Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENINGKATAN KEMAMPUAN MASYARAKAT MELALUI SOSIALISASI PEMBUATAN PUPUK BIO ORGANIK DARI NASI BASI Ayu Qurota A'yun; Ansori Ansori; Ratri Sekaringgalih; Alif Nur Laili Rachmah; Yuni Susanti
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 7, No 2 (2023): June
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v7i2.14891

Abstract

ABSTRAKSampah dari limbah rumah tangga masih menjadi issue sampai sekarang ini, salah satunya yaitu nasi basi yang sudah berbau, dan berjamur. Nasi sisa yang menjadi basi sering dibuang begitu saja oleh masyarakat. Oleh karena itu perlulah memanfatkannya salah satunya menjadi pupuk bio organik dengan membuatnya menjadi MOL (Mikroorganisme Lokal) yang mengandung sebagian dari nutrisi-nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu nitrogen, fosfor, besi, dan kalsium, sehingga pupuk bio organik dapat digunakan sebagai pengganti pupuk kimia buatan. Pupuk bio organik memiliki keuntungan yaitu mudah diaplikasikan, unsur hara yang terdapat dalam pupuk ini mudah diserap oleh tanaman, dan mengandung mikroorganisme yang tidak ditemukan di pupuk kompos. Pembuatan pupuk bio organik yang sangat mudah dan alat yang dipakai sederhana ini diperkenalkan kepada masyarakat di Desa Kaliploso Banyuwangi dalam bentuk penyuluhan. Pencapaiannya masyarakat mendapatkan peningkatan pengetahuan dalam pengelolaan nasi basi terlihat dalam hasil kuisioner yang disebar sebanyak 20 peserta dengan capain 95%  menjawab sangat antusias dalam menerima ilmu baru terkait pembuatan pupuk bio organik. kata kunci: sampah; nasi basi; mol; pupuk bioorganik ABSTRACTStale rice is a household waste problem, so it needs processing. One process that utilizes stale rice is bio-organic fertilizer by making it into MOL (Local Microorganisms), which contains some of the essential nutrients required by plants, such as Nitrogen, Phosphorus, Iron, and Calcium. Bio-organic fertilizers can be used as a substitute for synthetic chemical fertilizers, which are expensive and complained about by farmers or the public, and they can be an alternative. This fertilizer has the advantage that it is easy to apply, the nutrients contained in the fertilizer are easily absorbed by plants, and it contains microorganisms that are not found in compost. Making this fertilizer is very easy and the tools used are very simple. The achievement of the community getting an increase in knowledge in managing stale rice was seen in the questionnaire distributed to as many as 20 participants who answered enthusiastically in receiving new knowledge related to making bioorganic fertilizers. Keywords: stale rice; mol; bio-organic fertilizer .
Edukasi Pembuatan Pestisida Nabati dari Kulit Bawang Merah di Desa Bagorejo Kabupaten Banyuwangi Ratri Sekaringgalih; Alif Nur Laili Rachmah; Yuni Susanti; Ayu Qurota A’yun; Ansori Ansori
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 8 No 2 (2023): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v8i2.335

Abstract

Pengabdian masyarakat di Desa Bagorejo bertujuan untuk mengoptimalkan potensi kulit bawang merah sebagai bahan baku pestisida nabati. Hal ini berkaitan dengan masyarakat Bagorejo yang mata pencaharian utamanya adalah petani. Namun, petani cenderung masih menggunakan pestisida kimia untuk membasmi hama. Sehingga pembuatan pestisida nabati merupakan jawaban untuk meminimalisir penggunaan pestisida kimia mengingat dampak penggunaan pestisida kimia yang cukup berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Harga pestisida kimia yang meningkat setiap tahunnya juga menjadi alasan untuk mendukung penggunaan pestisida nabati. Perkembangan pemanfaatan kulit bawang merah masih sangat minim, hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan potensinya. Berdasarkan permasalahan tersebut, kami berinisiatif untuk memberikan solusi melalui sosialisasi dan praktek. Kegiatan diawali dengan sosialisasi potensi kulit bawang merah, pelatihan pembuatan pestisida nabati dari kulit bawang merah, serta evaluasi kegiatan. Hasil dari pengabdian ini yaitu masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tambahan tentang potensi kulit bawang merah, dan manfaatnya selain sebagai limbah serta dapat mengolah kulit bawang merah sebagai pestisida nabati. Community service in Bagorejo Village aims to optimize the potential of red onion skin as a raw material for botanical pesticides. It relates to the Bagorejo community, where the main livelihood is farmers. However, farmers tend to still use chemical pesticides to eradicate pests. So that the manufacture of botanical pesticides is the answer to minimize the use of chemical pesticides, considering the impact of the use of chemical pesticides which are quite dangerous for human health and the environment. The price of chemical pesticides which has increased every year is also a reason to support the use of botanical pesticides. The development of red onion skin utilization is still very minimal, it occurs due to a lack of public awareness and knowledge about its potential. Based on these problems, we took the initiative to provide a solution through outreach and practice. The activity began with socializing the potential of red onion skin, training on processing red onion skin into botanical pesticides and evaluating the activities. The result of this service is the community gained a significant increase in knowledge related the knowledge of the potential of red onion skin, and apart from being a waste, it can also process red onion skin as a botanical pesticide.
Pelatihan Pembuatan Minuman Probiotik Teh Kombucha dengan Varian Tanaman Herbal di Desa Bagorejo - Banyuwangi Yuni Susanti; Ayu Qurota A’yun; Ansori Ansori; Ratri Sekaringgalih; Alif Nur Laili Rachmach; Nabila Salsabila Hanum
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 8 No 2 (2023): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v8i2.383

Abstract

Kombucha adalah salah satu minuman probiotik dari teh yang difermentasi. Kombucha berperan penting sebagai antioksidan, antikanker, dan antidiabetes. Kombucha dapat memperbaiki sistem pencernaan, menurunkan kadar gula darah dan kolesterol, meningkatkan daya tahan tubuh dan energi, mengurangi nyeri sendi, serta menurunkan berat badan. Berdasarkan hasil survei, masyarakat di Desa Bagorejo yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani masih memiliki kesadaran yang kurang akan pentingnya menjaga kesehatan di masa pandemi. Padahal berbagai tumbuhan herbal seperti serai, jahe, kunyit, dan temulawak tumbuh liar dan subur di sana. Untuk mencegah penyebaran COVID-19 diperlukan pola hidup sehat, salah satunya dengan rutin mengonsumsi minuman probiotik seperti teh kombucha. Oleh karena itu, melalui program pengabdian kepada masyarakat dengan membuat teh kombucha dengan tambahan rasa dari tanaman herbal, diharapkan dapat meningkatkan kesaaran masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat dan menjaga kesehatan di masa pandemi. Program ini dilaksanakan dengan metode pelatihan yang melibatkan ibu-ibu PKK. Tahapan program ini adalah observasi dan koordinasi, penyiapan tester, sosialisasi, pelatihan, evaluasi, dan pendampingan kegiatan. Hasil dari program ini adalah bertambahnya wawasan dan motivasi baru bagi masyarakat untuk tetap sehat dan produktif di masa pandemi. Kombucha tea is one of the probiotic beverages derived from fermented tea. Kombucha tea plays significant roles as an antioxidant, anticancer, and antidiabetic. Besides that, kombucha tea can improve the digestive system, lower blood sugar and cholesterol levels, boost the immune and energy, reduce joint pain, and lose weight. Based on the survey, the local community in Bagorejo Village, Banyuwangi, mostly works as farmers. However, during the COVID-19 pandemic, health awareness in the community is still lacking. On the other hand, various herbal plants such as lemongrass, ginger, turmeric, and curcuma grow wild and thrive there. To prevent the worsening spread of COVID-19, an adaptation to a healthy lifestyle is necessary, for example by routinely consuming probiotic beverages like kombucha tea. Therefore, through the community service program by making kombucha tea with flavor addition from herbal plants, they are expected to understand health awareness better and begin a healthier life. This program was conducted using training method involving PKK women. The steps of this program are observation and coordination, sample preparation, socialization, production, evaluation, and activity assistance. The results of this program are new insights and motivation for the community to maintain the health and productive during pandemic.
Pemanfaatan Biji Lamtoro untuk Pembuatan Kecap dan Pemberdayaan Kelompok PKK di Desa Kaliploso Cluring, Banyuwangi Alif Nur Laili Rachmah; Yuni Susanti; Ayu Qurota A’yun; Ansori Ansori; Ratri Sekaringgalih
Warta LPM WARTA LPM, Vol. 26, No. 2, April 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.154 KB) | DOI: 10.23917/warta.v26i2.1094

Abstract

The community service program carried out in Kaliploso Village, Cluring District, Banyuwangi Regency is a sharing of knowledge from chemical engineering lecturers and students to the community. The aim of implementing this program is to increase the creativity of the Kaliploso community by using lamtoro seeds as an alternative to soybeans as the basic ingredient for making soy sauce with the addition of special spices. The program implementation method begins with outreach, training in making soy sauce, fostering independent production, to monitoring, and evaluation. First, socialization to the community regarding the natural potential in Kaliploso village, especially on the nutritional content of lamtoro seeds, secondly, training on making lamtoro soy sauce is explained in detail regarding the composition, tools used, and the stages of the soy sauce making process, thirdly, assistance and encouragement for independent production to participants who have formed 4 groups to make lamtoro soy sauce at home, the last stage is monitoring and evaluation carried out to measure the level of success of the program for utilizing the natural potential and community empowerment through training in making lamtoro soy sauce. The impact of the program that has been carried out can ignite the community to be more productive, create products that can add economic value and promote prosperity in Kaliploso village, and the soy sauce product "Cap Roso" which is produced as a product the hallmark of  Kaliploso village for more known by outsiders.
OPTIMASI EKSTRAKSI MINYAK BIJI ALPUKAT DENGAN PELARUT N-HEXANA Achmad Qodim; Dwi Setyorini; Renova Panjaitan; Yeni Variana; Ansori
JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL Vol 2 No 1 (2023): JURNAL TEKNOLOGI KIMIA MINERAL
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Politeknik ATI Makassaar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.719 KB) | DOI: 10.61844/jtkm.v2i1.452

Abstract

Produksi buah alpukat di Indonesia dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan terus menerus. Salah satu bagian dari alpukat yang masih belum dimanfaatkan maksimal adalah bagian bijinya. Biji alpukat ini memiliki berbagai potensi yang dapat digunakan. Diantaranya mengandung minyak nabati yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel. Namun, waktu ekstraksi yang dibutuhkan biasanya memakan waktu lama. Dan suhu yang digunakan untuk mengekstrak minyak dari biji alpukat ini dibutuhkan suhu yang tinggi. Metode ekstraksi sokletasi merupakan salah satu dari beberapa metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak minyak dari biji alpukat. Pengaruh suhu dan waktu selama ekstraksi dipelajari dalam penelitian ini. Hasil penelitian dianalisa yield dan kadar asam lemak bebasnya. Hasil dari penelitian ini dianalisa agar memperoleh hasil yang optimal. Salah satu metode yang digunakan adalah Response Surface Methodology (RSM). Metode RSM ini digabungkan dan diterapkan untuk mengoptimalkan dan menganalisis kondisi ekstraksi. Faktor independen adalah suhu ekstraksi (100-110 oC), dan waktu ekstraksi (5-7 jam). Kondisi optimum ekstraksi adalah 103,041oC, dan 5,689 jam. Model prediksi yang diperoleh sebesar 12,518% untuk yield hasil ekstraksi dan kadar asam lemak bebas sebesar 1,489%.
EDUKASI PEMBUATAN TEH BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L.) DI DESA BAGOREJO KABUPATEN BANYUWANGI Ansori Ansori; Ratri Sekaringgalih; Alif Nur Laili Rachmah; Yuni Susanti; Ayu Qurota A’yun; Indahma Puji Lestari
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 7, No 3 (2023): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v7i3.17254

Abstract

ABSTRAKBunga telang (Clitoria ternatea L.) memiliki banyak kandungan seperti tanin, fenol, flavanoid, antosianin, saponin, antrakuinon, karbohidrat, steroid, dan protein. Selain itu, bunga telang memiliki bahan aktif yang berpotensi farmakologi, antara lain sebagai antioksidan, antidiabetes, antibakteri, anti-kanker, anti-inflamasi, antihistamin, analgesik, antiparasit, antimikroba, dan antikatarak. Bunga telang dapat mengobati batuk, infeksi tenggorokan, gangguan penglihatan, bisul, dan sebagai minuman kesehatan. Namun, sangat disayangkan apabila bunga telang ini tidak dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, dengan adanya kegiatan pengabdian pada masyarakat yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan memanfaatkan bunga telang secara optimal menjadi produk yang bermanfaat bagi kesehatan, yaitu minuman teh herbal bunga telang. Pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaraan masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat. Penyuluhan dan pelatihan pembuatan teh bunga telang melibatkan ibu-ibu PKK di desa Bagorejo. Penyajian materi diawali dengan pemberian kuisioner awal; penyampaian materi terkait potensi dan manfaat bunga telang, tata cara pembuatan teh bunga telang; dan yang terakhir diberikan lagi kuisioner akhir. Proses penyajian materi dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi tanya jawab peserta dengan pemateri yang diikuti dengan antuias oleh peserta. Hasil kegiatan pengabdian ini meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait potensi dan manfaat bunga telang yang dapat dibuktikan dengan hasil jawaban pada kuisioner akhir, yaitu 100%. Kata kunci: bunga telang; desa Bagorejo; kesehatan; pengabdian masyarakat; teh herbal. ABSTRACTButterfly pea flower (Clitoria ternatea L.) has many ingredients such as tannins, phenols, flavonoids, anthocyanins, saponins, anthraquinones, carbohydrates, steroids, and proteins. In addition, butterfly pea flowers have active ingredients that have pharmacological potential, including antioxidants, antidiabetic, antibacterial, anti-cancer, anti-inflammatory, antihistamines, analgesic, antiparasitic, antimicrobial, and anticataract. Butterfly pea flowers can treat coughs, throat infections, vision problems, boil, and as a health drink. However, it is unfortunate that this butterfly pea flower is not used optimally. Therefore, with the existence of community service activities that aim to increase knowledge and optimally utilize the butterfly pea flower into a product that is beneficial to health, namely the butterfly pea herbal tea drink. This community service is expected to increase public awareness about the importance of a healthy lifestyle. Counseling and training on making butterfly pea tea involved PKK women in Bagorejo village. The presentation of the material begins with giving the initial questionnaire; delivery of materials related to the potential and benefits of butterfly pea flowers, procedures for making butterfly pea flower tea; and the last given another final questionnaire. The process of presenting the material was carried out using the lecture method and discussion of questions and answers between the participants and the presenters who were followed enthusiastically by the participants. The results of this community service activity increase public knowledge regarding the potential and benefits of the butterfly pea flower which can be proven by the answers to the final questionnaire, which is 100%. Keywords: bagorejo village; Clitoria ternatea L.; community service; health; herbal tea.