Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KAJIAN STATUS KETERSEDIAAN PANGAN DAN AIR WILAYAH PESISIR KABUPATEN BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT Asih Oktapianti; Aji Ali Akbar; Muhammad Pramulya; Ibrahim Ibrahim
GEOGRAPHY : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol 11, No 1 (2023): APRIL
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/geography.v11i1.11839

Abstract

Abstrak: Sejak periode 2013-2015 produksi komoditas pertanian di pesisir Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Bengkayang mengalami penurunan akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan sawit dan permukiman. Terdapat dua kondisi alam yang membedakan wilayah Kabupaten Bengkayang, yaitu pesisir dan daratan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis status daya dukung pertanian dan air di pesisir Kabupaten Bengkayang dengan membandingkan ketersediaan dan permintan akan lahan pertanian juga air berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup (Permen LH) Nomor 17 Tahun 2009. Hasil penelitian memperlihatkan ketersediaan lahan di Kecamatan Sungai Raya dan Sungai Raya Kepulauan lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan lahan, berarti SL (ketersediaan lahan) < DL (kebutuhan lahan. Sehingga status daya dukung pertanian di kedua kecamatan mengalami defisit. Sedangkan Ketersediaan air di Kecamatan Sungai Raya dan Sungai Raya Kepulauan lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan air. SA (kebutuhan air) > DA (ketersediaan air). Dengan demikian status daya dukung air di kedua kecamatan ini mengalami surplus. Untuk mengatasi penurunan daya dukung pertanian dapat dilakukan dengan intensifikasi lahan dan konservasi lahan. Untuk menjaga ketersedian air tetap surplus maka fungsi tutupan lahan tetap harus terjaga. Upaya yang dapat dulakukan saat musim kemarau dengan menampung air pada musim hujan.Abstract: Since the 2013-2015 period, the production of agricultural commodities on the coast of West Kalimantan, especially in Bengkayang Regency, has decreased due to the conversion of agricultural land to oil palm plantations and settlements. Two natural conditions distinguish the area of Bengkayang Regency, namely the coast and the mainland. The purpose of this study was to analyze the status of the carrying capacity of agriculture and water in the coastal area of Bengkayang Regency by comparing the availability and demand for agricultural land and water based on the Regulation of the State Minister for Environment Number 17 of 2009. The results showed that the availability of land in Sungai District Raya and Sungai Raya Islands is smaller than the need for land, meaning that SL (availability of land) < DL (need for land so that the status of the carrying capacity of agriculture in the two sub-districts is experiencing a deficit. Meanwhile, the availability of water in the sub-districts of Sungai Raya and Sungai Raya Islands is greater than the water demand SA (water demand) > DA (water availability). Thus the status of water carrying capacity in these two sub-districts is in surplus. Land intensification and land conservation can be done to overcome the decrease in agricultural carrying capacity. To maintain the water supply remains a surplus, the land cover function n still has to be awake. Efforts can be made during the dry season by storing water during the rainy season.
STRATEGI PENANGGULANGAN EROSI DI AREAL PENAMBANGAN ANDESIT DESA PENIRAMAN SUNGAI PINYUH KABUPATEN MEMPAWAH Effriyardi Prianata; Rossie Wiedya Nusantara; Aji Ali Akbar
GEOGRAPHY : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol 11, No 2 (2023): SEPTEMBER
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/geography.v11i2.16884

Abstract

Abstrak: Potensi kekayaan hasil tambang berupa emas, timbel, besi, mangan, seng, bauksit maupun batuan tersebar di Provinsi Kalimantan Barat. Tambang batuan dan bukan logam menjadi wewenang pengelolaan sumber daya alam yang dikendalikan oleh Pemerintah daerah. Aktivitas pertambangan batu andesit di Kecamatan Sungai Pinyuh menyebabkan perubahan lingkungan yaitu terjadinya degradasi daya dukung lingkungan. Salah satu degradasi daya dukung lingkungan yang terjadi yaitu erosi. Dampak terjadinya erosi menyebabkan hilangnya bahan organik tanah, hilangnya vegetasi penutup lahan dan tebing – tebing bukit yang rawan longsor, sehingga diperlukan upaya perbaikan dan pencegahan dampak lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi penanggulangan erosi pada areal pertambangan. Adapun hasil analisis kerawanan erosi berdasarkan metode USLE diperoleh nilai erosi terberat sebesar 5.439,35 ton/ha/tahun (TPB-T-A3) hal ini disebabkan oleh tingginya nilai faktor Erodibilitas Tanah (K), kemiringan lereng (LS), serta faktor pengelolaan dan Konservasi Tanah (CP). Sedangkan nilai erosi teringan sebesar 0,25 ton/ha/tahun (TPTB-R-A1). Strategi penanggulangan erosi pada areal pertambangan yang disarankan berdasarkan metode SWOT yaitu berada pada kuadran II berupa strategi diversifikasi atau melakukan penambahan yang disesuaikan berdasarkan kondisi di lapangan yaitu membuat kajian Geoteknik, membuat sistem penyaliran air tambang, membuat jenjang tambang serta merencanakan reklamasi dan pascatambang untuk menanggulangi dampak erosi yang terjadi akibat penambangan andesit.Abstract:  The potential wealth of mining products in the form of gold, lead, iron, manganese, zinc, bauxite, and rocks is scattered in West Kalimantan Province. Rock and non-metal mining is the authority to manage natural resources which is controlled by the regional government. Andesite stone mining activities in Sungai Pinyuh District cause environmental changes, namely the degradation of the environment's carrying capacity. One of the environmental carrying capacity degradation that occurs is erosion. The impact of erosion causes loss of soil organic matter, loss of land cover vegetation, and hillsides that are prone to landslides, so efforts to improve and prevent environmental impacts are needed. This study aims to analyze erosion control strategies in mining areas. The results of the erosion susceptibility analysis based on the USLE method showed that the heaviest erosion value was 5,439.35 ton/ha/year (TPB-T-A3). This was caused by the high value of the Soil Erodibility factor (K), slope slope (LS), as well as management factors and Soil Conservation (CP). On the other hand, the lightest erosion value is 0.25 ton/ha/year (TPTB-R-A1). The recommended strategy for controlling erosion in mining areas based on the SWOT method is in quadrant II in the form of a diversification strategy or making additions that are adjusted based on conditions in the field, namely making a geotechnical study, making a mine water distribution system, making mine levels and planning reclamation and post-mining to overcome the impact. erosion caused by andesite mining.
PENGHIJAUAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM DI SMP NEGERI 29 PONTIANAK UTARA Aji Ali Akbar; Atiqa Nur Latifa Hanum; Aliyah Nur’aini Hanum; Ery Hermawati; Ibrahim Ibrahim; Susilarasati Susilarasati
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 7, No 3 (2023): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v7i3.19770

Abstract

ABSTRAKSeiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, ketersediaan ruang semakin padat yang mengakibatkan menyusutnya ketersediaan RTH dan kawasan resapan air. Kota Pontianak memiliki permasalahan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan berpotensi terjadi banjir pada musim hujan. Edukasi terkait pentingnya menjaga lingkungan dan peduli terutama di lingkungan sekolah merupakan salah satu kegiatan penting yang harus dilaksanakan. PKM ini bertujuan Menangani krisis RTH dalam upayamemberikan pendidikan mitigasti perubahan iklim dalam bentuk kegiatan penghijauan dengan penanaman spesies pohon di lingkungan sekolah, dengan memperhatikan peran dan fungsi pohon bagi lingkungan sekolah. Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura dalam kegiatan PKM ini melaksanakan kegiatan penghijauan di SMPN 29 Pontianak. Metode PKM ini dengan cara partisipatif bagi insan pendidik dan anak didik khususnya di SMPN 29 Pontianak. Program ini dilaksanakan dikarenakan lokasi tersebut dekat batas kota yang masih memerlukan penghijauan serta berada pada kawasan gambut. Kepedulian warga SMPN 29 Pontianak harus terus ditingkatkan dan dikembangkan terhadap menjaga lingkungan sekitar terutama di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, lewat kegiatan ini diharapkan  dapatKegiatan PKM ini memberikan luaran berupa pengetahuan dan pendidikan prilaku bagi anak usia sekolah untuk menumbuhkan rasa peduli para tenaga pendidik dengan menyelenggarakan aksi penghijauan sekaligus memberikan sosialisasi terikat terhadap bahaya dampak perubahan iklim. Tenaga pendidik dan warga anak didik SMPN 29 Pontianak serta partisipasi dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak dan forum Komunitas Hijau Pontianak menunjukan adanya tanggung jawab atau tindakan langsung dalam menjaga lingkungan sekiar dan upaya mencegah terjadinya perubahan iklimpenghijauan. Kata kunci: penghijauan; upaya mitigasi; lingkungan hidup; sekolah ABSTRACTAlong with population growth, the availability of space is getting denser, which results in shrinking the availability of green spaces and water catchment areas. Pontianak City needs help in the dry season with drought and potential flooding in the rainy season. Education related to the importance of protecting the environment and caring, especially in the school environment, is one of the essential activities that have been carried out. This PKM aims to address the RTH crisis by providing climate change mitigation education through greening activities by planting tree species in the school environment considering the role and function of trees for the school environment. The Faculty of Engineering of Tanjungpura University, in this PKM activity, carried out greening activities at SMPN 29 Pontianak. The PKM method is participatory for educators and students, especially at SMPN 29 Pontianak. This program has been implemented because the location is near the city boundary, which still needs greening, and is in a peat area. The awareness of SMPN 29 Pontianak residents must continue to be improved and developed towards protecting the surrounding environment, especially in the school environment. Therefore, through this activity, it is hoped that this PKM activity will provide outputs in the form of knowledge and behavioral education for school-age children to foster a sense of caring for educators by organizing greening actions as well as providing socialization bound to the prevent of Climate Change impact. Keywords: greening; mitigation efforts; environment; school
PEMETAAN BAHAYA BENCANA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN TERHADAP KESATUAN HIDROLOGIS GAMBUT (KHG) DI KABUPATEN KUBU RAYA Rahmad Agung Wijaya; Aji Ali Akbar; romiyanto Romiyanto
GEOGRAPHY : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol 12, No 1 (2024): APRIL
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/geography.v12i1.20988

Abstract

Abstrak: Kubu Raya termasuk Kabupaten yang sering dilanda bencana kebakaran hutan dan lahan. Hal ini karena kondisi lahannya dominan tanah gambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran bahaya bencana kebakaran hutan dan lahan terhadap Kesatuan Hidrologis Gambut di Kabupaten Kubu Raya. Metode yang digunakan yaitu skoring dan bobot pada setiap parameter. Hasil pengolahan data dari tiap parameter tersebut akan menghasilkan peta bahaya bencana kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kubu Raya. Hasil penelitian bahaya kebakaran hutan dan lahan dikelompokkan menjadi kelas rendah, kelas sedang, dan kelas tinggi. Kelas rendah memiliki luas 48.470,51 Ha atau 5,64% dengan 11 titik panas, pada kelas sedang memiliki luas 449.032,24 Ha atau 52,25% dengan 372 titik panas, dan pada kelas tinggi memiliki luas 361.878,68 Ha atau 42,11% dengan 2.106 titik panas. Terdapat 4 kecamatan dengan kelas tinggi yaitu, Kecamatan Kuala Mandor B, Kecamatan Rasau Jaya, Kecamatan Sungai Ambawang, dan Kecamatan Sungai Raya.Abstract:  Kubu Raya Regency is an area that is often hit by forest and land fires because the land is dominated by peat soil. This research aims to determine the distribution of the danger of forest and land fire disasters on the Peat Hydrological Unit in Kubu Raya Regency. The method used is scoring and weighting for each parameter. The results of data processing for each parameter will produce a disaster hazard map for forest and land fires in Kubu Raya Regency. The research results on the danger of forest and land fires are grouped into low class, medium class and high class. The low class has an area of 48,470.51 Ha or 5.64% with 11 hotspots, the medium class has an area of 449,032.24 Ha or 52.25% with 372 hotspots, and the high class has an area of 361,878.68 Ha or 42, 11% with 2,106 hotspots. There are 4 sub districts with high class, namely, Kuala Mandor B District, Rasau Jaya District, Sungai Ambawang District, and Sungai Raya District.