Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

EVALUASI KAPASITAS JEMBATAN SEMENTARA TIPE MODULAR BAJA DENGAN METODE UJI PEMBEBANAN Riyono, Winarputro Adi; Sukmara, Gatot
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 31 No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1911.49 KB)

Abstract

ABSTRAK Makalah ini menyajikan pemeriksaan pada struktur jembatan sementara berupa Fly Over Bridge (FOB) tipe modular baja dengan menggunakan uji pembebanan statis dan dinamais. Uji statis dilakukan dengan memberikan beban kendaraan gandar majemuk pada jembatan dengan variasi muatan mulai 240 ton hingga 300 ton. Berdasarakan uji beban statik, diperoleh hasil bahwa pada kondisi pembebanan maksimum, jembatan masih berperilaku elastis linier. Tegangan maksimum yang terjadi pada serat bawah baja modular masih berada dibawah tegangan baja yang dijinkan. terdapat lendutan sisa sebasar 71 mm pada tengah bentang jembatan oleh karena pemampatan pada seigman modular baja atau insertion link pada sambungan. Evaluasi terhadap uji beban dinamis menunjukkan bahwa dari riwayat defleksi akibat beban berjalan, diperoleh Faktor Beban Dinamis (FBD) rata-rata sebesar  1,03 dan masih sesuai dengan persyaratan perencanaan. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah diperlukan sambungan melintang diantara segmen sehingga jembatan akan berdeformasi  dalam satu kesatuan.Kata kunci : jembatan sementara, modul baja, jembatan lintasan atas, uji beban statis, uji beban dinamis, faktor beban dinamis
MODIFIKASI SISTEM KABEL UTAMA UNTUK MENINGKATKAN KEKAKUAN STRUKTURAL JEMBATAN GANTUNG (MODIFICATION OF MAIN CABLE SYSTEM FOR INCREASING STRUCTURAL STIFFNESS OF SUSPENSION BRIDGES) Tristanto, Lanneke; Sukmara, Gatot
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 33 No 1 (2016)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1058.542 KB)

Abstract

ABSTRAK Jembatan gantung terdiri dari elemen utama mendasar : kabel utama, gelagar pengaku, menara dan blok angkur Sistem kabel utama memikul beban terbagi merata simetris melalui bentuk parabolic klasik sehingga tidak terjadi defleksi, sedangkan fleksibilitas lentur akibat beban hidup antimetris dipikulkan pada gelagar pengaku. Makalah  ini menjelaskan cara modifikasi sistem kabel utama untuk mengurangi fleksibilitas lentur dan defleksi akibat beban hidup antimetris dan demikian meningkatkan kekakuan struktural . Cara pertama adalah sistem kelem kabel utama tunggal di tengah bentang yang mengikat kabel utama pada gelagar pengaku, yang me-reduksi defleksi maksimum sekitar 30 %  pada dimensi kabel utama dan gelagar pengaku yang dipertahankan sama. Sistem kelem kabel utama tunggal lajim digunakan pada jembatan gantung bentang sangat panjang. Cara kedua  adalah sistem kelem kabel utama ganda yang meningkatkan kekuatan kabel dan dengan demikian mereduksi fleksibilitas lentur dan defleksi sekitar 60%. Sistem kelem kabel ganda telah digunakan pada jembatan bentang panjang seperti Jembatan Barito-Kalimantan. Dengan menggunakan prinsip statika sederhana akan ditunjukkan bagaimana peningkatan kekakuan struktural terwujud pada penggunaan modifikasi sistem kabel utama tersebut, dengan syarat kelem bekerja sesuai fungsinya Kata kunci : jembatan gantung, sistem kelem kabel utama tunggal, sistem kelem kabel utama ganda, defleksi, kekakuan struktural ABSTRACT  A suspension bridge comprises of principal main elements : main cable, stiffening girder, tower and anchorage block. The main cable system carries symmetrical uniform distributed load through the classical parabolic shape resulting zero deflection, while the stiffening deck girder carries the bending flexibility caused by un-symmetrical live load. This writing describes the modification methods for the main cable system in order to reduce bending flexibility and deflection caused by anti symmetrical live load and thereby increasing structural stiffness. The first method is clamped single main cable system  at center span that ties the main cable to the stiffening girder, reducing maximum deflection around 30 % while enhancing main cable and stiffening girder dimensions. This clamped single main cable system is generally used in super long span suspension bridging. The second method is the clamped twin main cable system that increases cable strength and thereby reducing bending flexibility and deflection around 60%. The clamped twin cable system is used in long span suspension bridging, like the Barito bridge- Kalimantan. Using simple principals of statics it is shown how structural stiffness increase is obtained by using these modified main cable systems, providing the clamp is working according to its function. Key words : suspension bridge, clamped main cable system, clamped twin cable system, deflection, structural stiffness
EVALUASI BEBAN LAYAN JEMBATAN APUNG PEJALAN KAKI TIPE PELENGKUNG RANGKA BAJA BERDASARKAN UJI PEMBEBANAN Nugraha, Widi; Sukmara, Gatot
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 34 No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.903 KB)

Abstract

Jembatan apung adalah jembatan yang memanfaatkan daya apung benda yang relatif lebih ringan dibandingkan air dalam volume yang sama, sebagai pengganti fondasi pada tanah. Puslitbang Jalan dan Jembatan pada tahun 2015 memulai pengembangan jembatan apung tipe pelengkung rangka baja untuk pejalan kaki dengan menggunakan pontoon apung sebagai fondasi dari kaki jembatan pelengkung, sehingga diperoleh bentang yang cukup besar dan tinggi bebas di bawah jembatan yang lebih tinggi untuk keperluan lalu lintas perairan. Tipe jembatan apung ini merupakan tipe jembatan apung pertama yang dikembangkan di Indonesia. Oleh karena itu, dalam perencanaannya masih menggunakan asumsi-asumsi dalam pemodelan sehingga harus dibuktikan dan disesuaikan dengan perilaku sesungguhnya di lapangan setelah jembatan terbangun pada tahun 2016 di Sungai Segara Anakan, Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, dengan menggunakan metode uji pembebanan. Uji pembebanan dilakukan untuk mengetahui kapasitas jembatan yang sesungguhnya untuk difungsikan sebagai jembatan pejalan kaki, dan model struktur yang telah sesuai akan dapat dimanfaatkan untuk evaluasi kondisi jembatan. Uji pembebanan dilakukan dengan menggunakan beban uji berupa zak semen ukuran 40 kg sebanyak 120 buah yang setara dengan 30% dari kapasitas rencana. Beban uji tersebut ditempatkan pada jembatan dalam beberapa tahap untuk mengetahui perilaku dari struktur. Adapun parameter uji yang diamati antara lain deformasi dan tegangan pada elemen jembatan. Deformasi diukur dengan metode pengamatan secara geodetik dengan Total Station. Sedangkan tegangan diukur dengan memasang sensor strain gage pada elemen jembatan yang diamati. Dari hasil uji pembebanan didapatkan respon jembatan sesungguhnya terhadap beban kemudian dilakukan beberapa pemodelan, khususnya kondisi tumpuan dari jembatan. Dari beberapa pemodelan tersebut, didapat model struktur yang paling sesuai dengan kondisi sesungguhnya yaitu model struktur jembatan dengan pontoon yang dimodelkan sebagai elemen solid dengan tumpuan pontoon berupa pegas dengan koefisien 0.95 ton/m3, dan kondisi satu pontoon terkekang lateral dan satu pontoon bebas lateral, dimana terdapat pergerakan lateral pada pontoon akibat pembebanan yang berdeformasi ke arah darat. Dengan model tersebut, berdasarkan kriteria keamanan struktur dan aspek kenyamanan, struktur jembatan apung ini layak untuk difungsikan sebagai jembatan pejalan kaki dengan beban layan yang diijinkan yaitu setara 125% beban uji statis atau 112.5 kg/m2, atau 2 orang/m2 dengan berat rata-rata 55 kg per orang.
EVALUASI GAYA ELEMEN HANGER PADA JEMBATAN TIPE PELENGKUNG BAJA DENGAN PENDEKATAN METODE UJI GETAR Sukmara, Gatot
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 31 No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.557 KB)

Abstract

ABSTRAKJumlah jembatan tipe pelengkung yang memiliki elemen hanger sebagai penopang utama lantai jembatan sudah banyak dibangun di Indonesia. Pemeriksaan kondisi jembatan dilakukan secara rutin baik secara visual maupun pemeriksaan khusus untuk mengetahui tingkat keamanan struktur dimana berhubungan langsung dengan tingkat keselamatan penggunaan jembatan. Pengukuran besar gaya tarik hanger pada elemen jembatan dapat diketahui dengan cara lift off dan cara uji getar. Teknologi pemeriksaan jembatan berdasarkan cara uji getar semakin berkembang dimana salah satu aplikasi dari teknologi ini berupa pemeriksaan gaya hanger eksisting jembatan melalui pengukuran frekuensi alami elemen hanger dan konsep formula string theory. Pengujian dengan cara tidak merusak dilakukan untuk mengetahui mutu material parameter getaran dari hanger jembatan dimana parameter tersebut digunakan untuk evalusi dan analisis kapasitas elemen hanger jembatan. dari hasil evaluasi eksperimental dan analisis pemodelan struktur pemodelan struktur jembatan diperoleh bahwa kondisi eksisting hanger jembatan akibat beban lalu lintas kendaraan dalam kondisi linier elastis. Tingkat akurasi hasil pengujian di lapangan berada pada rentan nilai 4% sampai dengan 6,71% terhadap hasil analisis perhitungan gaya kabel pada pemodelan analisis struktur jembatan tipe pelengkung baja yang sudah dikalibrasikan terhadap parameter hasil eksperimental uji tarik elemen hanger jembatan.Kata kunci : uji getar, gaya tarik hanger, jembatan pelengkung baja, teori string, frekuensi alami
KRITERIA PENILAIAN MODEL AERODINAMIK JEMBATAN KABEL DALAM PENGUJIAN TEROWONGAN ANGIN (RATING CRITERIA OF AERODYNAMIC MODEL OF CABLE BRIDGES IN THE WIND TUNNEL TEST) Tristanto, Lanneke; Hardono, Setyo; Sukmara, Gatot
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 33 No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.566 KB)

Abstract

ABSTRAKGaya angin pada lantai jembatan kabel gantung dan beruji dipengaruhi oleh kecepatan dan sudut serang angin, perbandingan dimensi, bentuk dan ukuran penampang melintang serta gerakan lantai. Pengaruh tersebut direproduksi dalam terowongan angin dengan membuat model lantai jembatan. Model untuk pengujian aerodinamik jembatan kabel dipersiapkan dengan penskalaan prototipe jembatan aktual. Kesesuaian aerodinamik antara model dan prototipe jembatan kabel harus dirancang agar model mewakili karakteristik struktural prototipe. Pengujian terowongan angin menghasilkan beberapa informasi penting seperti kecepatan dan sudut serang angin kritis yang merupakan batas keamanan untuk stabilitas aerodinamik prototipe, pengurangan atau peningkatan osilasi dan perkiraaan amplitude maksimum. Makalah ini membahas perancangan model secara teoritis-eksperimental dalam menetapkan persyaratan penskalaan model, dan kriteria penilaian obyektif untuk evaluasi hasil pengujian terowongan angin dengan solusi praktis aplikatif. Jembatan beruji kabel Palibaja Sukabumi yang fleksibel dalam arah lateral dengan nilai perbandingan bentang lebar sebesar 54 ternyata tahan terhadap angin flutter berdasarkan rasio frekuensi torsi/lentur sebesar dua berdasarkan hasil uji getaran.  Hasil uji aerodinamik model lantai jembatan Palibaja mengungkap kemungkinan terjadinya gaya angkat dalam arah gaya berat jembatan, dengan solusi perforasi lantai. Kata kunci: model aerodinamik, penskalaan model, pengujian terowongan angin, kecepatan dan sudut serang angin, stabilitas aerodinamik, uji getaran jembatan, kriteria penilaian.  ABSTRACT The wind forces on the deck of suspended and stayed cable bridges are influenced by the critical wind velocity and attack angle, ratio of dimensions, shape and size of the cross section, and deck motion. These effects are reproduced in a wind tunnel, by constructing a deck model. The model for aerodynamic testing of cable bridgesis prepared by scaling of the actual bridge prototype. Aerodynamic similarity between model and prototype of a cable bridge has to be designed, thus the model represents the structural characteristics of the prototype. The wind tunnel test reveals some important information such asthe critical wind speed and attack angle as safety limit for aerodynamic stability of the prototype, decrement or increment of oscilation and the estimated maximum amplitude. This paper discusses theoretical experimental design methods in establishing model scaling requirements and anobyective rating criteria for evaluating wind tunnel test results with practical applicative solutions. The cable stayed bridge Palibaja Sukabumi which is flexible in lateral direction due to span width ratio of 54, is verified flutter resistant by the torsional flexural frequency ratio of two based on bridge vibration test results. The Palibaja aerodynamic deck model test reveals a possible uplift in bridge gravity direction, with deck perforation solution. Keywords: aerodynamic model, model scaling, wind tunnel test, wind velocity and attack angle, aerodynamic stability, bridge vibration test, rating criteria
UJI COBA MODEL FISIK SISTEM BRIDGE WEIGH IN MOTION SEDERHANA PADA JEMBATAN GELAGAR BAJA KOMPOSIT (TRIAL MODEL OF A SIMPLE BRIDGE WEIGH IN MOTION SYSTEM ON STEEL GIRDER COMPOSITE BRIDGE) Nugraha, Widi; Sukmara, Gatot
Jurnal Jalan-Jembatan Vol 35 No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.031 KB)

Abstract

ABSTRAK Pada umumnya, penggunaan sistem WIM untuk mengukur beban kendaraan dan lalu lintas di Indonesia saat ini masih mengandalkan sistem WIM temporer. Survei tersebut pada umumnya dilakukan untuk durasi paling lama satu minggu. Pada tahun 2015, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian PUPR (Pusjatan) mengembangkan sebuah sistem WIM yang relatif baru di Indonesia. Sistem WIM ini memanfaatkan struktur jembatan dengan mengukur respons elemen jembatan akibat beban kendaraan yang melintas sebagai data dasar untuk diolah dengan sebuah algoritma untuk menghitung beban kendaraan (sistem bridge WIM). Luaran dari sistem bridge WIM ini adalah beban kendaraan yang dihitung berdasarkan respons struktur jembatan dan kecepatan kendaraan yang dihitung berdasarkan selisih waktu saat kendaraan melintas pada dua sensor berurutan yang jarak antarsensornya diketahui. Pusjatan pada tahun 2016 melakukan implementasi dari konsep teknologi bridge WIM sederhana dengan memasang sensor strain transducer pada Jembatan Cipeles, sebuah jembatan gelagar baja komposit dengan panjang bentang 30 m, berlokasi di Ruas Jalan Nasional Bandung-Cirebon, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Proses kalibrasi dari sistem ini dilakukan dengan mengukur respons struktur jembatan untuk beban kendaraan truk yang beratnya diketahui. Hasil dari perhitungan beban kendaraan dengan bridge WIM sederhana ini memberikan simpangan terhadap pengukuran beban kendaraan statis. Hasil kalibrasi menunjukkan sekitar 3,87% perbedaan dengan muatan truk yang dikenal secara statis. Perhitungan kecepatan kendaraan menggunakan sistem bridge WIM ini, memberikan simpangan sebesar 9,3% dibandingkan terhadap pengukuran dengan speed gun untuk sepuluh kendaraan yang melintas di atas jembatan. Kata Kunci: jembatan, weigh in motion, sensor, beban kendaraan, kecepatan kendaraan ABSTRACT Generally, the use of a temporarily WIM system to measure vehicular loads and traffic are common practices in Indonesia. It takes about maximum one week of survey. In 2015, a relatively new WIM system in Indonesia is developed by IRE, Ministry of Public Works and Housing. This WIM system uses bridge structural responses due to vehicle loads as input to the system which is then calculated by using an algorithm to determine the vehicle loads (bridge WIM system). The output of this bridge WIM system are vehicle loads that are calculated by using bridge structural responses and vehicle speeds that are calculated by differences of vehicle passing time on two adjacent sensors, with the distances between them as defined. The bridge responses were measured by using strain transducers attached on the bridge. In 2016, IRE implemented a simple bridge WIM concept by installing strain transducer on Cipeles Bridge. This bridge is a steel girder composite bridge with 30 m span located in Bandung-Cirebon National Road, Sumedang Regency, West Java. To calibrate the system, bridge responses were measured by statically known truck load. The calibration results shows about 3,87% differences with statically known load truck. In addition, in terms of vehicle speed, it shows about 9,3% differences with speed gun measurements. Keywords: bridge, weigh in motion, sensors, vehicular load, vehicle speed
Kajian Analisis Struktur Jembatan Gantung Pejalan Kaki Asimetris Ganda (Hal. 32-42) Arifin, Altie Santika; Herbudiman, Bernardinus; Sukmara, Gatot
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 4, No 4: Desember 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (856.201 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v4i4.32

Abstract

ABSTRAKKeberadaan jembatan sangat membantu perkembangan ekonomi penduduk, karena terhubungnya satu wilayah dengan wilayah lainnya. JUDESA (Jembatan Untuk Pedesaan Asimetris) adalah jembatan gantung yang dikembangkan oleh Puslitbang Jalan Jembatan, didesain tipikal dapat mengakomodasi kebutuhan panjang jembatan dengan bentang 30 m hingga 120 m. Terdapat dua tipe JUDESA yaitu asimetris tunggal dan asimetris ganda. Penelitian ini mengkaji JUDESA asimetris ganda dengan bentang 120 m. Perubahan geometrik pada jembatan gantung memberi efek yang signifikan dalam aspek kekuatan struktur.  Pada penelitian ini diajukan alternatif konfigurasi batang penggantung dengan menggunakan dimensi dan mutu yang sama. Konfigurasi 1 menempatkan batang penggantung dengan jarak 2m sepanjang setengah bentang dan konfigurasi 2 menempatkan batang penggantung sepanjang bentang dengan jarak pisah 4m.  Pemodelan dan perencanaan jembatan gantung menggunakan SAP2000 ver.20. Dari hasil pemodelan dan pengecekkan, didapatkan konfigurasi model 2 menunjukan perilaku struktur yang lebih baik dengan beberapa parameter yang dijadikan acuan.Kata Kunci: jembatan gantung, asimetris ganda, konfigurasi batang penggantung ABSTRACTThe existence of the bridge is very helpful economic development of the population, because the connected one region with other areas. JUDESA (Jembatan Untuk Pedesaan Asimetris) is a suspention bridge that developed by Puslitbang Jalan Jembatan, designed to accommodate a tyipical bridge with span 30 m to 120 m. In this study will analysis double asymmetrical bridge with span 120 m. Changes of geometric have a significant effect on the suspention bridge. Type 1 have the configuration that hanger placed in every 2 m on the half-sapan. Type 2 have the configuration that hanger places ini every 4 m along the span. This suspention bridge modeling by used SAP2000 ver. 20. From the modeling and analysis, type 2 shows that configuration give the better structure performance with the parameter that used.Keywords: suspention bridge, double asymmetric, configuration of hanger
Studi Evaluasi Hubungan Defleksi Jembatan Akibat Perubahan Jenis Kabel dan Bentang pada Jembatan Suspension (Hal. 66-77) Firdausi, Infira Kamiliana; Herbudiman, Bernardinus; Sukmara, Gatot
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 4, No 4: Desember 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (774.331 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v4i4.66

Abstract

ABSTRAKStruktur kabel pada jembatan suspension berperan sebagai pemikul utama beban pada jembatan. Perbedaan jenis kabel akan memengaruhi nilai defleksi, tegangan kabel, dan tegangan pada gelagar. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dilakukan studi evaluasi terhadap nilai defleksi jembatan berdasarkan variasi jenis kabel dan variasi panjang bentang. Jenis kabel yang digunakan adalah IWRC 6×36, Spiral Strand Rope, dan Locked-coil Rope dengan bentang 80 meter, 160 meter, dan 200 meter. Sistem pembebanan pada model struktur mengacu pada Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No.02/SE/M/2010. Analisis struktur menggunakan program aplikasi SAP2000 versi 14. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada bentang ≤ 80 meter tidak ada perbedaan yang signifikan antara ketiga jenis kabel. Pada bentang 80 meter hingga 160 meter jenis kabel Spiral Strand dan Locked-coil mampu memberikan hasil defleksi yang lebih kecil daripada kabel IWRC 6×36. Sedangkan pada bentang 160 meter hingga lebih dari 200 meter jenis kabel yang paling efektif untuk digunakan adalah jenis kabel Locked-coil.Kata kunci: jembatan pejalan kaki, jembatan suspension, defleksi, jenis kabel ABSTRACTCable structure on suspension bridge act as the main support of the load on the bridge. The difference in the type of cable will affect the value of deflection, tension of cable, and the tension of girder. Due to that condition, then an evaluation study of bridge deflection value based on variation of cable type and span length was performed. Type of cables used are IWRC 6×36, Spiral Strand Rope, and Locked-coil Rope, while the variation of the span are 80 meters, 160 meters, and 200 meters. The load system on the bridge structure model referring to “Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No.02/SE/M/2010”. The analysis using 14th version of SAP 2000 aplication. The result of analysis shows that in the span less than 80 meters there are no such a significant  differences between the three types of cable. In the span of 80 meters to 160 meters, Spiral Strand and Locked-coil profide smaller deflection. While in the span of 160 meters to more than 200 meters, the most effective cable is Locked-coil cable.Keywords: pedestrian bridge, suspension bridge, deflection, cable type