Iwan Setiawan
Sekolah Tinggi Teologi Arrabona Bogor

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENDERITAAN MENURUT ROMA 8:18-25 DAN IMPLIKASINYA BAGI GEREJA TUHAN MASA KINI Iwan Setiawan
Missio Ecclesiae Vol. 6 No. 2 (2017): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v6i2.73

Abstract

Penderitaan adalah kata yang sering dihindari oleh manusia termasuk orang percaya. Selain itu situasi zaman sekarang yang semakin menekan umat manusia, seperti yang dikatakan Tuhan Yesus bahwa zaman akhir dunia ini ditandai bukan oleh perdamaian, melainkan oleh peperangan yang bertambah-tambah (Mat. 24:6). Banyak martir di negara-negara komunis yang menjadi korban kekerasan dan penindasan, yang mengakibatkan penderitaan. Mengenai Indonesia, meskipun bukan negara komunis atau negara terlarang untuk Injil, namun ratusan gereja telah dirusak dan dibakar, yang mengakibatkan korban yang cukup banyak. Ada cukup banyak kesaksian tentang penderitaan orang percaya karena iman mereka kepada Kristus, namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak orang percaya yang belum memahami arti penderitaan itu. Hal ini nampak pada seringnya jemaat disuguhkan Firman Tuhan yang menawarkan kesenangan hidup belaka, tanpa harus mengalami penderitaan. Karena itu mereka lebih banyak melarikan diri, putus asa dan kecewa ketika mengalami penderitaan, padahal sesungguhnya penderitaan tidak dapat dihindari, namun yang dimaksudkan penulis adalah cara menanggapi penderitaan itu harus sesuai dengan apa yang Tuhan ajarkan, yaitu bahwa penderitaan yang dialami manusia itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan (Rm. 8:18). Paulus menegaskan bahwa bahwa orang percaya akan mengalami penderitaan, namun penderitaan itu hanya sedikit atau sebagian kecil dari kemuliaan yang akan dinyatakan. Penderitaan dan hawa nafsu terjadi karena dunia ini memang berdosa. Penderitaan yang diderita umat manusia terjadi setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa. Masa sekarang ini semuanya jahat, diwarnai oleh dosa, kematian dan kebinasaan. Suatu ketika akan datang hari Tuhan, yaitu hari penghakiman, ketika dunia akan digoncangkan sampai ke dasarnya; tetapi sesudah itu akan datang suatu dunia baru. Ketika Paulus menggambarkan ini, ia memakai pengertian yang setiap orang Yahudi sudah mengenal dan mengerti. Ia berbicara tentang masa sekarang dan tentang kemuliaan yang akan dinyatakan. Dengan demikian, yang dimaksud Paulus dalam bagian ini adalah keyakinan kita bahwa penderitaan sekarang tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan datang yang akan dinyatakan kepada kita orang yang percaya kepada-Nya. Jadi penderitaan yang kita tanggung sebagai pengikut Kristus menunjukkan keikutsertaan kita dalam penderitaan Kristus, dan dapat disebut juga “menggenapkan apa yang belum tercakup dalam penderitaan Kristus”, supaya kita dapat bersekutu dengan Kristus dalam penderitaan-Nya. Dengan demikian pengharapan di sini berarti harapan adanya suatu keyakinan dan kepastian bahwa orang percaya akan dibebaskan atau dimerdekakan dari kesia-siaan. Tuhan telah mengaruniakan Roh Kudus sebagai jaminan pemberian lebih besar yang akan diterima di masa depan. Inilah pengharapan orang percaya, yaitu penantian penuh keyakinan akan berkat-berkat yang dijanjikan yang sekarang belum ada atau belum tampak. Tidak ada ketekunan yang tidak diawali dengan penderitaan. Ketekunan disediakan bagi kita sebagai hasil penderitaan. Orang yang menolak penderitaan dengan mengeluh dan mencari jalan keluar sendiri tidak akan memperoleh ketekunan.
Kajian Teologis Terhadap Status Perempuan Dalam Perjanjian Baru Iwan Setiawan; Chresty Thessy Tupamahu; Martono Martono; Yulia Vriska Tripena
Missio Ecclesiae Vol. 10 No. 2 (2021): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v10i2.143

Abstract

Allah menjadikan perempuan supaya menjadi penolong bagi seorang laki-laki bukan menjadi kenikmatan para lelaki. Sikap ajaran Yesus tentang Perempuan sangat berbeda dengan ajaran Yudaisme tentang Perempuan pada masa Yesus hidup di dunia. Ajaran Yudaisme didominasi oleh kaum laik-laki yang kurang menghormati kaum perempuan. Perbedaan antara laik-laki dan perempuan sedemikian besar sehingga perempuan tidak dapat bergabung dengan laki-laki setaraf dalam Pendidikan agama atau dalam ibadah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman secara teologis mengenai status perempuan dalam Perjanjian Baru. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan penelitian literatur. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perempuan diakui harkat dan martabatnya, bahkan perempuan menjadi rekan kerja Yesus di sepanjang pelayanan-Nya. Bahkan perempuan juga menjadi rekan kerja Rasul Paulus dalam pelayanannya, sehingga tidak dapat disangkal bahwa perempuan juga dapat mengambil peran dan kedudukan yang sangat penting di dalam gereja dengan porsi masing-masing. Dalam Perjanjian Baru bagi orang Yahudi perempuan adalah kaum yang lemah, sehingga tindakan mereka dibatasi, hak dan kewajiban serta peran mereka juga dikurangi bahkan tidak jarang perempuan juga diperbudak dan diperlakukan secara tidak adil. Tetapi Yesus Kristus hadir untuk membawa perubahan yang besar bagi kaum Marginal termasuk perempuan, yaitu pembebeasan dari belenggu dab sikap diskriminatif. Kini mereka diberikan hak dan kesempatan yang sama untuk melakukan hal-hal positif termasuk kesempatan untuk melayani Tuhan.
Menyelesaikan Pekerjaan Tuhan Berdasarkan Yohanes 4: 34 Iwan Setiawan; Elisabeth Ngana Hama Ayli; Chresty Thessy Tupamahu; Elri Masniari Saragih; Risart Pelamonia
Manna Rafflesia Vol. 8 No. 2 (2022): April
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.873 KB) | DOI: 10.38091/man_raf.v8i2.217

Abstract

Completing His work is the duty of every believer who serves God with the main task of preaching the gospel of the Kingdom of God. The fact is that there are still believers who serve God without having the right understanding and motivation, one of which is only to pursue material things. As a result, many believers specifically those who are called to be servants of God resign or quit the ministry for worldly reasons. The purpose of this research is to find out the meaning, methods, and authority in 'finishing God's work' according to John 4: 34 so that believers who are called as servants of God have the right understanding and view and are able to implement it in real life. The method used is a qualitative method that focuses on a literature review. The results of the study are: First, the meaning of completing His work is a perfect act that has been carried out by the Lord Jesus, but continues, so that Jesus wants His work to be done by every believer with confidence and sincerity. Second, the way to accomplish His work is to do His will, by bringing souls to God. Third, the authority to complete His work only from God who sent.
DASAR SPIRITUAL MANAJEMEN KONFLIK GEREJA MULA-MULA: MENURUT KITAB KISAH PARA RASUL Dihamri; Iwan Setiawan; Nurmintan Silaban; Sujsan Silvia Moningka
Manna Rafflesia Vol. 9 No. 2 (2023): April
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38091/man_raf.v9i2.324

Abstract

Conflict management is a method used to guide interactions within a social group, both between individuals and groups, to create harmony. In this context, it deals with conflict management within the church to create harmony and peace. But the fact is that many churches today are experiencing internal and external conflicts, not a few of which eventually the church has split, and many church denominations have broken up because they cannot resolve a conflict. The church does not have a reasonable basis for conflict management, so problem-solving tends to follow logic rather than the leading of the Holy Spirit or spiritual things. The purpose of this study is to explain the essential conflict management of the early church based on the Acts of the Apostles so that it can be a reference for today's church in resolving conflicts that occur within the church. The method used is a qualitative approach with an analytical description method, describing it in a hermeneutic way, namely by interpreting several verses in the story of the apostles, which then become the basis for conflict management. Researchers obtained research results: First, the Early Church Lived in Repentance. Second, the Early Church Lived in the Teachings of the Apostles or the Word of God. Third, the early church lived in prayer and close communion. Fourth, the Early Church Established Good Communication. Fifth, the Early Church Did Not Live in Selfishness.
Kontekstualisasi menurut Kisah Para Rasul 17:16-34 Iwan Setiawan; Reagen Petrus Banea
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 12 No 2 (2023): Januari-Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v12i2.227

Abstract

Pelaksanaan kontekstualisasi tidak semudah yang dibayangkan, karena manusia adalah makhluk sosial yang terdiri dari adat istiadat dan kebudayaan yang berbeda-beda, maka sangatlah penting untuk mengerti dan memahami perlunya kontekstual dalam melakukan pemberitaan injil. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana kontekstualisasi dapat menolong orang percaya dalam melakukan penginjilan di tengah-tengah keberagaman budaya dan adat istiadat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kontekstualisasi adalah suatu tindakan sebagai refleksi dari setiap orang percaya kepada Tuhan, berupaya untuk menjelaskan iman kristen dalam konteks ruang dan waktu tertentu. Menurut Kisah Para Rasul 17:16-34 menjelaskan beberapa hal mengenai kontekstualisasi yang Paulus lakukan, yaitu kontekstualisasi lahir dari hati yang terbeban. Kontekstualisasi dilakukan dengan cara bertukar pikiran, memuji budaya orang Atena dan memberitakan tentang Injil Yesus Kristus. Dan dampak dari kontekstualisasi yaitu: dampak positifnya adalah orang menjadi percaya dan dampak negatifnya adalah pemberita injil dapat mengalami penolakan.
Air Bah Nuh: “Bukti-Bukti Yang Masih Terus Dicari” Iwan Setiawan; Hotman P. Simanjuntak; Elvin Paende; Yuliana Lu
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 1 (2022): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i1.164

Abstract

Air Bah adalah peristiwa yang mengundang banyak kontroversi, terutama antara pandangan para teolog dan ilmuwan, apakah Air Bah itu global atau lokal dan apakah itu mitos atau fakta? Banyak pendapat yang memberikan alasan terjadinya peristiwa Air Bah menurut versinya masing-masing. Pendapat terkadang bertentangan tetapi terkadang mendukung. Diakui untuk menyatukan dua pendapat ini tidak mudah, karena masing-masing punya alasan tersendiri. Para teolog menjelaskan pendapat mereka atas dasar Biblika sebagai sumber utama mereka, sementara para ilmuwan mendasarkan bukti empiris mereka pada fakta-fakta yang mereka temukan. Tidak mudah untuk mencapai titik temu. Oleh karena itu, untuk melihat permasalahan apa yang akan dicari dari perbedaan banjir ini, maka harus dicari sumber yang kompeten dari masing-masing pendapat. Baik dari sudut pandang para teolog maupun dari sudut pandang para ilmuwan, akan terlihat di mana tepatnya perbedaan pandangan itu terjadi dan di mana kesamaan pandangan tersebut. Baik penemuan dari sudut teologi (Alkitab) maupun dari sudut geologi, arkeologi, sehingga dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki persamaan dan perbedaan penemuan masing-masing berdasarkan perspektif masing-masing.
Prinsip-Prinsip Kekudusan Berdasarkan 1 Tesalonika 4:1-8 Iwan Setiawan; Arvince Malo; Astika Maya Bani; Rut Srimulyani Bani; Eko Juniarto
Jurnal Teologi Injili Vol. 3 No. 2 (2023): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi ATI Anjungan Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55626/jti.v3i2.58

Abstract

Hidup dalam kekudusan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan orang pecaya. Tanpa kekudusan manusia tidak berkenan dan tidak dapat berkomunikasi atau bersekutu dengan Allah. Tetapi yang nyata dalam zaman ini adalah manusia hidup dalam keberdosaan dan menjadi hal yang biasa dengan hidup dalam percabulan, hawa nafsu, pembunuhan, seks diluar nikah, dan juga saling memfitnah. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian ustaka yaitu dengan cara mencari dan menggunakan sumber-sumber untuk menemukan data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian dengan maksud untuk mendapatkan sumber alternatif yang berkaitan dengan judul sehingga bisa menjawab masalah yang terjadi pada konteks saat ini. Tujuan Penelitian adalah untuk menemukan prinsip-prinsip kekudusan dalam 1 Tesalonika 4: 1-8 supaya prinsip-prinsip ini menjadi nilai dasar yang dapat digunakan orang percaya dalam konteks masa kini. Hasil penelitian yang didapat adalah berkenaan dengan prinsip-prinsip kekudusan yaitu Hidup Berkenan kepada Allah, Hidup Menjauhi Kejahatan, Hidup Tidak Menolak Allah. Tiga bagian ini menjadi hal yang mendasar yang harus dimiliki orang percaya dalam menjalankan prinsip dan nilai kekudusan.
Signifikansi Hidup Baru Menurut Roma 6:1-4 bagi Orang Percaya Masa Kini Iwan Setiawan; Andy Witra Waruwu; Ardius Aritop Lede; Rambu Agnes Tasya Djawaray; Mia Kristin Andriastuti
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 2 No 2 (2023): November
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v2i2.246

Abstract

Kehidupan seorang yang telah lahir baru menuntut adanya perubahan yang serius dan radikal, perlu adanya komitmen yang kuat dan kerja keras untuk meninggalkan kedagingan, manusia lama dan mulai mengenakan manusia baru. Hidup baru seharusnya menghasilkan perubahan dan pembaharuan hidup yang seturut dengan firman-Nya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka yaitu berupaya untuk menguraikannya dengan cara hermeneutik yaitu sebuah metode yang mengekpresikan, menterjemahkan dan menafsirkan, sumber bahannya adalah teks Alkitab dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman dari teks alkitab. Tujuan penelitian ini adalah menemukan prinsip-prinsip hidup baru berdasarkan Roma 6: 1-4 supaya orang percaya masa kini memahami pentingnya hidup baru sehingga dapat mengambil keputusan untuk hidup menjalani dalam kehidupan yang baru. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dasar hidup baru yaitu kasih karunia dan kematian Kristus, hidup baru adalah mati bagi dosa, hidup baru adalah dibaptisan, dikuburkan, dan dibangkitkan dalam kematian Kristus, hidup baru adalah hidup dalam kehidupan yang baru.
Implementasi Kuasa Kasih Kristus berdasarkan Roma 8:35-39 bagi Orang Percaya Masa Kini Iwan Setiawan; Samuel; Ruth Fulcher Hutabarat; Novillia Dian Bitriyani; Ni Made Tirza Agustiani
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 2 No. 1 (2024): Februari 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v2i1.20

Abstract

Abstract: God's love is the highest and most noble than anything else. God's love for sinners is expressed through His Son who became the savior to die for sins as an intermediary for sinners to God. There are many people who do not realize how great the power of God's love is in their lives because of the various things they have experienced, so they live in fear, doubt, and disbelief due to the suffering they have experienced. The research method used is descriptive, namely a method used in researching the status of human groups, objects, research conditions, systems of thought or a class of events in the present which aims to create good and systematic, factual descriptions, images or paintings. The hermeneutic method means expressing, translating, interpreting. The hermeneutic source material is Romans 8: 35-39 with the aim of achieving an understanding of the meaning. The research results obtained are that nothing can separate from the power of Christ's love, the power of Christ's love makes believers more than winners, the power of Christ's love is above all. So that the implementation of the power of Christ's love is based on the belief that nothing will separate believers from the Love of God that is in Christ Jesus, this makes believers selfless, generous and kind, because Christ's love is so great that they have confidence. to be able to share it with others. Abstrak: Kasih Allah yang paling tinggi dan paling mulia dibanding apapun. Kasih Allah kepada orang-orang berdosa dinyatakan melalui AnakNya yang menjadi juruselamat untuk mati menebus dosa menjadi perantara orang berdosa kepada Allah. Ada banyak orang yang tidak menyadari betapa besar kuasa kasih Allah dalam hidupnya karena berbagai hal yang dialaminya sehingga mereka hidup dalam ketakutan, keraguan, ketidakpercayaan akibat penderitaan yang dialami. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode yang digunakan dalam meneliti status kelompok manusia, objek, riset kondisi, sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara baik dan sistematis, factual. Metode hermeneutika berarti mengekspresikan, menerjemahkan, menafsirkan. Bahan sumber hermeneutikanya adalah Roma 8: 35-39 dengan tujuan untuk mencapai pemahaman makna. Hasil penelitian yang diperoleh adalah tidak ada yang dapat memisahkan dari kuasa kasih Kristus, kuasa kasih kristus menjadikan orang percaya lebih dari pemenang, kuasa kasih kristus di atas segalanya. Sehingga implementasinya kuasa kasih Kristus didasari oleh keyakinan bahwa tidak akan ada yang memisahkan orang percaya dari Kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, hal itu membuat orang percaya tidak mementingkan diri sendiri, menjadi murah hati dan baik hati, karena begitu besarnya kasih Kristus sehingga memiliki keyakinan untuk dapat membagikannya kepada orang lain.
Prinsip-prinsip Rohani Keyakinan Kepada Kristus:: BERDASARKAN ROMA 14: 3-5 Iwan Setiawan; Yohanes Sianipar; Stephen Laoli; Ester Nanda Putri Murcasari; Anik Ernawati
THEOLOGIA INSANI: Jurnal Theologia, Pendidikan, dan Misiologia Integratif Vol. 3 No. 2 (2024): Juli
Publisher : STAK Reformed Remnant Internasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58700/theologiainsani.v3i2.74

Abstract

This research aims to provide a comprehensive understanding of the principles of belief in Christ based on Romans 14: 3-5 so that today's believers have an understanding of their belief in Christ. The research method used is a literature review, attempting to explain it in a hermeneutic way by interpreting the biblical text contained in Romans 14: 3-5 using reference books, and scientific articles relating to the topic of belief in Christ. The research results obtained are: First, belief in Christ makes believers live without judging each other. Second, believing that humans are accepted by God. Third, believe that there is God's presence or protection. Fourth, believers must have faith in their hearts. Belief in Christ is the only guarantee of eternal life that believers in Christ can have, belief is true belief, without the slightest doubt in it.