Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENCEGAHAN RESIKO STUNTING PADA ANAK DENGAN CARA MENGKONSUMSI MENU GIZI SEIMBANG DESA TURI REJO KABUPATEN DEMAK Nila Putri Purwandari; Sri Hartini; Devi Setya Putri; Gardha Rias Arsy; Emma Setiyo Wulan
Jurnal Pengabdian Masyarakat: Pemberdayaan, Inovasi dan Perubahan Vol 3, No 4 (2023): JPM: Pemberdayaan, Inovasi dan Perubahan
Publisher : Penerbit Widina, Widina Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59818/jpm.v3i4.566

Abstract

ABSTRACTStunting is a condition where a child's height is shorter than other children of the same age. One of the causes of stunting is malnutrition since in the womb and in the early days of a child's birth. However, stunting only appears after the child is two years old. The first 8000 days of life program is one of the steps that can be taken to break the stunting cycle, which in this program starts from conception until individuals are 19 years old. One of the main causes of stunting is poor parenting practices due to lack of parental knowledge about health and nutrition before pregnancy and after birth, children aged 0-6 months do not get exclusive breastfeeding, and low quality complementary food for breastfeeding (MP-ASI). . Prevention of stunting by paying attention to providing balanced nutrition on the first 1000 Days of Birth (HPK) with the main target being pregnant women, children aged 0-6 months, children aged 7-23 months, children aged 2-5 years, children aged 5-9 years , and children aged 10-19 years. Balanced nutrition guidelines are the government's efforts to promote a healthy lifestyle through a healthy diet, physical activity and clean living.ABSTRAKStunting merupakan sebuah kondisi dimana tinggi badan anak ternyata lebih pendek disbanding tinggi badan anak lain dengan usia sebaya. Stunting salah satunya disebabkan karena kekurangan gizi sejak dalam kandungan dan pada masa awal anak lahir. Namun, kondisi stunting baru Nampak setelah anak berusia dua tahun. Program 8000 hari pertama kehidupan merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk memutus siklus stunting, dimana pada program ini dimulai sejak terjadinya konsepsi hingga individu berusia 19 tahun. Penyebab utama stunting yaitu salah satunya praktek pengasuhan yang tidak baik akibat kurangnya pengetahuan orang tua tentang Kesehatan dan gizi sebelum masa kehamilan dan setelah kelahiran, anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang kurang berkualitas. Pencegahan stunting dengan cara memperhatikan pemberian gizi seimbang pada 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) dengan sasaran utama pada Ibu hamil, anak usia 0-6 bulan, anak usia 7-23 bulan, anak usia 2-5 tahun, anak usia 5-9 tahun, dan anak usia 10-19 tahun. Pedoman gizi seimbang merupakan upaya pemerintah untuk mempromosikan gaya hidup sehat melalui pola makan yang sehat, aktivitas fisik, dan hidup bersih.
Optimalisasi Kader Keperawatan Kesehatan Jiwa Peduli Paliatif di Desa Binaan Jepang Pakis Kabupaten Kudus Gardha Rias Arsy; Wahyu Yusianto; Rubiyanto Rubiyanto; Kamal Agus Efendi; Emma Setiyo Wulan
Jurnal Pengabdian Kesehatan Vol 6, No 3 (2023): Jurnal Pengabdian Kesehatan "Juli"
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIKES Cendekia Utama Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31596/jpk.v6i3.371

Abstract

Perawatan paliatif memberikan peran penting dalam perawatan kesehatan jangka panjang. Pada individu yang mengalami gejala yang berkaitan dengan nyeri, penyakit, dan penuaan, perawatan paliatif memberikan dukungan dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Pemberian pelayanan keperawatan membantu pasien mendapatkan perawatan paliatif yang mereka butuhkan untuk bantuan jangka panjang dari gejala serta peningkatan rasa kesejahteraan. Tujuan utama dari perawatan paliatif yaitu untuk mengurangi atau menghilangkan gejala yang menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Gejala yang berkaitan dengan penyakit seperti kanker, Parkinson, diabetes, dan Alzheimer semuanya dapat menyebabkan pasien mencari perawatan paliatif. Bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan kader kesehatan jiwa tidak hanya terfokus pada sakit fisik melainkan juga psikologis. Adapun tujuan dari kegiatan posyandu kesehatan jiwa adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemeberian pendidikan kesehatan jiwa, pencegahan dan penanganan secara dini dalam pemberian pelayanan kesehatan jiwa dimasyarakat. Sasaran Posyandu Kesehatan Jiwa cukup luas mencakup semua masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan jiwa tidak hanya terfokus pada masyarakat dengan gangguan jiwa berat. Posyandu Kesehatan Jiwa memiliki beberapa kegiatan rutin yaitu: 1) Kegiatan mendata jumlah pasien gangguan jiwa berat yang ada di desa binaan tersebut. 2) Kegiatan memberikan pemeriksaan dengan melibatkan pihak puskesmas dan instansi pendidikan kesehatan disekitar wilayah binaan dengan jangka waktu 1 bulan sekali. 3) Mendeteksi dini masyarakat yang memiliki resiko potensi mengalami gangguan kesehatan jiwa, 4) Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks masa tubuh, dan tekanan darah, 5) Kegiatan komunikasi teraupetik pada pasien gangguan jiwa yang sudah didata, 6) Kegiatan mendata proses pencetus terjadinya gangguan kesehatan jiwa, 7) Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam penanganan pra rujukan bagi pasien.