Martinus Hary Purwanto
Sekolah Tinggi Pastoral Yayasan Institut Pastoral Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perkawinan Menurut Tatacara Gereja Katolik dan Implementasinya Oktaviana Nona; Martinus Hary Purwanto; Theresia Noiman Derung
In Theos : Jurnal Pendidikan dan Theologi Vol. 2 No. 2 (2022): Februari
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.464 KB) | DOI: 10.56393/intheos.v2i2.1223

Abstract

Kitab Suci Perjanjian Baru menyampaikan dengan jelas makna luhur dari perkawinan berdasarkan ajaran Yesus. Yesus sangat menghargai kesetiaan dan menolak perceraian. Katekese adalah pembinaan iman kepada jemaat, khususnya tentang ajaran Kristen, yang diberikan secara organisatoris dan sistematis, agar umat memasuki kepenuhan hidup Kristen. Kepada jemaat di Tesalonika Paulus menasihati agar umat Kristen menghayati dan menghargai perkawinan dengan menjauhkan diri dari percabulan dan seks bebas (1Tes 4:3-8). Kepada jemaat di Korintuspun ia mengecam percabulan dan segala bentuk penyelewengan seksual karena bertentangan dengan etika Kristen dan kekudusan perkawinan (1Kor 5-7). Dalam Surat Pastoralnya ia juga melawan aliran sesat yang bertendensi anti perkawinan, emansipatif dan tidak menghargai anak-anak (1Tim 3:4; 5:14; Tit 2:4-5). Karenanya, Paulus memberi tata tertib dalam hidup berumah tangga yang mengatur hubungan suami-isteri dan orang tua-anak (Ef 5:22-6:4 bdk. 1Ptr 3:1-7). Yesus menegaskan bahwa hubungan suami-isteri yang telah dipersatukan oleh Allah itu tidak boleh diceraikan manusia (Mrk 10:2-12; Mat 19:3-12).
Makna Upacara Kematian dalam Keagamaan Marapu Teresia Noiman Derung; Marlin Bitu Meja; Martinus Hary Purwanto; Teresia Ose
In Theos : Jurnal Pendidikan dan Theologi Vol. 2 No. 4 (2022): April
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.55 KB) | DOI: 10.56393/intheos.v2i4.1268

Abstract

Upacara kematian menurut adat Sumba berkaitan erat dengan adat kebiasaan menurut aliran kepercayaan Marapu. Sebagai masyarakat yang menganut keagamaan Marapu di sumba, percaya bahwa upacara-upacara dalam keagamaan Marapu dianggap keramat. Baik dari segi tempat, waktu, benda, alat, ataupun orang-orang yang menjalankan upacara tersebut. Adapun makna dari upacara kematian dan hewan kurban ini ialah bahwa upacara kematian merupakan penghormatan terakhir bagi yang meninggal, sedangkan hewan kurban dimaknai sebagai penjalin hubungan yang harmonis dengan arwah leluhur, dan untuk memperbaiki hubungan yang telah rusak akibat adanya anggota kabihu (marga/klan) yang melanggar adat istiadat. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dari upacara kematian dalam keagamaan Marapu. Jenis Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif tentang makna upacara kematian dan hewan kurban dalam keagamaan Marapu. Teknik pengumpulan data yaitu melalui pengumpulan data dengan studi pustaka. Adapun upaya yang dilakukan ialah menggali makna upacara kematian dan hewan kurban dalam keagamaan Marapu dari berbagai sumber.
Peran Gereja dalam Mengatasi Kesenjangan Sosial Martinus Hary Purwanto; Intansakti Pius X
In Theos : Jurnal Pendidikan dan Theologi Vol. 2 No. 9 (2022): September
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.266 KB) | DOI: 10.56393/intheos.v2i9.1282

Abstract

Masalah kesenjangan adalah masalah keadilan, yang berkaitan dengan masalah sosial . Masalah kesenjangan berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Kadar kemiskinan tidak sekedar masalah kekurangan makanan, tetapi bagi warga tertentu bahkan sudah mencapai level kehabisan dan ketiadaan makanan. Potret kemiskinan menjadi sangat kontras karena sebagian warga masyarakat hidup dalam kelimpahan, sebagian lagi hidup serba kekurangan. Tingkat kesenjangan luar biasa dan relatif cukup membahayakan. Substansi dari kesenjangan adalah tidak merataannya akses terhadap sumber daya ekonomi. Peran gereja di tengah kemiskinan menjadi penting untuk dibahas karena masalah kemiskinan bukan hanya menjadi masalah lokal, namun menjadi masalah gereja secara luas. Sumbangsih gereja pada masalah kesenjangan sosial tidaklah hanya memberikan bantuan secara material kepada mereka yang menerimanya, tetapi gereja harus berupaya memberdayakan mereka yang miskin serta memberikan dukungan spiritual kepada mereka lewat ibadah dan doa bersama. Cara memberdayakan mereka yang miskin ini adalah dengan membuka kursus-kursus atau pelatihan kepada mereka tentunya sesuai dengan kebutuhan mereka.