Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Patient-perceived indicators as a basis for satisfaction assessment of healthcare Yohanes Kambaru Windi; Baiq Dewi Harnani; Asnani Asnani
International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 11, No 2: June 2022
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijphs.v11i2.21375

Abstract

Since satisfaction is a subjective matter, assessing satisfaction should begin from the individual perception of satisfaction. This study aimed to map the satisfaction indicators perceived by the patients as a foundation to develop instruments to assess health care satisfaction. The study adopted sequential exploratory design of mixed method approach. Thirty patients participated in the interviews and 300 patients for the survey. The thematic analysis identifies 159 items of satisfaction. The items were condensed into 34 indicators and distributed into the five components of the service quality (SERVQUAL) model. A survey containing the 34 indicators were developed to measure their validity and reliability. The Product moment test of validity shows the value of correlation table (rn-2; α=r298; 0.05)=0.095. The values correlation tables are >0.095, meaning the validity is achieved. The Cronbach alpha test shows that the values of all indicators are >0.6, reflecting the reliability of the satisfaction indicators. The study concluded there is variation of satisfaction indicators of health care compared to the established instruments and the identified indicators are valid and reliable.
The Meaning of Sexuality for Javaneese Adolecent at Senior High School, North Surabaya Hilmi Yumni; Siti Nur Kholifah; Asnani Asnani
Jurnal Ners Vol. 9 No. 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.951 KB) | DOI: 10.20473/jn.v9i1.3475

Abstract

Introduction: One of reproductive health issues on adolescent in developing countries was sexuality. Issues of sexuality was multifactor, such as cultural factors. Cultural barriers affect the socialization of reproductive health and sexual education in adolescents, because it was considered taboo to talk about it.Methods: This study was a qualitative study. The number of informants as many as 10 adolescent students, one community leader, 2 parent of adolescents, 2 teachers. The data shown is obtained from in-depth interviews. Data were then analyzed by using interactive analysis model, including data reduction, data display, and conclusion.Results: The result had shown that 1) perceptions of sexuality was understood as sexual intercourse or physical activity that was driven by the desire to the opposite sex, perceptions about adolescent promiscuity with regard to sexuality was seen as something that very concern because beyond norms and customs, many sexuality information was obtained from school environment such as peers, media, environment (in this case was people around the house) and none got information from the parents, and the norms-values -culture were believed as self-control in activities related to sexuality such as relationship; 2) adolecent’s behavior related to sexuality was associated with relationship and still done normatively, infl uenced by eastern culture, there was no informant who had sexual intercourse before marriage; 3) psychosexual of adolescent, were affected by social relationships in their environment at home, including closeness to parents, norms, values learned at home.Conclusion: Based on the research results can be given suggestions that one of them needed to talk openly about sex and sexuality information to youth.
Pemberdayaan Keluarga Dalam Meningkatkan Perawatan Mandiri Pasien Gagal Ginjal Kronik di Wilayah Kerja Puskesmas Paciran Lamongan Dyah Wijayanti; Wijayanti Dyah; Fadilah Nikmatul; Minarti Minarti; Cahyono Intim; Nurkholifah Siti; Windi Yohanes Kambaru; Sulistijono Heru; Heriyanto Bambang; Asnani Asnani; Tumini Tumini; As’ari Hasyim; Suriana Suriana; Baiq Dewi Harnani; Hilmi Yumni; Dinarwiyata; Eko Rustamaji; Ferry Kumala
Health Community Engagement Vol. 2 No. 1 (2021): July
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.945 KB)

Abstract

Tahap akhir penyakit gagal ginjal dengan terapi hemodialisis dilaporkan menyebabkan masalah yang kompleks bagi pasien dan keluarga yang merawat. Kondisi berupa peningkatan biaya pengobatan serta jumlah tenaga edukator yang tidak cukup juga turut andil menjadi alasan perawatan mandiri penting ditingkatkan sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis beserta keluarganya. Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan, nilai dan penerimaan pasien terhadap program pengobatan yang seharusnya dijalani. Keluarga dapat memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah memberdayaan keluarga dalam meningkatkan perawatan mandiri pasien gagal ginjal kronik di wilayah kerja Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan. Komitmen keluarga dalam memelihara kesehatan bagi anggota keluarga yang sakit sangat diperlukan. Keluarga (pasangan/anak) adalah orang yang terdekat bagi pasien gagal ginjal kronik yang diharapkan dapat menjadi pendukung pasien dalam mencapai kemandirian perawatan. Pengabdian masyarakat ini diikuti oleh 40 orang anggota keluarga pasien gagal ginjal kronik. Kegiatan meliputi peningkatan pengetahuan dan dilanjutkan proses pendampingan keluarga terhadap perawatan mandiri pasien. Modul tentang perawatan mandiri sebagai media pendidikan kesehatan disosialisaikan terlebih dahulu kepada keluarga pasien. Hasil pengabdian masyarakat ini menujukkan peningkatan pengetahuan pada anggota keluarga pasien dan peningkatan peran keluarga dalam meningkatkan kemadirian perawatan mandiri pasien. Rekomendasi dari pengabdian masyarakat ini adalah pemberdayaan anggota keluarga sebagai pemberi perawatan perlu dikembangkan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat berbasis keluarga di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dukungan dan pemantauan yang berkesinambungan dari anggota keluarga dapat meningkatkan kualtas hidup pasien gagal ginjal kronik dan keluarganya.
Empowerment of Mother's Groups to Improve Adolescent Reproductive Health in Kampung Nelayan Health Center Siti Nurkholifah; Nikmatul Fadilah; Minarti Minarti; Intim Cahyono; Yohanes Kambaru Windi; Heru Sulistijono; Bambang Heriyanto; Asnani Asnani; Tumini Tumini; Dyah Wijayanti; Hasyim As'ari; Suriana Suriana; Baiq Dewi Harnani; Hilmi Yumni; Dinarwiyata Dinarwiyata; Eko Rustamaji; Ferry Kumala
Community Empowerment in Health Vol. 1 No. 1 (2023): June 2023
Publisher : Pusat Unggulan Ipteks Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Now, adolescent reproductive health problems are increasing, which may be caused by a lack ofknowledge, self-confidence, religiosity and family support. So we need community service activities thataim to empower women's groups in improving adolescent reproductive health in the work area of theKampung Nelayan Health Center, Gresik Regency. Adolescents' commitment to maintaining reproductivehealth requires support from the family. Mothers are the closest people to their children, so mother'ssupport is an important component in improving adolescent reproductive health. This activity wasattended by 40 mothers of adolescents. The first stage was increasing knowledge, then mentoring andthe next was empowerment. The module on reproductive health as a media for health education wasfirst socialized to the mother group. The results of the activity showed that there was an increase in theknowledge and role of mothers in improving adolescent reproductive health.
Pemberdayaan Keluarga Dalam Meningkatkan Perawatan Mandiri Pasien Gagal Ginjal Kronik di Wilayah Kerja Puskesmas Paciran Lamongan Dyah Wijayanti; Wijayanti Dyah; Fadilah Nikmatul; Minarti Minarti; Cahyono Intim; Nurkholifah Siti; Windi Yohanes Kambaru; Sulistijono Heru; Heriyanto Bambang; Asnani Asnani; Tumini Tumini; As’ari Hasyim; Suriana Suriana; Baiq Dewi Harnani; Hilmi Yumni; Dinarwiyata; Eko Rustamaji; Ferry Kumala
Health Community Engagement Vol. 4 No. 1 (2022): Januari-April
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tahap akhir penyakit gagal ginjal dengan terapi hemodialisis dilaporkan menyebabkan masalah yang kompleks bagi pasien dan keluarga yang merawat. Kondisi berupa peningkatan biaya pengobatan serta jumlah tenaga edukator yang tidak cukup juga turut andil menjadi alasan perawatan mandiri penting ditingkatkan sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis beserta keluarganya. Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan, nilai dan penerimaan pasien terhadap program pengobatan yang seharusnya dijalani. Keluarga dapat memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah memberdayaan keluarga dalam meningkatkan perawatan mandiri pasien gagal ginjal kronik di wilayah kerja Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan. Komitmen keluarga dalam memelihara kesehatan bagi anggota keluarga yang sakit sangat diperlukan. Keluarga (pasangan/anak) adalah orang yang terdekat bagi pasien gagal ginjal kronik yang diharapkan dapat menjadi pendukung pasien dalam mencapai kemandirian perawatan. Pengabdian masyarakat ini diikuti oleh 40 orang anggota keluarga pasien gagal ginjal kronik. Kegiatan meliputi peningkatan pengetahuan dan dilanjutkan proses pendampingan keluarga terhadap perawatan mandiri pasien. Modul tentang perawatan mandiri sebagai media pendidikan kesehatan disosialisaikan terlebih dahulu kepada keluarga pasien. Hasil pengabdian masyarakat ini menujukkan peningkatan pengetahuan pada anggota keluarga pasien dan peningkatan peran keluarga dalam meningkatkan kemadirian perawatan mandiri pasien. Rekomendasi dari pengabdian masyarakat ini adalah pemberdayaan anggota keluarga sebagai pemberi perawatan perlu dikembangkan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat berbasis keluarga di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dukungan dan pemantauan yang berkesinambungan dari anggota keluarga dapat meningkatkan kualtas hidup pasien gagal ginjal kronik dan keluarganya.
Model of Guidance: Effective Communication with the Elderly for Empowering Elderly Caregivers in Nursing Homes in Indonesia Minarti Minarti; Siti Nur Kholifah; Heru Sulistijono; Hilmi Yumni; Y.K Windi; Asnani Asnani; Intim Cahyono; Hasyim As’ari; Bambang Heriyanto; Nikmatul Fadilah; Dyah Wijayanti; Suriana Suriana; Baiq Dewi Harnani; Dinarwiyata Dinarwiyata; Eko Rustamaji W; Ferry Kumala
Frontiers in Community Service and Empowerment Vol. 1 No. 2 (2022): June
Publisher : Forum Ilmiah Teknologi dan Ilmu Kesehatan (FORITIKES)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35882/ficse.v1i2.11

Abstract

Activities related to increasing the caregiver's ability to care for the elderly who experience daily problems related to psychological approaches and the like have never been carried out. Caregiver communication does not support effective communication and is still social communication. Supported by the results of research conducted at the Nursing Home for the Elderly, it showed that there was a difference between pre and post-test in the group that received guidance or counseling treatment on the happiness of the elderly with a significant value. The purpose of this training is to empower elderly caregivers at Nursing Home at St. Yosef, Surabaya, and identify the effectiveness of the guidance model (Guidance) by caregivers. The number of participants is 50 people. The method used is cadre training through discussions, demonstrations, competence training and competence assessment. The result of training for caregivers is an increase in knowledge based on pre-test and post-test scores. There was an increase in skills seen in four skills, namely communication in the elderly, active movement, passive movement, mobilization, and daily activity training. The advantage of this cadre training is that it can effectively improve communication with the elderly people who are cared for in the orphanage. The implication of this activity is to increase the knowledge and skills of caregivers in providing care for the elderly through effective communication with the elderly in nursing homes as an effort to improve the health of the elderly.