Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

MODIFIKASI SISTEM KABEL UTAMA UNTUK MENINGKATKAN KEKAKUAN STRUKTURAL JEMBATAN GANTUNG (MODIFICATION OF MAIN CABLE SYSTEM FOR INCREASING STRUCTURAL STIFFNESS OF SUSPENSION BRIDGES) Tristanto, Lanneke; Sukmara, Gatot
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 33 No 1 (2016)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1058.542 KB)

Abstract

ABSTRAK Jembatan gantung terdiri dari elemen utama mendasar : kabel utama, gelagar pengaku, menara dan blok angkur Sistem kabel utama memikul beban terbagi merata simetris melalui bentuk parabolic klasik sehingga tidak terjadi defleksi, sedangkan fleksibilitas lentur akibat beban hidup antimetris dipikulkan pada gelagar pengaku. Makalah  ini menjelaskan cara modifikasi sistem kabel utama untuk mengurangi fleksibilitas lentur dan defleksi akibat beban hidup antimetris dan demikian meningkatkan kekakuan struktural . Cara pertama adalah sistem kelem kabel utama tunggal di tengah bentang yang mengikat kabel utama pada gelagar pengaku, yang me-reduksi defleksi maksimum sekitar 30 %  pada dimensi kabel utama dan gelagar pengaku yang dipertahankan sama. Sistem kelem kabel utama tunggal lajim digunakan pada jembatan gantung bentang sangat panjang. Cara kedua  adalah sistem kelem kabel utama ganda yang meningkatkan kekuatan kabel dan dengan demikian mereduksi fleksibilitas lentur dan defleksi sekitar 60%. Sistem kelem kabel ganda telah digunakan pada jembatan bentang panjang seperti Jembatan Barito-Kalimantan. Dengan menggunakan prinsip statika sederhana akan ditunjukkan bagaimana peningkatan kekakuan struktural terwujud pada penggunaan modifikasi sistem kabel utama tersebut, dengan syarat kelem bekerja sesuai fungsinya Kata kunci : jembatan gantung, sistem kelem kabel utama tunggal, sistem kelem kabel utama ganda, defleksi, kekakuan struktural ABSTRACT  A suspension bridge comprises of principal main elements : main cable, stiffening girder, tower and anchorage block. The main cable system carries symmetrical uniform distributed load through the classical parabolic shape resulting zero deflection, while the stiffening deck girder carries the bending flexibility caused by un-symmetrical live load. This writing describes the modification methods for the main cable system in order to reduce bending flexibility and deflection caused by anti symmetrical live load and thereby increasing structural stiffness. The first method is clamped single main cable system  at center span that ties the main cable to the stiffening girder, reducing maximum deflection around 30 % while enhancing main cable and stiffening girder dimensions. This clamped single main cable system is generally used in super long span suspension bridging. The second method is the clamped twin main cable system that increases cable strength and thereby reducing bending flexibility and deflection around 60%. The clamped twin cable system is used in long span suspension bridging, like the Barito bridge- Kalimantan. Using simple principals of statics it is shown how structural stiffness increase is obtained by using these modified main cable systems, providing the clamp is working according to its function. Key words : suspension bridge, clamped main cable system, clamped twin cable system, deflection, structural stiffness
KRITERIA PENILAIAN MODEL AERODINAMIK JEMBATAN KABEL DALAM PENGUJIAN TEROWONGAN ANGIN (RATING CRITERIA OF AERODYNAMIC MODEL OF CABLE BRIDGES IN THE WIND TUNNEL TEST) Tristanto, Lanneke; Hardono, Setyo; Sukmara, Gatot
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 33 No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.566 KB)

Abstract

ABSTRAKGaya angin pada lantai jembatan kabel gantung dan beruji dipengaruhi oleh kecepatan dan sudut serang angin, perbandingan dimensi, bentuk dan ukuran penampang melintang serta gerakan lantai. Pengaruh tersebut direproduksi dalam terowongan angin dengan membuat model lantai jembatan. Model untuk pengujian aerodinamik jembatan kabel dipersiapkan dengan penskalaan prototipe jembatan aktual. Kesesuaian aerodinamik antara model dan prototipe jembatan kabel harus dirancang agar model mewakili karakteristik struktural prototipe. Pengujian terowongan angin menghasilkan beberapa informasi penting seperti kecepatan dan sudut serang angin kritis yang merupakan batas keamanan untuk stabilitas aerodinamik prototipe, pengurangan atau peningkatan osilasi dan perkiraaan amplitude maksimum. Makalah ini membahas perancangan model secara teoritis-eksperimental dalam menetapkan persyaratan penskalaan model, dan kriteria penilaian obyektif untuk evaluasi hasil pengujian terowongan angin dengan solusi praktis aplikatif. Jembatan beruji kabel Palibaja Sukabumi yang fleksibel dalam arah lateral dengan nilai perbandingan bentang lebar sebesar 54 ternyata tahan terhadap angin flutter berdasarkan rasio frekuensi torsi/lentur sebesar dua berdasarkan hasil uji getaran.  Hasil uji aerodinamik model lantai jembatan Palibaja mengungkap kemungkinan terjadinya gaya angkat dalam arah gaya berat jembatan, dengan solusi perforasi lantai. Kata kunci: model aerodinamik, penskalaan model, pengujian terowongan angin, kecepatan dan sudut serang angin, stabilitas aerodinamik, uji getaran jembatan, kriteria penilaian.  ABSTRACT The wind forces on the deck of suspended and stayed cable bridges are influenced by the critical wind velocity and attack angle, ratio of dimensions, shape and size of the cross section, and deck motion. These effects are reproduced in a wind tunnel, by constructing a deck model. The model for aerodynamic testing of cable bridgesis prepared by scaling of the actual bridge prototype. Aerodynamic similarity between model and prototype of a cable bridge has to be designed, thus the model represents the structural characteristics of the prototype. The wind tunnel test reveals some important information such asthe critical wind speed and attack angle as safety limit for aerodynamic stability of the prototype, decrement or increment of oscilation and the estimated maximum amplitude. This paper discusses theoretical experimental design methods in establishing model scaling requirements and anobyective rating criteria for evaluating wind tunnel test results with practical applicative solutions. The cable stayed bridge Palibaja Sukabumi which is flexible in lateral direction due to span width ratio of 54, is verified flutter resistant by the torsional flexural frequency ratio of two based on bridge vibration test results. The Palibaja aerodynamic deck model test reveals a possible uplift in bridge gravity direction, with deck perforation solution. Keywords: aerodynamic model, model scaling, wind tunnel test, wind velocity and attack angle, aerodynamic stability, bridge vibration test, rating criteria
JEMBATAN BETON DENGAN KEPALA JEMBATAN INTEGRAL Tristanto, Lanneke
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 23 No 1 (2006)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.625 KB)

Abstract

Kepala jembatan yang merupakan kesatuan dengan gelagar jembatan adalah tipe integral dimana tidak diperlukan sambungan dilatasi dan perletakan. Biaya pembangunan dan pemeliharaan menjadi lebih ekonomis dari jembatan konvensional karena peniadaan sambungan dilatasi dan perletakan. Sampai sekarang tidak terdapat peraturan perencanaan jembatan integral yang baku. Perencanaan jembatan integral yang mengikuti prinsip gelagar sederhana berada pada pihak aman, dimana tahanan timbunan di ujung jembatan diabaikan. Perencanaan jembatan beton integral tipikal untuk bentang pendek 22m sedang dikaji untuk diterapkan dalam program peningkatan jalan yang akan datang. Teknologi jembatan integral perlu dikaji dan disempurnakan agar inovasi bertumbuh terus. Keberhasilan pelaksanaan skala penuh akan mendukung jembatan integral untuk menjadi tipe terpilih dalam pembangunan jembatan di masa depan.
MEKANISME FATIK DAN PENGARUH RESONANSI PADA KERUNTUHAN JEMBATAN CALLENDER HAMILTON Tristanto, Lanneke
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 23 No 3 (2006)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.066 KB)

Abstract

Mekanisme fatik jembatan yang serba rumit menjadi transparan melalui dasar pengetahuan yang sederhana. Jembatan yang terbebani oleh berat sendiri dan lalu lintas kendaraan akan mengalami perubahan bentuk struktural sepanjang masa. Perubahan bentuk menimbulkan tegangan dalam bahan jembatan. Kemampuan tegangan bahan menjadi sumber kekuatan dari jembatan. Kekuatan optimal dalam masa pelayanan, akan menurun dalam masa pemeliharaan, dan lebih menurun dalam masa fatik menjelang penggantian jembatan. Mekanisme fatik menjadi topik pada kejadian keruntuhan jembatan. Fatik bahan memerlukan proses lama untuk berkembang menjadi kerusakan total, sehingga struktur jembatan tidak serentak runtuh karena kondisi fatik saja. Pada waktu kemacetan lalu lintas, terjadi resonansi antara kendaraan berat sebagai mesin penggetar (frekuensi 2-3 Hertz) dan gelagar rangka baja (frekuensi 2-3 Hertz). Resonansi antara dua frekuensi getaran identik mempertajam respon jembatan sampai simpangan tidak terhingga, yang menyebabkan keruntuhan serentak seperti pada musibah gempa bumi. Kata kunci : fatik, resonansi, frekuensi, simpangan
KAJIAN DASAR PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN JEMBATAN PELENGKUNG BETON Tristanto, Lanneke; Irawan, Redrik
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 27 No 2 (2010)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13823.64 KB)

Abstract

Lengkung pada struktur jembatan pelengkung terutama merupakan unsur tekan dengan bentuk kurvalinier parabolis. Sebagian besar dari beban terbagi rata dan muatan bergerak dipikul melalui gaya tekan yang dilimpahkan dalam reaksi tekan horizontal yang besar (thrust) di pangkal lengkung. Gaya tekan mencengah dan mengurangi tegangan tarik dalam lengkung beton selama dilewati bebas kendaraan. Jembatan pelengkung beton lama masih bertahan walaupun pembebanan telah meningkat karena unsuer tekan memiliki kapasitas cadangan. Jembatan pelengkung menghemat 15% volume beton dibanding jembatan gelagar lurus sehingga ekonomis dalam dimensi dan penulangan. Jembatan pelengkung menurut pelimpahan reaksi tekan horizontal dibagi dalam dua tipe, tipe lengkung kaku yang langsung melimpahkan reaksi tekan pada tahan fondasi sangat baik, dan tipe lengkung diperkaku dengan barang tarik struktural untuk memikul reaksi tekan dan demikian sesuai pada tanah fondasi kurang baik. Sistem monolitik antara bangunan atas dan bawah dengan jumlah sendi plastis mendukung ketahanan terhadap gempa. Pelaksanaan jembatan pelengkung selalu memerlukan perancah yang dibongkar setelah lengkung selesai tersambu dan terbentuk garis tekan. Lengkung yang tidak tersambung sempurna akann runtuh pada saat perancah dibuka. Bentang maksimum jembatan pelengkung beton bertulang 90m efisien terhadap bentang maksimum gelagar beton prategang 45m. Jembatan pelengkung beton bertulang komposit dengan rangka/profil baja sebagai perancah maupun tulangan mencapai bentang (90-245)m. Kata kunci : jembatan pelengkung, lengkung kaku, lengkung diperkaku, reaksi tekan horizontal, garis tekan
LINTASAN BASAH MELALUI DASAR SUNGAI UNTUK LALU LINTAS KENDARAAN Tristanto, Lanneke; Hardono, Setyo; Ranastra, Rully
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 26 No 3 (2009)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9176.888 KB)

Abstract

Lintasan basah melalui dasar sungai sering dianggap sebagai lintasan darurat karena diharapkan dalam beberapa tahun akan diganti dengan jembatan permanen. Walaupun demikian, suatu lintasan yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, akan lebih bermanfaat dibanding jembatan yang kurang memenuhi syarat karena keterbatasan dana. Alinyemen vertikal lintasan basah merupakan kriteria perencanaan utama dalam memenuhi persyaratan keamanan dan kenyamanan lalu lintas kendaraan. Lintasan basah sesuai untuk profil sungai yang lebar dan landai serta keadaan banjir yang cepat surut. Makalah ini menjelaskan dasar perencanaan dan pelaksanaan lintasan basah tipe bronjong dan tipe lantai beton. Berdasarkan hasil kajian studi kasus yang membandingkan biaya aktual dari konstruksi lintasan basah terhadap jembatan semi-permanen tipe Bailey dan jembatan pejalan kaki tipe cable-stayed, terbukti bahwa lintasan basah tipe bronjong adalah solusi yang paling murah dan efisien. Kata kunci : lintasan basah, aliyemen vertikal, bronjong, lintasan basah tipe bronjong, lintasan basah tipe lantai beton
PENURUNAN NILAI STRUKTUR BANGUNAN ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA Tristanto, lanneke
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 9 No 1 (1992)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penurunan nilai struktur berdasarkan evaluasi eksperimen tes dinamik menuju kepada teori tingkat kerusakan yang aktual. Teori kerusakan sangat erat hubungannya dengan sprakta pembebanan dan analisis tegangan pada mana prediksi sisa kekuatan struktur di andalkan. Meningingat bahwa regangan dan tegangan jembatan meningkat akibat efek dinamik, peningkatan terrsebut menyebabkan batas variasi tegangan lebih tinggi dan kerusakan lebih besar ada jembatan. Pendekatan kerusakan struktural oleh identifikasi parameter dinamik struktur jembatan merupakan tujuan pokok yang dibahas dalam laporan ini.
Dasar perencanan jembatan cable - stay Tristanto, lanneke
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 9 No 1 (1992)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jembatan cable-stay adalah jembatan berjenis majemuk. Lantai jembatan merupakan jenis gelagar, pelat atau rangka yang digantung pada susunan cable - stay yang berjeis menyebar- radiating, sejajar- hrap, kipas- fan, bintang- star atau susunan kabel kombinasi. Dasar perencanan untuk beberapa jenis jembatan cable-stay dibahas secara singkat dalam makalah ini.
GETARAN PILAR JEMBATAN PROGO Tristanto, lanneke
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 10 No 1 (1993)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kondisi pilar jembatan Progo dievaluasi dari segi perilaku dinamik dengan mengadakan pengukuran getaran di lapangan. Analisa teoritik dimodifikasi dengan parameter dinamik sehingga diperoleh tinggi efektif pilar terhadap titik jepit dalam pondasi tiang sumuran. Titik jepit pondasi dalam arah melintang dan memanjang jembatan menjadi kriteria untuk kondisi stabilitas pilar. Stabilitas pilar menjadi dasar dalam menentukan cara pengamanan dan perkuatan pilar.
JEMBATAN CABLE STAY Tristanto, lanneke
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 12 No 1 (1995)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perencanaan jembatan bentang panjang dengan sistem cable-stay merupakann solusi ekonomis karena bagian - bagian jembatan mempunyai dimensi relatif langsing. Bentang - bentang pendek yang digantung pada " kabel stay " sebagai 'pengganti pilar - pilar ' akan membentuk bentang panjang yang menerus dan estetik. Pada sitem statik jembatan cable-stay, 'gelagar pengaku ' merupakan kontruksi lantai yang langsung memikul beban lalu lintas yang digantung pada ' stay ' yang menyalurkan beban dari gelagar pengaku pada ' pilon ', yang menyalurkan gaya dari stay termasuk berat sendiri pilon ke pondasi dengan perantaraan ' piilar '.