Ami Maryami
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERAN LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL (LKS) DALAM PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI JAWA BARAT Jumayar Marbun; A.Nelson Aritonang; Epi Supiadi; Ami Maryami; Yuti Ismudiyarti
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 11 No 1 (2012): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v11i1.7

Abstract

AbstractThe purpose of this study was to obtain an overview of the Institute of Social Welfare (LKS) prevention, rehabilitation, referral, further guidance to victims of drug abuse. While the focus of this study is "How does LKS have addressed the role of drug abuse", with sub-problematic as follows: how LKS prevention, rehabilitation, referral, further guidance to victims of drug abuse. The research method used in research on the role of LKS in Drug Abuse Treatment in West Java is descriptive-qualitative. Data sources consisted of primary sources that 30 people associated with the management of the implementation process LKS, and secondary source documents ie reports and profiles LKS. Data collection techniques are in-depth interviews, structured observation, and study documentation. While the data analysis techniques are. The results showed that the role of LKS in prevention include demand reduction and harm reduction in order to improve immunity and resilience of individuals, families and communities to not abuse the drug, which is classified into primary prevention, secondary prevention and tertiary prevention. Rehabilitation activities carried worksheets for each client at least 2 and at most 120 clients. After care Program activities are conducted is an effort to prevent recurrence (relapse). 22 According to the informant that the ex prevents recurrence of drug abuse by holding intensive counseling, economic assistance, spiritual guidance, assistance with activities involving positive, continue to monitor the development of the former victims of drug abuse. LKS advocacy activities is to assist clients in obtaining their rights, to obtain services and resources and the protection or assistance in case of breaking  the law and to influence  policy makers  to change or  create policy in favor of LKSConclusion of research that drug abuse prevention conducted various worksheets is quite varied, but not all agencies conducting rehabilitation. Generally agencies conduct prevention, advocacy, information and referral guidance. Keywords:  preventive, rehabilitation, referral and aftercare. AbstrakTujuan  penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) melakukan pencegahan, rehabilitasi, rujukan, bimbingan lanjut terhadap korban penyalahgunaan NAPZA. Sedangkan fokus penelitian ini adalah “Bagaimanakah Peran LKS melakukan penanganan penyalahgunaan NAPZA”, dengan sub problematik sebagai berikut: “bagaimana  LKS melakukan pencegahan, rehabilitasi, rujukan, bimbingan lanjut terhadap korban penyalahgunaan NAPZA?”.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Peran LKS dalam Penanganan  Penyalahgunaan NAPZA di Jawa Barat adalah metode deskriptif–kualitatif. Sumber data terdiri dari sumber primer yaitu  30 orang pengurus LKS terkait dengan proses pelaksanaan LKS , dan sumber sekunder yakni dokumen laporan dan profil LKS. Teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam, observasi tidak terstruktur, dan studi dokumentasi, sedangkan  teknik analisis data adalah kualitatif.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran LKS dalam pencegahan mencakup pengurangan permintaan dan pengurangan dampak buruk dalam rangka meningkatkan kekebalan dan ketahanan individu, keluarga, dan masyarakat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA yang diklasifikasikan menjadi pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Kegiatan rehabilitasi  dilakukan masing-masing LKS terhadap paling sedikit 2 klien dan paling banyak 120 klien. Kegiatan  Program After care yang dilakukan adalah upaya untuk mencegah  kekambuhan (relapse). Menurut 22 informan bahwa dalam mencegah kekambuhan eks penyalahgunaan NAPZA dengan mengadakan  penyuluhan secara intensif, bimbingan ekonomi, bimbingan rohani, pendampingan dengan melibatkan kegiatan positif, memantau terus perkembangan eks penyalahgunaan NAPZA. Kegiatan advokasi  yang dilakukan LKS adalah  membantu klien dalam memperoleh hak-haknya, untuk mendapatkan pelayanan dan sumber daya juga perlindungan atau pendampingan  dalam kasus melanggar hukum serta mempengaruhi pembuat kebijakan untuk merubah atau membuat kebijakan yang berpihak pada LKS. Kesimpulan hasil penelitian bahwa penanggulangan penyalahgunaan NAPZA dilakukan berbagai LKS cukup bervariasi namun tidak semua lembaga  melakukan kegiatan rehabilitasi. Umumnya lembaga melakukan kegiatan pencegahan, advokasi, bimbingan lanjut, dan rujukan. Kata kunci: pencegahan, rehabilitasi, referral, aftercare.
PERAN LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL DALAM PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI JAWA BARAT Ami Maryami; Jumayar Marbun; Nelson Aritonang; Epi Supiadi; Yuti Ismudiyarti
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 14 No 1 (2015): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v14i1.44

Abstract

AbstractThe purpose of this study was to obtain an overview of the role of social welfare Institution (SWI) in the prevention, rehabilitation, referrals, further guidance to of drug abuser. The research method used is descriptive-qualitative method. Source data consist of primary sources and secondary sources. Primary sources are the institution managers which totaled 19 people consist of eight social workers who have a preventive function, seven social workers who have rehabilitation function, three managers who have development function and one of the managers who have the coordination function. Secondary sources are provide information directly related to the implementation of SWI. The result were obtained information in prevention activities of supply reduction, demand reduction and harm reduction of drug abuse in order to improve immunity and resilience of individuals, families and communities to not abuse the drug. After care program undertaken to prevent recurrence with intensive counseling, guidance economic, spiritual guidance, and monitor continuously evolves ex victims of drug abuse. Advocacy  activities are also conducted by the SWI is to assist clients in obtaining their rights, get law services, resources, protection or assistance in case of law breaking and to influence policy makers to change or create policy pro to SWI.Keywords: Role of SWI and The Handling of Drug AbuserAbstrakTujuan  penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang lembaga kesejahteraan sosial (LKS) dalam melakukan pencegahan, rehabilitasi, rujukan, bimbingan lanjut terhadap korban penyalahgunaan NAPZA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif–kualitatif. Sumber data terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu para pengurus LKS terdiri dari 19 orang informan yang terdiri atas delapan orang berasal dari LKS yang mempunyai fungsi pencegahan, tujuh orang berasal dari LKS yang mempunyai fungsi rehabilitasi, tiga orang berasal dari organisasi yang mempunyai fungsi pengembangan, dan satu orang dari organisasi yang berfungsi koordinasi. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung yang memberikan informasi terkait pelaksanaan LKS. Hasil penelitian diperoleh informasi dalam pencegahan adalah pengurangan pemasokan, pengurangan permintaan, dan pengurangan dampak buruk dalam rangka meningkatkan kekebalan dan ketahanan individu, keluarga, dan masyarakat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA. Kegiatan Program After Care yang dilakukan adalah upaya  mencegah  kekambuhan (relapse) yaitu dengan mengadakan  penyuluhan secara intensif, bimbingan ekonomi, bimbingan rohani, pendampingan dengan melibatkan kegiatan positif, memantau terus perkembangan korban eks penyalahgunaan NAPZA. Kegiatan advokasi juga dilakukan oleh LKS yaitu membantu klien dalam memperoleh hak-haknya, mendapatkan pelayanan dan sumber daya dan perlindungan atau pendampingan  dalam kasus melanggar hukum serta mempengaruhi pembuat kebijakan untuk merubah atau membuat kebijakan yang berpihak pada LKS Kata kunci: Peran LKS dan Penanganan Penyalahgunaan NAPZA
MASYARAKAT MENERIMA EKS GERAKAN FAJAR NUSANTARA (GAFATAR) PASCA REINTEGRASI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Epi Supiadi; Admiral Nelson Aritonang; Ami Maryami; Uke Hani Rasalwati; Ayi Heryani; Irniyati Samosir
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 19 No 2 (2020): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v19i2.332

Abstract

Pemulangan anggota organisasi masyarakat gerakan fajar nusantara dari wilayah Kalimantanke berbagai daerah di Indonesia melahirkan berbagai permasalahan tersendiri serta berdampakkepada interaksi mereka dengan masyarakat setempat dimana mereka dipulangkan. Penelitianini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode deskriptif. Pengumpulan datadiperoleh melalui penyebaran angket, studi dokumentasi dan focus group discussion.Sedangkan alat ukur untuk pengujian validitas menggunakan validitas muka. Untuk analisisdata dilakukan melalui analisis statistik deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalah anggota eks gerakan fajar nusantara yang telah dipulangkan ke kabupaten Bogor. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa program penanganan yang dilakukan pemerintah daerahkabupaten Bogor dipandang cukup efektif dalam upaya reintegrasi, masyarakat setempatdapat menerima kehadiran anggota eks gerakan fajar nusantara di lingkungan mereka.Penelitian ini juga menghasilkan rekomendasi yang perlu dipahami dan ditindak lanjuti olehberbagai pihak, dimana salah satunya adalah diharapkan pemerintah kabupaten membantupersoalan administrasi kependudukan yang dihadapi anggota eks gerakan fajar nusantara
PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENGANGKATAN ANAK DI BALAI REHABILITASI SOSIAL ANAK YANG MEMERLUKAN PERLINDUNGAN KHUSUS “PARAMITA” MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Veggy Livian Agata; Meiti Subardhini; Ami Maryami
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 20 No 2 (2021): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v20i2.460

Abstract

The purpose of this research is to get an overview about how the role of social worker in the child adoption at the Social Rehabilitation Center of Child with Special Protection Need “Paramita” Mataram. To obtain an empirical description of the characteristics of informants, the role of social workers in adopting children as administrators, experts, enablers, brokers, advocates, and educators. The approach used in this study is a qualitative approach with a descriptive method. The techniques used are in-depth interviews, documentation studies and field observations. The informants determined by using purposive in total 2 (two) informants consisting of social workers who handle child adoption at BRSAMPK “Paramita” Mataram. The results of research on the role of social workers in adopting children at BRAMPK "Paramita" Mataram show that there is an overlap of the main tasks and functions of social workers with other officers so that in carrying out their roles they are less than optimal. The proposed program is “Strengthening Human Resources Capacity of BRSMPK “Paramita” Mataram. This program aims to increase the knowledge of all human resources of BRAMPK “Paramita” Mataram related to their respective duties, principals and functions so that they can provide effective and efficient services.