Emil Reppie
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Daerah penangkapan ikan dari kapal huhate yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Pantai Belang Dedy Suprianto; Emil Reppie; Johnny Budiman
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 2: Desember 2012
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.2.2012.1301

Abstract

Skipjack (Katsuwonus pelamis) is a leading economic activity in the fisheries sector of the North Sulawesi, commonly captured by pole and line fishing gear. To improve the fishing efficiency with the gear, it is indispensible to know the distribution of fishing ground and fishing seasons. This study was aimed describing the pole and line fishing gear and its fishing process, mapping the position of skipjack fishing ground landed in Belang Coastal Fishing Port, and predicting the skipjack fishing season, by using a descriptive method. Primary data gained by interviews and direct measurement techniques to know the position of fishing ground during fishing operation, supported by secondary data. Position data of skipjack catches landed at Belang port was plot on the base map as a thematic map. Fishing season was analyzed by comparing the average monthly catches and average total catches for the given year. Fishing ground of pole and line based in Belang Coastal Fishing Port for the year 2012 was situated in Moluccas Sea at geographical position 0000’5.48’’ N - 1016’2.12’’ N and 124004’5.48’’ E - 126022’5.38’’ E. Fishing season occurred in April for the first phase, then from July to September for the second phase, where the second phase is larger and longer.
Analisis kebijakan pemberdayaan masyarakat perikanan tangkap di Kota Manado David E.B.S. Ticoalu; Emil Reppie; Aglius T.R. Telleng
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 3: Juni 2013
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.3.2013.1363

Abstract

Masyarakat pesisir, termasuk nelayan di Kota Manado, telah banyak menerima bantuan lewat program pemberdayaan masyarakat pesisir, tetapi hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, dipandang perlu mengkaji kebijakan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kota Manado. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji penerapan hukum dan perundang-undangan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Penelitian ini dikerjakan dengan metode survei pada masyarakat pesisir di Kota Manado mulai bulan November 2012 sampai Januari 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi daftar pertanyaan, observasi dan telaah dokumen;  analisis data menggunakan perangkat lunak Decision Plus. Analisis SMART menunjukkan bahwa skor keputusan dalam proses pemberdayaan masyarakat pesisir ditentukan oleh empat komponen atribut, yaitu norma pelaku usaha perikanan, umpan balik, penyuluhan hukum dan sosialisasi. Hal ini juga didukung oleh hasil analisis hirarki. Analisis kontribusi menyatakan bahwa pemerintah dan masyarakat lebih dominan pada variabel pengawasan dan variabel moral; sebaliknya masyarakat dan pemerintah lebih dominan pada variabel sanksi.
Kajian fungsi bridle line pada jaring insang dasar Azwar Eguh Wahyuddin; Emil Reppie; Isrojaty J. Paransa
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 4: Desember 2013
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.4.2013.3560

Abstract

Jaring insang dasar yang dioperasikan di perairan berterumbu karang akan memberikan dampak kerusakan karang, karena tali pemberat jaring bersentuhan langsung dengan dasar perairan. Penggunaan bridle line pada bagian bawah jaring insang dasar diduga dapat meminimalkan kerusakan habitat dasar perairan. Tujuan penelitian ialah untuk membandingkan jumlah tutupan karang yang terangkat dan hasil tangkapan dari jaring yang menggunakan bridle line dengan jaring tanpa bridle line, serta mengidentifikasi hasil tangkapan. Penelitian ini didasarkan pada metode eksperimental. Pengumpulan data dilakukan dengan mengoperasikan enam unit jaring insang dasar dalam 10 trip di perairan pantai Kelurahan Sario Tumpaan, Teluk Manado. Tiga unit jaring menggunakan bridle line dan tiga unit lainnya tanpa bridle line. Analisis data dikerjakan menggunakan perbandingan nilai tengah contoh pengamatan berpasangan uji-t. Hasil analisis menunjukkan bahwa jaring insang dasar yang menggunakan bridle line memberi dampak kerusakan yang lebih kecil dibanding jaring tanpa bridle line. Jenis ikan hasil tangkapan dari kedua jenis jaring insang tersebut tidak berbeda.
Musim penangkapan ikan julung-julung (Hemirhampus sp.) dengan soma giop di Desa Leleoto Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara Yubelina Hibata; Mariana E. Kayadoe; Emil Reppie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 4: Desember 2013
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.4.2013.3569

Abstract

Ikan julung-julung (Hemirhamphus sp.) merupakan salah satu sumberdaya perikanan ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Desa Leleoto Kecamatan Tobelo Maluku Utara. Sumberdaya ini tergolong ikan pelagis yang hidup di perairan pantai cenderung oseanis, dan hanya terlihat bergerombol di sekitar perairan karang ketika akan memijah. Alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan julung-julung adalah soma giop roa, sejenis pukat cincin ukuran kecil. Tetapi informasi ilmiah tentang musim penangkapan ikan julung-julung belum banyak tersedia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis musim penangkapan ikan julung-julung dan mengetahui kontribusi ekonomi tangkapan julung-julung bagi nelayan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif yang didasarkan pada studi kasus; teknik pengumpulan data dikerjakan dengan cara mengisi daftar pertanyaan, wawancara, pencatatan, pengamatan langsung dan partisipasi aktif. Musim penangkapan ikan julung-julung dianalisis dengan membandingkan hasil tangkapan per satuan upaya bulanan dengan rata-rata hasil tangkapan per satuan upaya total pada tahun tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musim penangkapan ikan julung-julung di perairan pantai Desa Leleoto bervariasi setiap tahunnya, tetapi secara umum dapat dibagi ke dalam dua fase utama, yaitu fase pertama terjadi pada bulan Februari dan Maret; dan fase kedua terjadi sekitar bulan November. Kontribusi ekonomi hasil tangkapan julung-julung terhadap nelayan, terutama masanae belum cukup baik.
Evaluasi dampak perikanan tangkap terhadap sumber daya ikan dan lingkungan di Teluk Amurang Kabupaten Minahasa Selatan Waty Ch. Mamoto; Ivor L. Labaro; Emil Reppie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 4: Desember 2013
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.4.2013.4690

Abstract

Kegiatan perikanan tradisional di wilayah pesisir Teluk Amurang sering dianggap sebagai salah satu faktor yang mengakibatkan perubahan ekosistem perairan. Oleh karena itu, perlu mengevaluasi proses penangkapan ikan dari setiap alat tangkap yang digunakan oleh nelayan lokal. Sehingga tujuan penelitian ialah mengevaluasi dampak alat tangkap terhadap sumber daya perikanan dan habitatnya. Penelitian ini dilakukan melalui metode survei dengan pengamatan langsung terhadap proses penangkapan ikan; untuk mengetahui kerusakan fisik bentik akibat alat tangkap, adanya by-catch atau discard dan keragaman komposisi ikan hasil tangkapan. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di perairan Teluk Amurang terdiri dari 8 jenis, yaitu pancing dasar, pancing noru, soma paka, pukat pantai, sero tancap, jala lempar, bubu dan panah ikan; sedangkan jenis ikan yang umum tertangkap terdiri dari 15 jenis. Hampir semua jenis alat tangkap (75%) berpeluang memberikan dampak terhadap sumber daya ikan dan habitat lingkungan perairan di Teluk Amurang. Perlu menyeleksi, memodifikasi dan mengembangkan alat tangkap dan teknik pengoperasiannya ke arah yang lebih bertanggung jawab. Kegiatan perikanan tradisional di wilayah pesisir Teluk Amurang sering dianggap sebagai salah satu faktor yang mengakibatkan perubahan ekosistem perairan. Oleh karena itu, perlu mengevaluasi proses penangkapan ikan dari setiap alat tangkap yang digunakan oleh nelayan lokal. Sehingga tujuan penelitian ialah mengevaluasi dampak alat tangkap terhadap sumber daya perikanan dan habitatnya. Penelitian ini dilakukan melalui metode survei dengan pengamatan langsung terhadap proses penangkapan ikan; untuk mengetahui kerusakan fisik bentik akibat alat tangkap, adanya by-catch atau discard dan keragaman komposisi ikan hasil tangkapan. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di perairan Teluk Amurang terdiri dari 8 jenis, yaitu pancing dasar, pancing noru, soma paka, pukat pantai, sero tancap, jala lempar, bubu dan panah ikan; sedangkan jenis ikan yang umum tertangkap terdiri dari 15 jenis. Hampir semua jenis alat tangkap (75%) berpeluang memberikan dampak terhadap sumber daya ikan dan habitat lingkungan perairan di Teluk Amurang. Perlu menyeleksi, memodifikasi dan mengembangkan alat tangkap dan teknik pengoperasiannya ke arah yang lebih bertanggung jawab.
Pengaruh beberapa jenis umpan pada bubu paralon terhadap hasil tangkapan ikan karang di Selat Lembeh Wellem Bab; Ivor L. Labaro; Emil Reppie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 5: Juni 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.5.2014.5796

Abstract

Bubu dasar merupakan salah satu alat tangkap yang umum digunakan oleh masyarakat nelayan untuk menangkap ikan-ikan karang, karena kontruksi sederhana, relatif murah dan mudah dioperasikan. Perbedaan jenis umpan, diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap bubu  paralon. Namun informasi ilmiah seperti ini, khususnya pada ikan-ikan karang, belum banyak tersedia. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh umpan bubu paralon terhadap hasil tangkapan ikan-ikan karang; dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan di Selat Lembeh Kota Bitung; yang didasarkan pada metode eksperimental. Empat jenis umpan yang digunakan sebagai perlakuan, yaitu ikan layang (Decapterus macarellus), selar (Selaroides sp), tongkol (Euthynnus affinis) dan cumi (Loligo sp.). Data tangkapan dikumpulkan menggunakan 12 unit bubu paralon; dan data dianalisis menggunakan rancangan acak kelompok. Hasil tangkapan total sebanyak 128 ekor; yang terdiri dari 17 famili, 26 genus dan 38 spesies ikan. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis umpan pada bubu paralon memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil tangkapan. Uji BNT untuk perlakuan menyatakan bahwa penggunaan umpan cumi memberikan hasil tangkapan yang sangat lebih baik dibanding jenis umpan lainnya.
Komunitas ikan pada terumbu buatan untuk mendukung daerah penangkapan ikan alternatif di selat lembeh Kota Bitung Sulawesi Utara Junianti J. Soleman; Emil Reppie; Johnny Budiman
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 5: Juni 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.5.2014.6032

Abstract

Terumbu buatan merupakan salah satu dari sekian banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi tekanan penangkapan ikan dan perusakan terumbu karang alami; melalui penciptaan daerah penangkapan ikan baru yang produktif. Namun informasi ilmiah seperti ini, khususnya pada ikan-ikan karang, belum banyak tersedia. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini mempelajari komunitas ikan pada terumbu buatan, mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh, dan menilai apakah terumbu buatan yang telah dibangun dapat mendukung suatu daerah penangkapan ikan alternatif. Penelitian ini dilakukan di Selat Lembeh Kota Bitung; yang didasarkan pada metode deskriptif. Sembilan unit terumbu buatan dikonstruksi dalam bentuk balok berlubang dan disusun menyerupai piramid di dasar laut. Struktur komunitas ikan pada terumbu buatan diamati dengan menggunakan teknik underwater visual census (UVC) oleh dua orang SCUBA divers setiap minggu selama sebulan. Jumlah total ikan yang berasosiasi dengan terumbu buatan selama 4 kali pengamatan adalah 382 individu; terdiri dari14 famili, 18 genus dan 24 spesies. Kelimpahan spesies dinilai dengan indeks keragaman (2,57), indeks kekayaan (3,87) dan indeks keseimbangan (0,544), tergolong kriteria sedang. Ikan target yang teramati berasosiasi dengan habitat baru sebanyak 88%; hal ini menunjukkan bahwa terumbu buatan yang telah dibangun dapat mendukung daerah penangkapan ikan alternatif di perairan yang lebih dalam.
Pengaruh tambahan ekstrak minyak tuna pada umpan bubu paralon terhadap hasil tangkapan ikan-ikan karang John P. Mainake; Emil Reppie; Aglius T.R. Telleng
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6074

Abstract

Alat tangkap bubu telah digunakan dengan sangat beragam di seluruh dunia, tetapi konsep dasarnya adalah sama pada semua kasus di mana ikan atau hewan laut lainnya akan masuk ke dalam bubu melalui satu atau lebih pintu yang berbentuk kerucut. Keberhasilan alat tangkap bubu berumpan sangat ditentukan oleh aktivitas hidup ikan dalam hal mencari dan menangkap makanan. Pemberian ekstrak minyak ikan tuna pada umpan bubu paralon, diduga dapat meningkatkan hasil tangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian ekstrak minyak tuna pada umpan bubu paralon terhadap hasil tangkapan ikan-ikan karang. Penelitian ini dilakukan di perairan Selat Lembeh Kota Bitung; yang didasarkan pada metode eksperimental. Enam unit bubu paralon dioperasikan selama 10 malam untuk mengumpulkan data; dimana tiga unit bubu menggunakan umpan ikan layang yang disuntik dengan minyak ikan tuna, dan tiga unit lainnya menggunakan umpan ikan layang tanpa minyak ikan tuna; dan data tangkapan dianalisis dengan uji t. Tangkapan total berjumlah 75 ekor yang terdiri dari 14 famili, 23 genus dan 36 spesies; 45 ekor tertangkap pada umpan layang dengan minyak ikan tuna, dan 30 ekor tertangkap pada umpan layang tanpa minyak ikan tuna. Hasil analisis uji t menunjukan bahwa umpan bubu paralon yang diberi ekstrak minyak tuna menghasilkan tangkapan yang lebih baik dibandingkan dengan umpan tanpa ekstrak.
Asosiasi ikan pada dua bentuk terumbu buatan di perairan pantai Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara Yulita Anggaseng; Wilhelmina Patty; Emil Reppie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 6: Desember 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.6.2014.6933

Abstract

Wilayah pesisir Kota Manado terus mengalami perubahan karena adanya reklamasi pantai; dan pembangunan yang sedang dilakukan telah memberi dampak negatif terhadap keberadaan dan kualitas terumbu karang di area tersebut. Terumbu buatan dapat digunakan untuk rehabilitasi ekosistem perairan yang telah rusak. Penelitian ini bertujuan mempelajari struktur asosiasi ikan dan mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan di sekitar terumbu buatan tersebut. Penelitian dilakukan di perairan pantai Malalayang, yang didasarkan pada metode deskriptif. Empat unit terumbu buatan blok beton ditempatkan di dasar perairan (2 unit berbentuk balok kubus dan 2 unit berbentuk balok trapesium). Kehadiran jenis ikan di terumbu buatan diamati dengan teknik underwater visual census (UVC) oleh dua orang penyelan  SCUBA setiap minggu selama sebulan. Jumlah total ikan yang berasosiasi di terumbu buatan ada 225 individu; terdiri dari 12 famili, 18 genus, dan 29 spesies. Indeks keragaman relatif sama di antara kedua bentuk terumbu buatan (masing-masing 2,55 dan 2,49); indeks kekayaan masing-masing 4,93 dan 4,35. Hal ini menunjukkan bahwa kelimpahan ikan di terumbu buatan blok beton di perairan pantai Malalayang diklasifikasikan sedang.
Perbandingan hasil tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di Laut Maluku K Karyanto; Emil Reppie; Johnny Budiman
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 6: Desember 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.6.2014.6960

Abstract

Pancing ulur tuna telah digunakan secara luas oleh nelayan di Laut Sulawesi dan sekitarnya untuk menangkap ikan pelagis besar dengan kapal-kapal ukuran kecil. Walaupun konstruksinya telah berkembang sejak lama, tetapi masih memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi penangkapan dan selektivitasnya. Keberhasilan penangkapan tuna hand line, di samping dipengaruhi oleh umpan, juga dipengaruhi oleh teknik pengoperasian. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hasil tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di perairan Maluku. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-November 2014 dengan menggunakan KM. Coelacanth dan KM. Melati 27, masing-masing sebanyak 6 trim. Dua teknik pengoperasian tuna hand line yang berbeda adalah 1. umpan alami pemberat batu dan tinta cumi (KM. Coelacanth), 2. umpan alami dengan kantong hambur (KM Melati 27). Hasil tangkapan KM. Coelacanth sebanyak 111 ekor madidihang (Thunnus albacares), 28 ekor tuna mata besar (Thunnus obesus), 14 ekor marlin (Makaira sp.), dan 8 ekor layaran (Istiophorus sp). Hasil tangkapan KM. Melati 27: 101 ekor madidihang dan 9 ekor tuna mata besar. Hasil analisis uji t terhadap jumlah tangkapan menunjukkan bahwa penggunaan umpan alami berpemberat batu dan tinta cumi tidak berbeda nyata dengan hasil tangkapan menggunakan umpan alami kantong hambur.