Janny F. Polii
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap

Desain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara Linda Kantu; Patrice N.I. Kalangi; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 3: Juni 2013
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.3.2013.1397

Abstract

Kapal pukat cincin yang terbuat dari fiberglass semakin banyak digunakan. Akan tetapi informasi karakteristik kapal demikian yang dioperasikan di perairan Sulawesi Utara belum banyak tersedia. Penelitian ini dilakukan di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa untuk menggambarkan kembali bentuk kasko kapal pukat cincin 30 GT dan untuk mendapatkan karakteristik hidrostatis kapal tersebut dengan menggunakan program aplikasi Free!Ship. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapal ini cenderung memiliki bentuk lebih tinggi dan panjang dibanding kapal pukat cincin kayu, dan parameter hidrostatis berubah seiring bertambah draft kapal. Displacement, Aw, LCF dan koefisien bentuk akan semakin besar dengan bertambah draft, sedangkan LCB, KMl dan KMt akan menurun seiring bertambah draft kapal.
Pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan rawai pancang di perairan Desa Bajo Octavianus Rumbewas; Johny Wenno; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6084

Abstract

Rawai pancang adalah suatu alat penangkap ikan yang terdiri dari dua potong kayu pancang, dua utas tali sambung, dua buah kili-kili nomor 4, satu utas tali utama, 16 buah kili-kili nomor 7, dan 16 utas tali monofilament yang pada ujungnya diikat mata pancing nomor 15. Penelitian dilakukan dengan perlakuan berupa empat jenis umpan yang berasal dari irisan daging cumi (Sepia sp), ikan malalugis (Decapterus macarellus), ikan sardine (Amblygaster sp), dan ikan kebung (Rastrelliger sp) yang diacak. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriktif, didasarkan pada suatu studi kasus. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis umpan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil tangkapan. Hasil uji Beda Nyata Terkecil menunjukkan bahwa penggunaan umpan cumi sangat lebih baik dari umpan-umpan lainnya.
Studi tentang distribusi suhu dan salinitas pada lokasi penangkapan ikan layaran di Teluk Amurang Kasim Kasim; Janny F. Polii; K. W.A. Masengi
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6089

Abstract

Perairan Teluk Amurang yang terletak di Kabupaten Minahasa Selatan, merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial bagi masyarakat Sulawesi Utara.Nelayan melakukan penangkapan ikan hanya berdasarkan pengalaman untuk menentukan daerah penangkapan sehingga mereka memerlukan biaya yang besar dan waktu yang lama.Daerah penangkapan ikan layaran di perairan Teluk Amurang seyogianya dapat diketahui dengan memperhatikan parameter oseanografi, seperti suhu permukaan laut.Hal ini disebabkan karena setiap spesies ikan memiliki kisaran suhu tertentu yang sesuai dengan kebiasaan hidupnya yang dapat ditoleransi oleh tubuhnya sehingga dapat mempengaruhi penyebaran ikan di suatu perairan.Musim penangkapan ikan layaran di perairan Teluk Amurang masih belum pasti setiap tahunnya. Selain adanya tanda-tanda alami yang dapat diketahui oleh nelayan tentang  musim penangkapan , faktor oseanografi yaitu tentang distribusi suhu dan salinitas dilokasi penangkapan perlu diketahui.Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :1). Menentukan distribusi suhu dan salinitas pada lokasi penangkapan ikan layaran. 2). Menentukan distribusi suhu dan salinitas secara vertical dan horizontal sampai kedalaman 10 meter pada lokasi penangkapan ikan layaran. Ada beberapa titik di perairan Teluk Amurang yang merupakan lokasi penangkapan ikan layaran.Lokasi ini sudah diketahui oleh masyarakat nelayan secara turun temurun. Musim penangkapan ikan layaran dapat diketahui dengan adanya tanda-tanda diantaranya  keberadaanjenis ikan untuk umpan yaitu ikan peda cina (moon fish). Penelitian tentang studi distribusi suhu dan salinitas ini di laksanakan pada lima stasiun dan masing – masing stasiun ada lima titik lokasi penngkapan  yang ditentukan dengan koordinat. Ikan marlin mempunyai 3 jenis spesies, yaitu ikan marlin hitam, ikan marlin biru, dan ikan marlin loreng. Ikan ini memiliki nama lokal di beberapa daerah di Indonesia, seperti : Layaran, Setuhuk hitam , Meka, Setuhuk, Tumbuk dan Setuhuk. Masyarakat di sekitar teluk Amurang menyebut ikan ini dengan ikan layaran.Penangkapan ikan ini menggunakan alat tangkap tonda dan long line.Klasifikasi ikan layaran (Istiophorus sp.) (Saanin 1984) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata , Sub filum : Vertebrata , Kelas : Pisces , Sub kelas : Teleostei , Ordo : Percomorphi, Sub ordo : Scombroidea , Famili : Istiophoridae  , Genus : Istiophorus , Spesies : Istiophorus platypterus. Profil suhu hasil pengukuran di perairan Teluk Amurang selama 5 hari secara umum memperlihatkan berkurangnya suhu dari kedalaman 1 sampai 10 meter tetapi tidak mengalami perubahan yamg signifikan.Nilai salinitas hasil pengukuran di perairan Teluk Amurang selama 5 hari secara umum memperlihatkan meningkatnya salinitas dari kedalaman 1 sampai 10 meter tetapi tidak mengalami perubahan yang besar. Nilai suhu terendah terdapat pada stasiun 5 di kedalaman 10 meter yaitu 30,33 °C dan suhu tertinggi terdapat pada stasiun 2 di kedalaman 1 meter yaitu 30,87 °C. Nilai salinitas terendah terdapat pada stasiun 1 di kedalaman 1 meter yaitu 36,54 ‰ dan salinitas tertinggi terdapat pada stasiun 4 dan 5 di kedalaman 10 meter yaitu 38,10 ‰.
Pengaruh perbedaan ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan rawai pancang di Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan Edison Andarek; Mariana E. Kayadoe; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6090

Abstract

Berhasilnya suatu usaha perikanan, tergantung pada metode penangkapan suatu alat tangkap yang digunakan, yang harus sesuai dengan kondisi perairan setempat (Ayodhyoa, 1981), Rawai atau juga disebut sebagai long line merupakan sederetan mata pancing yang dipasang dengan tali cabang pada satu atau lebih tali utama.Panjang rawai bisa bervariasi dari yang pendek (beberapa meter saja) sampai yang sangat panjang (berkilometer).Dalam penelitian yang dilakukan, perbedaan ukuran mata pancing diteliti untuk dapat diketahui ukuran mata pancing yang cocok dengan kedalaman perairan pada lokasi penelitian yaitu di Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan. Masalah mendasar yang diteliti,yaitu: Apakah ada pengaruh ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan rawai pancang yang dioperasikan? Mata pancing ukuran berapakah yang memberikan hasil tangkapan yang banyak? Jenis-jenis ikan apa sajakah yang tertangkap? Tujuan utama penelitian ini adalah: Mengetahui pengaruh ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan ikan dengan alat tangkap rawai pancang, Mengetahui ukuran mata pancing yang paling cocok digunakan., Mengetahui jenis ikan yang tertangkap. Metode penangkapan rawai pancang dalam penelitian ini yaitu dengan menancapkan di laut kemudian setiap 3 jam dilakukan pengambilan hasil tangkapan dan penggantian umpan yang gagal tangkap. Hasil tangkapan dikumpulkan sebanyak 3 kali pengambilan setiap hari selama 8 hari. Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian berjumlah 125 ekor ikan demersal.Jenis ikan yang banyak tertangkap adalah ikan goropa loreng sebanyak 25 ekor (20%) dan banyak tertangkap pada mata pancing ukuran nomor 13. Berikutnya secara berurut adalah ikan lencam sebanyak 19 ekor (15,2%), ikan gorara sebanyak 16 ekor (12,8%), ikan gutila sebanyak 12 ekor (9,6%), ikan babagoni sebanyak 11 ekor (8,8%), ikan sembilan sebanyak 10 ekor (8%), ikan gaca sebanyak 9 ekor (7,2%), belut sebanyak 8 ekor (6,4%), ikan kakap sebanyak 7 ekor (5,6%), ikan goropa hitam sebanyak 6 ekor (4,8%) dan akhirnya ikan biji nangka sebanyak 2 ekor (1,6%). Jadi terdapat 11 jenis ikan yang tertangkap dan frekuensi terbanyak pada mata pancing ukuran nomor 13. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, pada taraf signifikansi 99% untuk perlakuan, sehingga secara statistik menerima hipotesis tandingan H1 dan menolak hipotesis dasar H0.Hal ini berarti bahwa keempat ukuran mata pancing sebagai perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil tangkapan rawai pancang. Hasil uji BNT menunjukkan bahwa penggunaan mata pancing ukuran nomor 13 berbeda nyata dengan ukuran nomor 14, berbeda sangat nyata dengan nomor 15 dan nomor 16. Mata pancing ukuran nomor 14 berbeda sangat nyata dengan nomor 16. Ukuran mata pancing nomor 14 tidak berbeda nyata dengan nomor 15 dan mata pancing ukuran nomor 15 tidak berbeda nyata dengan nomor 16. Kesimpulannya bahwa mata pancing ukuran nomor 13 lebih baik dari ketiga ukuran mata pancing lainnya.
Kajian aktivitas kapal pukat cincin pelagis kecil di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Fretsman Kasukare; Mariana E. Kayadoe; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 6: Desember 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.6.2014.6957

Abstract

Aktivitas kapal perikanan pukat cincin perlu ditunjang oleh pelabuhan yang memadai, sebaliknya pembangunan suatu pelabuhan perikanan harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mendukung keseluruhan kegiatan perikanan tangkap. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji aktivitas kapal-kapal pukat cincin pelagis kecil di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung; dan mengkaji kelayakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan kapal pukat cincin pelagis kecil. Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode deskriptif. Aktivitas keluar masuk kapal pukat cincin pelagis kecil ukuran 5-10 GT  selama tahun 2013, maksimum terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 75 kali. Kapal ukuran 11-20 GT, aktivitas maksimum pada bulan Juli sebanyak 25 kali. Kapal ukuran 21-30 GT, aktivitas maksimum pada bulan Juli sebanyak 95 kali. Kapal ukuran 31-50 GT banyak beraktivitas pada bula April-Mei; tetapi panjang dermaga belum mencukupi untuk bersandarnya kapal-kapal pukat cincin pelagis kecil. Tangki solar kapasitas 100 kl masih memadai memenuhi kebutuhan kapal-kapal pukat cincin pelagis kecil. Tetapi produksi es balok dan ketersediaan air bersih belum dapat memenuhi kebutuhan kapal setiap hari.
Studi efisiensi penggunaan bahan pada jaring insang rarape David Wakman; Isrojaty J. Paransa; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 1: Juni 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.1.2015.8336

Abstract

Jaring insang rarape tergolong ke dalam jaring insang dasar karena daya apungnya lebih kecil dibandingkan dengan daya tenggelamnya, yang pengoperasiannya dilakukan di sepanjang pesisir pantai pada perairan dangkal dengan memanfaatkan pasang surut. Konstruksi jaring insang rarape berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran yang tidak terlalu lebar dan memiliki panjang yang lebih jika dibandingkan dengan alat tangkap sejenis. Untuk membuat jaring insang rarape hanya jumlah mata arah dalam yang sesuai dengan apa yang tertera pada label sedangkan panjang jaring dalam keadaan terentang sempurna dan besar mata jaring tidaklah sesuai. Demikian pula dengan tali, ukuran panjangnya tidak sesuai dengan informasi pasar. Dari fakta yang ditemukan ini, maka dapatlah dipahami bila nelayan terkadang kekurangan bahan dalam membuat 1 unit jaring dengan panjang dan dalam tertentu yang telah mereka rencanakan, kalau ukuran bahan tidak diketahui dengan pasti, maka nelayan akan kesulitan dalam menyediakan bahan sesuai dengan kebutuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat selisih antara informasi pasar dan perhitungan langsung pada sebagian besar bahan pembentuk jaring insang rarape; Perhitungan langsung dapat mereduksi jumlah bahan sesuai dengan kebutuhan pembuatan jaring insang rarape dan terdapat selisih biaya bahan sebesar Rp. 173.305,00 dalam setiap unit jaring atau Rp. 7.972.030,00 untuk keseluruhan 46 unit jaring yang dibangun. Kata-kata kunci: rarape, informasi pasar, jaring insang, ukuran bahan, tali
Analisis usaha perikanan pukat cincin pada KM. Genesaret yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Pantai, Manado Mettrisk Yopie Kaihatu; Effendi P. Sitanggang; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 1: Juni 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.1.2015.8337

Abstract

Perikanan pukat cincin sudah cukup lama berkembang di Sulawesi Utara, namun permasalahan ekonomi usaha penangkapan pukat cincin ini masih belum dapat dituntaskan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah usaha perikanan pukat cincin KM. Genesaret yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa Manado, Untuk memaksimumkan keuntungan maka harus dinaikkan sampai tingkat yang optimum, setiap biaya per satuan produksi harus diperkecil. Cara lain yang bisa dilakukan adalah menekan biaya operasi sekecil mungkin dalam arti bahwa dapat mengatur proses serta pemanfaatan waktu penangkapan yang tepat. Pendapatan bersih KM. Genesaret pada tahun 2012 sebesar Rp. 3.335.946.250, sedangkan pada tahun 2013 sebesar Rp. 1.581.622.750, dan  Pada tahun 2014 sebesar Rp. 1.275.993.000. Biaya investasi sejumlah Rp. 475.000.000. Dan biaya Tetap sejumlah Rp. 30.666.700  Analisis Revenue Cost Ratio untuk melihat kelayakan usaha, apakah usaha tersebut memberikan keuntungan atau tidak. Dengan membandingkan pendapatan bersih yang sudah diperoleh dengan biaya yang sudah dikeluarkan. usaha pajeko KM. Genesaret dari tahun 2012 – 2014 memperoleh keuntungan, karena nilai Revenue Cost Ratio lebih besar dari satu. Hal ini disebabkan karena pendapatan yang diperoleh pengusaha lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Jadi satu biaya operasi yang dikeluarkan dalam setiap operasi penangkapan menghasilkan 1 hingga 2 kali lipat keuntungan.
Studi tentang kerusakan dan lama perbaikan kapal ikan yang melakukan perbaikan di Bengkel Latih Kapal Perikanan Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung I Nyoman Subawa; Effendi P. Sitanggang; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 2: Desember 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.2.2015.10406

Abstract

Perawatan adalah gabungan dari kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menjaga atau mengembalikan suatu peralatan menjadi seperti sediakala pada kondisi yang baik untuk dapat dipergunakan kembali. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan Februari 2015 di Bengkel Latih Kapal Perikanan milik Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan sampel kapal sebanyak 10 kapal ikan yang melaksanakan perbaikan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung, dan metode wawancara. Jumlah kapal yang melakukan perbaikan di bengkel: kerusakan ringan 4 unit kapal (40 %), kerusakan sedang 3 unit kapal (30 %), dan kerusakan berat 3 unit kapal (30 %). Lama perbaikan berdasarkan jenis kerusakan kapal adalah kerusakan ringan rata-rata 6 hari, kerusakan sedang rata-rata 9 hari, dan kerusakan berat rata-rata 45 hari. Kata-kata kunci: kerusakan, perbaikan, bengkel perikanan, Politeknik KP Bitung.
Distribusi hasil tangkapan pada soma landra rakit di perairan Teluk Manado Frisky J Tamaka; Emil Reppie; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 3: Juni 2016
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.3.2016.12328

Abstract

ABSTRACT
Kajian aspek teknis unit penangkapan kapal pole and line yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung (Study of technical aspects of pole and line fishing catching unit at Bitung Oceanic Fishing Port) Sutrisno .; Meta S. Sompie; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 6 (2017): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.6.2017.17008

Abstract

The objective of the research is to know technical aspect of pole and line fishing unit based at Bitung Oceanic Fishing Port. This thesis is expected to be an information for of Indonesia people especially North Sulawesi to efforts increase and development of pole and line fishing units. The method used in this thesis is descriptive method of technical aspects such as ship size, number of trips, number of anglers, number of catches. Data were analyzed descriptively by comparing technical variables that influence the catch, then the analysis result presented in graph. In general this research is a non hypothesis so that in the step of his research does not need to formulate of hypothesis. From the data of the research of the pole and line fishing gear in the Bitung Oceanic Fishing Port, where is the main ship size varies with length (L) from 25.37 to 28.75 m, breadt (B) from 4.50 to 5.17 m, depth (D) from 2.20 to 2.65 m, and length overall (Loa) from 30.55 to 33.15 m, and the size of fishing gear with the length of rod used varies also between 2.15 to 3.15 m, made entirely of bamboo material with a diameter of 3 cm. The length of the rope used varies from 2.50 to 3.10 m, made of nylon material, used fishing rods numbered 4 to 6, made of tin, the number of fishing gear that was taken each ship varies between 50 to 100 pieces. The number of catches from January to November 2016 skipjack (katsuwonus pelamis) of 7,922,288 kg with 218 trip trips, carried out by 8 ships with 20 to 25 persons.Keywords: ship size, number of trips, number of bait, number of anglers and catch ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk mengetahui aspek teknis unit penangkapan kapal pole and line yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi rakyat Indonesia khususnya Sulawesi Utara untuk kemudian dilakukan usaha peningkatan dan pengembangan unit penangkapan kapal pole and line.  Metode yang digunakan dalam Skripsi ini adalah metode deskriptif yaitu aspek teknis seperti ukuran kapal, jumlah trip, jumlah pemancing, jumlah hasil tangkapan dan ketersediaan umpan. Data dianalisis secara deskriptif yaitu dengan membandingkan variabel-variabel teknis yang mempengaruhi hasil tangkapan, selanjutnya hasil analisis disajikan dalam bentuk grafik. Pada umumnya penelitian ini merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Dari data hasil penelitian mengenai alat tangkap kapal pole and line yang berpangkalang di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, dimana ukuran utama kapal bervariasi dengan ukuran panjang (L) berkisar antara 25,37 – 28,75 m, Lebar (B) berkisar antara 4,50 – 5,17 m, Dalam (D) berkisar antara 2,20 – 2,65 m, dan panjang keseluruhan (Loa) berkisar antara 30,55 – 33,15 m, dan ukuran alat tangkap dengan panjang joran yang digunakan bervariasi juga antara 2,15-3,15 m, terbuat seluruhnya dari bahan bambu dengan diameter pangkal 3 cm. Panjang tali yang digunakan bervariasi dari 2,50-3,10 m, terbuat dari bahan nilon, mata pancing yang digunakan berukuran nomor 4-6, terbuat dari besi yang dilapisi timah, jumlah alat tangkap yang dibawa setiap kapal bervariasi antara  50-100 buah. Jumlah hasil tangkapan dari bulan Januari s/d November 2016 adalah: ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) sebanyak 7.922.288 kg dengan jumlah trip 218 trip, yang dilaksanakan oleh 8 buah kapal dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20 - 25 orang.Kata Kunci : Ukuran Kapal, Jumlah Trip, Jumlah Umpan, Jumlah Pemancing dan Hasil Tangkapan.