
Pemecahan Masalah Stabilitas Abutment dan Oprit Jembatan di Atas Tanah Lunak Menggunakan Relieving Platform Nabilla Zahera; Indrasurya B. Mochtar; Trihanyndio Rendy Satrya
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 19, No 3 (2021)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1398.054 KB) | DOI: 10.12962/j2579-891X.v19i3.9510

Abstract

Permasalahan yang sering terjadi pada perencanaan jembatan yang dibangun pada tanah lunak adalah pergerakan yang berlebihan secara horizontal pada abutment. Menyiasati kondisi tersebut, perencana mengganti konstruksi menjadi slab on piles. Hanya saja penambahan konstruksi tersebut akan menambah biaya sehingga kurang efektif dan me­merlukan metode alternatif. Metode alternatif yang efektif adalah menggunakan relieving platform dan tiang-cerucuk yang dipasang di belakang abutment. Oprit jembatan dianalisis pada pada tanah lunak berlapis dengan konsistensi very soft, soft, dan medium. Hasil pe­nelitian pada ketinggian (4m s/d 12m), oprit mengalami kemungkinan kelongsoran (SF ≤ 1). Pada analisis perhitungan, tiang diberi variasi diameter; 30cm, 50cm, dan 60 cm; tipe kelas C; jarak antar tiang 2,5D dan 3D untuk mengetahui sistem yang paling efektif. Hasil pe­nelitian menunjukkan konstruksi yang paling efektif pada ketinggian (4m s/d 12m) adalah pada jarak 2,5D; diameter 30 cm. Walaupun menghasilkan jumlah tiang yang lebih banyak tetapi menghasilkan tambahan biaya yang jauh lebih murah.