Iswinarno Doso Saputro
Departemen Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENINGKATAN JUMLAH FIBROBLAS DALAM PENYEMBUHAN LUKA DENGAN ALLOGENIC FREEZE-DRIED PLATELET-RICH PLASMA (PRP) Iswinarno Doso Saputro; Sitti Rizaliyana; Dhitta Aliefia Noverta
Jurnal Rekonstruksi dan Estetik Vol. 6 No. 1 (2021): Jurnal Rekonstruksi dan Estetik, Juni 2021
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.752 KB) | DOI: 10.20473/jre.v6i1.28226

Abstract

Highlights: Adanya peningkatan yang signifikan dalam jumlah fibroblas pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol pada hari ke-3, hari ke-9, dan hari ke-14. Penggunaan allogenic  freeze-dried Platelet-Rich Plasma (PRP) dapat meningkatkan jumlah fibroblas untuk penyembuhan luka. Abstrak: Latar Belakang: Luka merupakan permasalahan yang sering ditemui oleh setiap dokter, khususnya di bidang Bedah Plastik Rekontruksi dan Estetik. Terdapat banyak penelitian mengenai berbagai produk atau faktor yang dapat mempercepat penyembuhan luka, salah satunya adalah Platelet-Rich Plasma (PRP).  Allogenic PRP dapat menjadi alternatif pada kondisi dimana autologous PRP tidak dapat dilakukan. Teknik freeze-dried digunakan untuk melemahkan respon imun terhadap sediaan allogenic PRP. Metode: Tiga puluh  kelinci dirandomisasi enam kelompok. Luka setebal kulit dibuat di punggung masing-masing kelinci. Luka pada kelompok kontrol diobati dengan paraffin gauze dan  allogenic freeze-dried PRP diaplikasikan pada kelompok perlakuan, pengamatan dilakukan pada hari ke-3, ke-9 dan ke-14. Hasil: Rata-rata jumlah fibroblas menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol hari ke-3 dengan kelompok perlakuan hari ke-3 (p <0,009), kelompok kontrol hari ke-9 dengan kelompok perlakuan hari ke-9 (p <0,023), dan kelompok kontrol pada hari ke-14 dengan kelompok perlakuan hari ke-14 (p <0,001). Kesimpulan: Pemanfaatan allogenic freeze-dried Platelet-Rich Plasma (PRP) terbukti efektif meningkatkan jumlah fibroblas dalam proses penyembuhan luka full thickness pada kelinci.
PENGARUH PLATELET RICH FIBRIN PADA PROSES EPITELISASI LUKA DONOR SKIN GRAFT: STUDI META ANALISIS Lobredia Zarasade; Magda Rosalina Hutagalung; Iswinarno Doso Saputro; Nadia Tamara Putri
Jurnal Rekonstruksi dan Estetik Vol. 6 No. 1 (2021): Jurnal Rekonstruksi dan Estetik, Juni 2021
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.837 KB) | DOI: 10.20473/jre.v6i1.28227

Abstract

Highlights: Bukti preklinik yang dianalisis tidak berpengaruh signifikan dari pemberian platelet-rich fibrin (PRF) pada donor skin graft terhadap kecepatan epitelisasi. Praktisi medis perlu mempertimbangkan dengan hati-hati penggunaan PRF dalam prosedur donor skin graft. Abstrak: Latar Belakang:  Kehilangan kulit yang terlalu luas perlu jaringan penutup untuk mengatasinya, salah satu pilihan untuk menutup luka tersebut dengan melakukan tindakan skin grafting. Berdasarkan data IRJ Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik RSUD Dr. Soetomo dalam 1 tahun (2017-2018) didapatkan pada 26 dari 50 kasus donor skin graft mengalami penyembuhan yang lebih dari waktu penyembuhan normal. Metode penyembuhan luka telah mengalami perkembangan beberapa tahun terakhir, salah satunya mulai dikenal peran platelet-rich fibrin (PRF). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain meta-analisis yang bersifat kuantitatif. Sumber data dari penelitian ini melalui penelusuran literatur di pencarian elektronik dengan menggunakan keyword pencarian literature. Database yang digunakan adalah Medline dan Pubmed antara tahun 2005-2020. Hasil: Seleksi literatur didapatkan lima studi, dengan tiga studi subjek menggunakan donor split thickness skin graft dan dua studi menggunakan donor free gingival graft. Dalam tiga studi menyebutkan pemberian platelet-rich fibrin (PRF) dapat mempercepat waktu penyembuhan dan epitelisasi. Hasil meta analisis menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok pemberian platelet-rich fibrin (PRF) dan kelompok kontrol dalam proses epitelisasi pada donor skin graft (summary effect 1,30, 95% CI -0,42–3,02). Kesimpulan: Bukti-bukti preklinik berdasarkan studi meta-analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan terhadap pemberian platelet-rich fibrin (PRF) pada donor skin graft dalam kecepatan epitelisasi.
TATALAKSANA MANAJEMEN OPERATIF PADA PASIEN SINDROM PARRY-ROMBERG DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Aldy Mulia Hati Setya; Iswinarno Doso Saputro; Magda Rosalina Hutagalung; Sitti Rizaliyana
Jurnal Rekonstruksi dan Estetik Vol. 6 No. 1 (2021): Jurnal Rekonstruksi dan Estetik, Juni 2021
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.199 KB) | DOI: 10.20473/jre.v6i1.28228

Abstract

Highlights: Tatalaksana Sindrom Parry-Romberg pada pasien melibatkan rekonstruksi wajah dengan menggunakan free flap dari otot Gracilis. Dilakukan terapi berupa obat-obatan golongan kortikosteroid, retinoid, antioksidan, dan imunosupresan untuk mengendalikan gejala dan perkembangan penyakit pada Sindrom Parry-Romberg. Abstrak: Latar Belakang:  Sindrom Romberg yang juga memiliki sinonim dengan Sindrom Parry-Romberg (juga  dikenal  sebagai  atrofi  hemifasial  progresif)  adalah  penyakit  langka  yang ditandai  oleh  penyusutan  yang  progresif  serta  degenerasi  jaringan  di  bawah kulit, biasanya penyakit ini terjadi pada satu sisi wajah (atrofi hemifasial) tetapi kadang-kadang meluas ke bagian lain dari tubuh. Sebuah mekanisme autoimun dicurigai menjadi salah satu penyebab dari penyakit ini, dan sindrom ini diduga merupakan  varian  dari  skleroderma  lokal,  untuk  penyebab  pasti  patogenesis dari penyakit yang didapat ini hingga saat ini masih belum dapat ditentukan. Ilustrasi Kasus: Pasien perempuan berusia 23 tahun mengeluhkan ketidaksimetrisan wajah antara sisi kanan dan sisi kiri yang telah dialaminya selama 8 tahun, tetapi keluhan tersebut tidak mengalami perburukan dalam setahun terakhir.Tidak ada riwayat trauma. Dari anamnesis, tidak ada gejala seperti rasa baal atau kesemutan pada wajah sisi kanan, dan tidak ada riwayat penyakit serupa dalam keluarga pasien. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya atrofi pada musculus region Frontotemporal sisi kanan hingga cheek dextra. Pemeriksaan intraoral mengindikasikan oklusi gigi yang normal.Hasil pemeriksaan Saraf Cranial ke-7 (nervus fasialis) menunjukkan fungsi yang normal, termasuk kemampuan mengangkat alis, mengkerutkan dahi, mencucu, dan tersenyum pada kedua sisi wajah. Pemeriksaan mata menunjukkan visus yang baik pada mata kanan dan kiri, gerak bola mata yang normal, dan tidak ada penglihatan ganda. Pembahasan: Dilakukan  tatalaksana  berupa  rekonstruksi dengan  free  flap  dari  otot  Gracillis  tungkai  kanan pasien  untuk  sisi  kanan  wajah  pasien  yang  di anastomosis  dari  arteri  dan  vena  temporalis superior. Selain  menggunakan  free  flap gracillis, Sindrom  Parry-Romberg  juga  dapat menggunakan  terapi  lainnya  seperti  obat-obatan golongan  kortikosteroid  (topical  dan  intralesi), retinoid,  anti-oksidan,  dan  imunosupresan. Kesimpulan: Pengobatan Sindrom Parry-Romberg dapat melibatkan berbagai pendekatan, termasuk prosedur bedah rekonstruksi dan penggunaan obat-obatan tertentu. Pilihan terapi harus dibicarakan antara pasien dan tim medis yang merawat untuk memastikan perencanaan pengobatan yang paling sesuai untuk kasus ini
HUBUNGAN ANTARA INFEKSI DAN LAMA PERAWATAN PASIEN LUKA BAKAR BERDASARKAN JENIS KUMAN DI RSUD DR SOETOMO SURABAYA Samiyah; Rr. Indrayuni Lukitra Wardhani; Iswinarno Doso Saputro
Jurnal Rekonstruksi dan Estetik Vol. 7 No. 1 (2022): Jurnal Rekonstruksi dan Estetik, Juni 2022
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jre.v7i1.36369

Abstract

Highlights: Rata-rata waktu tersingkat  lama perawatan pasien luka bakar yang mengalami infeksi yaitu  selama  11  hari  dan paling lama yaitu 53 hari. Acinetobacter baumanii,  Staphylococcus  haemolyticus,  dan Pseudomonas aeruginosa merupakan jenis bakteri yang sering menginfeksi pasien  luka  bakar di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Lama masa  perawatan dengan jenis bakteri yang menginfeksi pasien luka bakar memiliki hubungan yang signifikan. ABSTRAK: Latar Belakang:  Luka bakar merupakan salah satu masalah global di Indonesia. Infeksi pada pasien luka bakar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi lama masa perawatan berkaitan dengan tingkat patogenisitas bakteri penyebab infeksi.  Tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk  mengetahui  hubungan  antara  lama masa perawatan dengan jenis kuman penyebab infeksi pada pasien luka bakar yang dirawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode Januari-Desember 2019. Metode: Penelitian  ini  merupakan  studi  deskriptif  analitik  dengan  desain kohort retrospektif. Data mengenai karakteristik pasien, derajat keparahan luka bakar,  penyakit  penyerta,  jenis  bakteri  yang  menginfeksi  pasien  luka  bakar, serta lama masa perawatan didapatkan dari rekam medis pasien. Data mengenai jenis  bakteri  yang  menginfeksi  pasien  luka  bakar  dan  lama  perawatan  pasien luka  bakar  ditentukan  korelasinya  dengan  menggunakan  uji  statistik  Rank Spearman-Rho. Hasil: Penelitian diperoleh sebanyak 42 data pasien luka bakar yang mengalami infeksi dan didominasi pasien berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 61,9%.  Persentase rentang  usia terbanyak  adalah  26-35 tahun  yakni  23,8%. Persentase  derajat  keparahan  luka  bakar  terbanyak  adalah  derajat  II  yang didominasi  derajat  IIB  yakni  38,1%.  Gangguan  metabolik  merupakan  kondisi penyerta tersering yang dialami pasien luka bakar yakni sebanyak 50%. Rerata lama perawatan pasien luka bakar yang mengalami infeksi adalah 28,21±10,17 hari  dengan  waktu  paling  lama  adalah  53  hari.  Jenis  bakteri  yang  menginfeksi pasien  luka  bakar  pada  penelitian  ini  didominasi  oleh  Acinetobacter  baumanii (31%),  Staphylococcus  haemolyticus  (23,8%),  dan  Pseudomonas  aeruginosa (16,7%). Uji korelasi antara lama masa perawatan pada pasien luka bakar dan jenis  bakteri  yang  menginfeksi  pasien  luka  bakar  menunjukkan  hasil  yang signifikan (p = 0,012). Kesimpulan: Terdapat  korelasi  yang  signifikan  antara  lama  masa  perawatan dengan jenis bakteri yang menginfeksi pasien luka bakar.