Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Kualitas Minyak Urut Kombinasi VCO dan Cabai Jawa (Piper retrofractum Vahl.) dengan Variasi Suhu Pemanasan pada Proses Digesti Dewa Ayu Ika Pramitha; Ni Wayan Rias Samidya; Luh Dita Sukriani; Maria Malida Vernandes Sasadara; Agung Ari Chandra Wibawa
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 9 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v9i1.4896

Abstract

The alternative to increasing VCO's functional value is adding spices that contain functional components. In this study, an analysis of the quality of the massage oil preparation of the combination of VCO Piper retrofractum was carried out using heating temperatures of 40°C, 50°C, and 60°C in the digestion process for 8 hours and macerated for 24 hours. The purpose of this study was to determine the best temperature that can be used in the process of making Javanese chili VCO massage oil which has the best quality. The quality parameters determined were water content, acid number, peroxide number, and iodine number. The massage oil is orange and has a distinctive Javanese chili aroma. The results of the analysis of the processed oil produced show that massage oil at 40°C has a water content, acid number, peroxide value, and iodine number of (0.018 ± 0.008) %; (1.185 ± 0.072) mg NaOH/10g; (0.433 ± 0.058) meq/kg; and (7.358 ± 0.032) g iodine/100 g oil. Thus, the best quality is produced by massage oil, which is processed using a temperature of 40°C. It has the lowest water content, acid number, peroxide number, and highest iodine number compared to those obtained at higher heating.
Pengaruh Pemilihan Pelarut dalam Ekstraksi Klorofil pada Rumput Laut Gracilaria sp. dan Caulerpa sp. Segar dan Kering Maria Malida Vernandes Sasadara; Ni Made Dwi Mara Widyani Nayaka; Putu Era Sandhi Kusuma Yuda; Erna Cahyaningsih; Ni Luh Kade Arman Anita Dewi
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 9 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v9i1.5344

Abstract

Seaweed is a photosynthetic organism, thus a good source of pigment-producing. Pharmaceutical, food, and cosmetic industries widely use chlorophyll pigments for their products. Bulung Sangu (Gracilaria sp.) and Bulung Boni (Caulerpa sp.) are widely grown seaweeds in the waters of Bali. Pre-extraction steps such as drying and solvent selection can affect pigment extraction. This study aimed to evaluate the effect of solvent selection in the extraction of chlorophyll in fresh and dried Bulung Sangu (Gracilaria sp.) and Bulung Boni (Caulerpa sp.). The solvents used were ethanol, methanol, and acetone. Estimation of chlorophyll content was carried out using UV-VIS spectrophotometry. Data were analyzed statistically using one-way ANOVA with a 95% confidence level. The results showed that the extraction of Bulung Sangu (Gracilaria sp.) on dry samples using acetone produced a total chlorophyll of 574.1 ± 33.2 g/g. Bulung Boni (Caulerpa sp.) extraction of fresh samples using methanol resulted in the highest total chlorophyll (10235.3 ± 50.3 g/g). In conclusion, drying and solvent selection affect the extraction of chlorophyll from Bulung Sangu (Gracilaria sp.) and Bulung Boni (Caulerpa sp.).
AKTIVITAS GASTROPROTEKTIF KUNYIT (CURCUMA LONGA) SEBAGAI TERAPI ULKUS PEPTIKUM Maria Malida Vernandes Sasadara; Dewi Ani Anjani; I Wayan Mahardika Saputra; Ni Nyoman Zelina Aswindari; Ni Nyoman Ita Trisnadewi; Dewa Ayu Arintini Kusuma
Usadha Vol 1 No 2 (2022): Usadha: Jurnal Integrasi Obat Tradisional
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ulkus peptikum merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang berupa lubang pada mukosa saluran cerna lambung hingga lapisan mukosa serta submukosa yang diikuti proses inflamasi. Penggunaan obat kimia anti-tukak lambung dinilai kurang baik karena memiliki efek kurang baik bagi tubuh. Bahan alami yang dapat digunakan salah satunya yakni kunyit (Curcuma longa). Artikel ini bertujuan untuk mereview efektivitas kunyit (Curcuma longa) dalam memberikan aktivitas perlindungan terhadap gangguan gastrointestinal terutama ulkus peptikum. Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel review ini yaitu studi literatur melalaui beberapa basis data yang kemudian diskrining dengan beberapa kriteria. Hasil review menunjukan bahwa, kunyit memiliki aktivitas gastroprotektif, antiinflamasi dan memiliki sifat melidungi pencernaan. Kurkumin merupakan komponen utama pada kunyit yang diprediksi mendominasi aktivitas perlindungan tersebut. Kunyi dapat memperbaiki fungsi dan lendir lambung, mengurangi asam lambung, dan mencegah pro-inflamasi sitokin IL-1b dan TNF-α. Kunyit juga menunjukan aktivitas antibakteri yang potensial terhadap bakteri Helicobacter pylori yang dibuktikan dalam berbagai penelitian secara in vitro maupun in vivo sehingga efektif dalam memperbaiki kondisi ulkus peptikum. Aktivitas antibakteri tersebut juga diprediksi merupakan aktivitas dari senyawa dominan kunyit yaitu kurkumin. Kurkumin mampu menekan sekresi enzim yang berperan pada proses inflamasi, meningkatkan penyembuhan denudasi daerah epitel gangguan pada mukosa lambung dan infiltrasi sel inflamasi yang diakibatkan oleh infeksi H. pylori. Berdasarkan review tersebut dapat disimpulkan bahwa kunyit berpotensi dan aman digunakan dalam terapi ulkus peptikum.
Potensi Sirih (Piper betel L.) Sebagai Anti-Asma Maria Malida Vernandes Sasadara; Luh Putri Dianti Laksmi; Ni Luh Gede Erica Fridayana; Anak Agung Vivi Noviyanti; Ni Putu Arie Leony Kertita; Ni Kadek Jessica Agustin
Usadha Vol 2 No 1 (2022): Usadha: Jurnal Integrasi Obat Tradisional
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/usadha.v2i1.3510

Abstract

Asma merupakan peradangan saluran napas kronik dengan indikasi adanya mengi, batuk, dan rasa sesak yang timbul berulang .Studi epidemiologi menunjukkan hubungan yang kuat antara asma dan infeksi dengan patogen pernapasan, termasuk virus pernapasan umum seperti rhinovirus, human respiratory syncytial virus, adenovirus, coronavirus dan virus influenza, serta bakteri dan jamur. Salah satu upaya dalam pengobatan asma dapat menggunakan tanaman obat seperti tanaman sirih (Piper betel L.). Sirih menunjukan beberapa aktivitas farmakologis seperti antioksidan, antibakteri dan antihistamin sehingga berpotensi untuk digunakan dalam terapi asma. Tujuan penulisan artikel review ini untuk mempelajari aktivitas tanaman sirih sebagai tanaman obat dalam terapi asma. Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel review ini yaitu studi literatur melalaui beberapa basis data yang kemudian diskrining dengan beberapa kriteria. Hasil review menunjukan bahwa kejadian asma berkaitan erat dengan stress oksidatif yang terbentuk karena tingginya radikal bebas. Kandungan senyawa fenolik seperti chatecol dan allylpyrocatecol pada tanaman sirih berperan sebagai antioksidan yang menghambat timbulnya stress oksidatif. Selain itu tanaman sirih juga menunjukan aktivitas antibakteri terhadap bakteri pneumonia. Ekstrak etanolik dan minyak atsiri daun sirih juga secara signifikan menunjukan aktivitas penghambatan bronkospasme yang diinduksi histamine. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa tanaman sirih dapat digunakan sebagai kandidat alternatif untuk pengembangan obat dalam penatalaksanaan asma.
Pengaruh Pelarut dan Metode Ekstraksi terhadap Kandungan Metabolit Sekunder dan Nilai IC50 Ekstrak Umbi Bit (Beta vulgaris L.) Maria Malida Vernandes Sasadara; I Gede Wiranata
Usadha Vol 2 No 1 (2022): Usadha: Jurnal Integrasi Obat Tradisional
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/usadha.v2i1.5277

Abstract

Beetroot (Beta vulgaris L.) contains phenolic, flavonoid, and tannin, as well as anthocyanin and betacyanin pigments which are strong antioxidant compounds. The extraction process is needed to collect the phytochemical content in plant samples. Several factors affect the extract's phytochemical content, including the extraction method and solvent. This research was conducted to determine the effect of maceration and ultrasonic extraction methods and solvents on the levels of phenol, flavonoids, tannins, anthocyanins, and the IC50 value of beetroot extract. This research is experimental laboratory research. Extraction of beetroot was carried out by maceration (M) and ultrasonic (U) using water solvents (MA & UA), 50% ethanol (ME50 & UE50), and 96% ethanol (ME96 & UE96). Phytochemical quantification was carried out on phenols, flavonoids, tannins, and anthocyanins levels. The antioxidant activity test was carried out using the DPPH method to obtain the IC50 value. Data analysis was performed using one-way analysis of variance (ANOVA) with a 95% confidence level. The results showed that the selection of extraction methods and solvents affected the concentration of phenols, flavonoids, tannins, and anthocyanins, as well as the antioxidant activity of the extracts. The UE96 extract produced the highest concentrations of phenols, flavonoids, tannins, and anthocyanins compared to other extracts, with the lowest IC50. All results showed significant differences (p<0.05) except for the anthocyanin content produced by ME96 and UA extracts. In conclusion, the ultrasonic method with 96% ethanol solvent is considered the best method for extracting beetroot (Beta vulgaris L.), producing extract with good antioxidant activity and high levels of phenol, flavonoids, tannins, and anthocyanins.
Potensi Tabir Surya pada Tanaman Herbal: Literature Review Ni Ketut Maha Wulaningtyas; I Gusti Agung Ayu Kusuwa Wardani; Maria Malida Vernandes Sasadara
Usadha Vol 2 No 3 (2023): Usadha: Jurnal Integrasi Obat Tradisional
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/usadha.v2i3.7065

Abstract

Paparan sinar matahari dengan intensitas yang tinggi dan secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai efek samping, salah satunya adalah kerusakan pada kulit. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang tepat untuk mencegah efek-efek yang merugikan bagi kulit, salah satunya adalah dengan penggunaan tabir surya. Tabir surya memiliki kemampuan dalam melindungi kulit dengan cara menunda eritema yang dinyatakan Sun Protection Factor (SPF). Tabir surya yang bersumber dari bahan alam dapat dijadikan alternatif bagi konsumen yang memiliki kulit sensitif terhadap penggunaan tabir surya dari zat aktif kimia. Literature review ini bertujuan untuk mengetahui bahan alam yang memiliki potensi sebagai tabir surya berdasarkan nilai SPFnya.Pencarian literatur dilakukan melalui database Pubmed, Google Scholar dan Science Direct, dengan menggunakan kata kunci yang sesuai. Artikel yang terpilih adalah artikel yang memenuhi kriteria inklusi, yakni artikel yang bersifat original research dan dipublikasikan maksimal 10 tahun terakhir serta sesuai dengan kata kunci yang telah disusun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat beberapa tanaman yang memiliki proteksi untuk melindungi kulit terhadap sinar ultraviolet seperti tanaman kecombrang (Etlingera elatior), binahong (Anredera cordifolia), Dengen (Dillenia serrata), Kebiul (Caesalpinia bonduc), alga hijau (Ulva reticulata Forsskal), jeruju (Acanthus Ilicifolius), moringa (Moringa oleifera), Zea mays dan(Persea americana). Potensi tabir surya yang dihasilkan oleh tanaman tersebut disebabkan karena adanya kandungan senyawa polifenol seperti flavonoid dan tannin yang berperan sebagai antioksidan kuat.
Kandungan Flavonoid Total dan Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Polaritas yang Berbeda dari Daun Pereskia bleo Ni Made Dwi Mara Widyani Nayaka; Erna Cahyaningsih; Maria Malida Vernandes Sasadara; Putu Era Sandhi Kusuma Yuda; Felia Riska Indriani
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 9 No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Medicamento (In progress)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v9i2.6290

Abstract

Antioxidant agents are essential for the body due to its ability to scavenge free radicals. Medicinal plants contain phytochemicals that act as antioxidants. The current research aimed to determine the total flavonoid content (TFC) and antioxidant activity of Pereskia bleo leaves extracts from various solvents with different polarities. The nonpolar solvent (n-hexane) was used as the first step of extraction and its residues were then macerated using semi-polar (ethyl acetate) and polar (ethanol 96%) solvents consecutively. The TFC was determined using the colorimetric method while antioxidant activity was examined through the 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) method. Antioxidant activity was presented as Inhibitory Concentration 50 (IC50) and Antioxidant Activity Index (AAI). It is noticeable that among analyzed extracts, the ethyl acetate extract of P. bleo leaves contained the highest flavonoid content (15.052 ± 0.172 g quercetin equivalent/100 g extract). Furthermore, the greatest antioxidant activity was obtained from n-hexane extract with the value of IC50 and AAI being 217.307 ppm and 0.230, respectively. Pearson coefficient correlation (r) between TFC and AAI was -0.106. The current study concluded that P. bleo leaves extracts using solvents with different polarities showed variation in TFC values and antioxidant activity. Moreover, TFC was not the main contributor to the antioxidant activity of P. bleo leaves extracts.