Epi Supiadi
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN (MOHAWIR) BAGI PEREMPUAN RAWAN SOSIAL EKONOMI (PRSE) DI KECAMATAN MARGA SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Dewi Mariyana; Epi Supiadi; Bambang Indrakentjana
Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial (Biyan) Vol 4 No 1 (2022): BIYAN
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menghasilkan model akhir pelatihan kewirausahaan bagi perempuan rawan sosial ekonomi (PRSE) di Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode participatory action research (PAR). Penelitian ini melibatkan 3 partisipan (pendamping PRSE) dari proses awal hingga akhir penelitian. Hasil dari pengimplementasian model pelatihan kewirausahaan bagi perempuan rawan sosial ekonomi (PRSE) pada penelitian ini terdiri dari empat tahap. Tahap pertama yaitu asesmen, yang terdiri dari asesmen kebutuhan pelatihan, dan pembuatan indikator keberhasilan. Tahap kedua yaitu tahap pelatihan, yang terdiri dari menyusun acara pelatihan dan kegiatan pelatihan. Tahap ketiga yaitu tahap evaluasi, yang terdiri dari evaluasi proses dan evaluasi hasil dengan membandingkan hasil dengan indikator keberhasilan. Tahap keempat yaitu kemitraan, yang terdiri dari membuat komunitas khusus olahan pisang dan singkong serta membuat akun di marketplace (shopee dan whatsapp bussines). Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pelatihan kewirausahaan ini menjadi tools penguatan individu yang menjadi sasaran dalam mengatasi masalah kesejahteraan.
KONDISI PSIKOSOSIAL KORBAN PEMASUNGAN DI KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Airlangga Kusuma Jati; Dorang Luhpuri; Epi Supiadi
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Vol 1 No 1 (2019): REHSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.606 KB)

Abstract

Saat ini terdapat kecenderungan peningkatan jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Indonesia. Pemahaman masyarakat mengenai permasalahan dan penanganan gangguan jiwa masih minim, bahkan banyak ditemukan masalah pemasungan, yang sangat bertentangan dengan hak azasi manusia. Salah satunya di Cianjur. Jumlah mereka cukup banyak, dengan kondisi memprihatinkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Kondisi Psikososial Korban Pemasungan di Kabupaten Cianjur, menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dilihat dari aspek fisik, psikologis dan sosial, terhadap lima orang informan ODGJ, diperkuat dari significant others nya, data dikumpulkan dengan wawancara dan observasi. Informan adalah ODGJ, tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan, berusia 30 – 50 tahun, dengan masa pemasungan 4 - 13 tahun. Tiga orang dari lima informan mengalami gangguan jiwa karena hubungan dengan pasangannya, yaitu perceraian dan menjadi stress karenanya. Tetangga tahu akan keberadaan mereka, namun tidak ada satupun yang ikut campur atau berusaha membantu membebaskan mereka dari pasung. Semua informan mengalami perubahan fisik yang sangat signifikan, yaitu mereka mengalami penurunan berat badan. Tiga informan tidak mendapatkan akses air bersih. Dua tempat pemasungan selalu dibersihkan, sementara tiga lainnya tidak pernah dibersihkan. Hanya dua orang yang pernah dibawa ke dokter, seorang pernah dibawa ke dokter tetapi tidak lagi berlanjut, dan duaa lainnya tidak pernah dibawa ke dokter. Analisis dilakukan secara kualitatif terhadap data yang telah diperoleh. Tampaknya, gambaran ini juga terjadi di tempat lain di seluruh pelosok Indonesia.Kata kunci: Korban pemasungan, Orang Dengan Gangguan Jiwa dan Kondisi Psikososial
MANAJEMEN STRES PETUGAS LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SUBANG Diki Riyanto Uloli; Epi Supiadi; Windriyati .
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Vol 1 No 1 (2019): REHSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.641 KB)

Abstract

Manajemen stres merujuk pada hal-hal yang dapat menimbulkan stres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang: 1) Karakteristik informan, 2) Strategi mengubah lingkungan kerja untuk mengurangi stres, 3) Strategi menghindari faktor-faktor penyebab stres, dan 4) Strategi menerima stres.Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (indepth interview), observasi partisipatif, dan studi dokumentasi. Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah uji kredibilitas (credibility), uji transferabilitas (transferability), uji ketergantungan (dependability), dan uji konfirmabilitas (confirmability).Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, yang menjelaskan bahwa petugas Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Subang memiliki kemampuan yang strategis dalam mengatasi atau mengelola stres kerja yang sesuai dengan aspek-aspek manajemen stres. Strategi yang digunakan merupakan manajemen stres melalui pendekatan pribadi atau manajemen stres secara personal. Namun, masih ada beberapa hal yang dibutuhkan petugas untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi atau mengelola stres kerja tersebut. Kebutuhan tersebut dilatarbelakangi oleh petugas yang memiliki tugas ganda, memiliki jam kerja yang panjang, dan pola hidup sehat tidak optimal.Kata kunci: Manajemen stres, Petugas
KAPASITAS KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA MANTAN PENYALAHGUNA NAPZA DALAM PENCEGAHAN RELAPS DI KELURAHAN CIMAHI KECAMATAN CIMAHI TENGAH KOTA CIMAHI Rendra Ristiana; Epi Supiadi; Yuti Ismudiyati
Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial (Biyan) Vol 1 No 2 (2019): BIYAN
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.064 KB) | DOI: 10.31595/biyan.v1i2.213

Abstract

Relaps adalah suatu proses kembalinya seorang mantan pengguna NAPZA kembali menggunakan NAPZA. Belum ada cara unutk mencegah seorang mantan penyalahguna untuk tidak kembali menggunakan NAPZA. Kelompok dukungan sebaya adalah salah satu bentuk dari kelompok bantu diri (self helf group) yang di bentuk untuk melakukan upaya pencegahan relaps para mantan penyalahguna NAPZA yang ada di kelurahan Cimahi. Penelitian inibertujuan untuk merancang model pengembangan kapasitas kelompok dukungan sebaya mantan penyalahguna NAPZA dalam upaya pencegahan relaps di kelurahan Cimahi. Model ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari model pencegahan relaps yang telah dilakukan. Pengembangan kapasitas dipandang perlu untuk dilakukan dalam rangka menaikkan kapasitas kelompok dukungan sebaya dalam melakukan upaya pencegahan relaps di Kelurahan Cimahi.
Penerapan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Tiga Kolom untuk Mengurangi Distorsi Kognitif Rika Dewi; Epi Supiadi; Nurjanah Nurjanah
Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial (Biyan) Vol 5 No 1 (2023): BIYAN
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/biyan.v5i1.635

Abstract

Distorsi kognitif yang dialami oleh seseorang harus mendapatkan penanganan yang tepat. Distorsi kognitif apabila tidak diatasi dapat menyebabkan permasalahan lain yang lebih serius seperti terganggunya kehidupan bahkan munculnya keinginan bunuh diri. Untuk menangani permasalahan tersebut diperlukan upaya yang sesuai yang mudah dilakukan dan efektif. Salah satu upaya penanganan masalah distorsi kognitif adalah dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Tiga Kolom. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penerapan REBT Tiga Kolom dalam mengurangi distorsi kognitif. Desain penelitian menggunakan Single Subject Desain (SSD) dengan desain reversal A-B-A. Subjek penelitian adalah gelandangan dan pengemis yang tinggal di Panti Pelayanan Sosial PGOT Mardi Utomo Semarang. Perilaku sasaran yang diamati adalah kemampuan berpenampilan bersih dan rapi, terlibat dalam kegiatan panti, bertanggung jawab dalam piket serta berbaur dan bertegur sapa.. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tingkat distorsi kognitif pada klien yang diberikan REBT Tiga Kolom. Terapi ini menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan distorsi kognitif khususnya pada gelandangan dan pengemis yang ada di Panti Pelayanan Sosial PGOT Mardi Utomo Semarang.
PERAN LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL (LKS) DALAM PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI JAWA BARAT Jumayar Marbun; A.Nelson Aritonang; Epi Supiadi; Ami Maryami; Yuti Ismudiyarti
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 11 No 1 (2012): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v11i1.7

Abstract

AbstractThe purpose of this study was to obtain an overview of the Institute of Social Welfare (LKS) prevention, rehabilitation, referral, further guidance to victims of drug abuse. While the focus of this study is "How does LKS have addressed the role of drug abuse", with sub-problematic as follows: how LKS prevention, rehabilitation, referral, further guidance to victims of drug abuse. The research method used in research on the role of LKS in Drug Abuse Treatment in West Java is descriptive-qualitative. Data sources consisted of primary sources that 30 people associated with the management of the implementation process LKS, and secondary source documents ie reports and profiles LKS. Data collection techniques are in-depth interviews, structured observation, and study documentation. While the data analysis techniques are. The results showed that the role of LKS in prevention include demand reduction and harm reduction in order to improve immunity and resilience of individuals, families and communities to not abuse the drug, which is classified into primary prevention, secondary prevention and tertiary prevention. Rehabilitation activities carried worksheets for each client at least 2 and at most 120 clients. After care Program activities are conducted is an effort to prevent recurrence (relapse). 22 According to the informant that the ex prevents recurrence of drug abuse by holding intensive counseling, economic assistance, spiritual guidance, assistance with activities involving positive, continue to monitor the development of the former victims of drug abuse. LKS advocacy activities is to assist clients in obtaining their rights, to obtain services and resources and the protection or assistance in case of breaking  the law and to influence  policy makers  to change or  create policy in favor of LKSConclusion of research that drug abuse prevention conducted various worksheets is quite varied, but not all agencies conducting rehabilitation. Generally agencies conduct prevention, advocacy, information and referral guidance. Keywords:  preventive, rehabilitation, referral and aftercare. AbstrakTujuan  penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) melakukan pencegahan, rehabilitasi, rujukan, bimbingan lanjut terhadap korban penyalahgunaan NAPZA. Sedangkan fokus penelitian ini adalah “Bagaimanakah Peran LKS melakukan penanganan penyalahgunaan NAPZA”, dengan sub problematik sebagai berikut: “bagaimana  LKS melakukan pencegahan, rehabilitasi, rujukan, bimbingan lanjut terhadap korban penyalahgunaan NAPZA?”.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Peran LKS dalam Penanganan  Penyalahgunaan NAPZA di Jawa Barat adalah metode deskriptif–kualitatif. Sumber data terdiri dari sumber primer yaitu  30 orang pengurus LKS terkait dengan proses pelaksanaan LKS , dan sumber sekunder yakni dokumen laporan dan profil LKS. Teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam, observasi tidak terstruktur, dan studi dokumentasi, sedangkan  teknik analisis data adalah kualitatif.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran LKS dalam pencegahan mencakup pengurangan permintaan dan pengurangan dampak buruk dalam rangka meningkatkan kekebalan dan ketahanan individu, keluarga, dan masyarakat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA yang diklasifikasikan menjadi pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Kegiatan rehabilitasi  dilakukan masing-masing LKS terhadap paling sedikit 2 klien dan paling banyak 120 klien. Kegiatan  Program After care yang dilakukan adalah upaya untuk mencegah  kekambuhan (relapse). Menurut 22 informan bahwa dalam mencegah kekambuhan eks penyalahgunaan NAPZA dengan mengadakan  penyuluhan secara intensif, bimbingan ekonomi, bimbingan rohani, pendampingan dengan melibatkan kegiatan positif, memantau terus perkembangan eks penyalahgunaan NAPZA. Kegiatan advokasi  yang dilakukan LKS adalah  membantu klien dalam memperoleh hak-haknya, untuk mendapatkan pelayanan dan sumber daya juga perlindungan atau pendampingan  dalam kasus melanggar hukum serta mempengaruhi pembuat kebijakan untuk merubah atau membuat kebijakan yang berpihak pada LKS. Kesimpulan hasil penelitian bahwa penanggulangan penyalahgunaan NAPZA dilakukan berbagai LKS cukup bervariasi namun tidak semua lembaga  melakukan kegiatan rehabilitasi. Umumnya lembaga melakukan kegiatan pencegahan, advokasi, bimbingan lanjut, dan rujukan. Kata kunci: pencegahan, rehabilitasi, referral, aftercare.
PERAN LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL DALAM PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI JAWA BARAT Ami Maryami; Jumayar Marbun; Nelson Aritonang; Epi Supiadi; Yuti Ismudiyarti
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 14 No 1 (2015): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v14i1.44

Abstract

AbstractThe purpose of this study was to obtain an overview of the role of social welfare Institution (SWI) in the prevention, rehabilitation, referrals, further guidance to of drug abuser. The research method used is descriptive-qualitative method. Source data consist of primary sources and secondary sources. Primary sources are the institution managers which totaled 19 people consist of eight social workers who have a preventive function, seven social workers who have rehabilitation function, three managers who have development function and one of the managers who have the coordination function. Secondary sources are provide information directly related to the implementation of SWI. The result were obtained information in prevention activities of supply reduction, demand reduction and harm reduction of drug abuse in order to improve immunity and resilience of individuals, families and communities to not abuse the drug. After care program undertaken to prevent recurrence with intensive counseling, guidance economic, spiritual guidance, and monitor continuously evolves ex victims of drug abuse. Advocacy  activities are also conducted by the SWI is to assist clients in obtaining their rights, get law services, resources, protection or assistance in case of law breaking and to influence policy makers to change or create policy pro to SWI.Keywords: Role of SWI and The Handling of Drug AbuserAbstrakTujuan  penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang lembaga kesejahteraan sosial (LKS) dalam melakukan pencegahan, rehabilitasi, rujukan, bimbingan lanjut terhadap korban penyalahgunaan NAPZA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif–kualitatif. Sumber data terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu para pengurus LKS terdiri dari 19 orang informan yang terdiri atas delapan orang berasal dari LKS yang mempunyai fungsi pencegahan, tujuh orang berasal dari LKS yang mempunyai fungsi rehabilitasi, tiga orang berasal dari organisasi yang mempunyai fungsi pengembangan, dan satu orang dari organisasi yang berfungsi koordinasi. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung yang memberikan informasi terkait pelaksanaan LKS. Hasil penelitian diperoleh informasi dalam pencegahan adalah pengurangan pemasokan, pengurangan permintaan, dan pengurangan dampak buruk dalam rangka meningkatkan kekebalan dan ketahanan individu, keluarga, dan masyarakat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA. Kegiatan Program After Care yang dilakukan adalah upaya  mencegah  kekambuhan (relapse) yaitu dengan mengadakan  penyuluhan secara intensif, bimbingan ekonomi, bimbingan rohani, pendampingan dengan melibatkan kegiatan positif, memantau terus perkembangan korban eks penyalahgunaan NAPZA. Kegiatan advokasi juga dilakukan oleh LKS yaitu membantu klien dalam memperoleh hak-haknya, mendapatkan pelayanan dan sumber daya dan perlindungan atau pendampingan  dalam kasus melanggar hukum serta mempengaruhi pembuat kebijakan untuk merubah atau membuat kebijakan yang berpihak pada LKS Kata kunci: Peran LKS dan Penanganan Penyalahgunaan NAPZA
MASYARAKAT MENERIMA EKS GERAKAN FAJAR NUSANTARA (GAFATAR) PASCA REINTEGRASI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Epi Supiadi; Admiral Nelson Aritonang; Ami Maryami; Uke Hani Rasalwati; Ayi Heryani; Irniyati Samosir
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 19 No 2 (2020): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v19i2.332

Abstract

Pemulangan anggota organisasi masyarakat gerakan fajar nusantara dari wilayah Kalimantanke berbagai daerah di Indonesia melahirkan berbagai permasalahan tersendiri serta berdampakkepada interaksi mereka dengan masyarakat setempat dimana mereka dipulangkan. Penelitianini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode deskriptif. Pengumpulan datadiperoleh melalui penyebaran angket, studi dokumentasi dan focus group discussion.Sedangkan alat ukur untuk pengujian validitas menggunakan validitas muka. Untuk analisisdata dilakukan melalui analisis statistik deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalah anggota eks gerakan fajar nusantara yang telah dipulangkan ke kabupaten Bogor. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa program penanganan yang dilakukan pemerintah daerahkabupaten Bogor dipandang cukup efektif dalam upaya reintegrasi, masyarakat setempatdapat menerima kehadiran anggota eks gerakan fajar nusantara di lingkungan mereka.Penelitian ini juga menghasilkan rekomendasi yang perlu dipahami dan ditindak lanjuti olehberbagai pihak, dimana salah satunya adalah diharapkan pemerintah kabupaten membantupersoalan administrasi kependudukan yang dihadapi anggota eks gerakan fajar nusantara
EFEKTIVITAS THE TECHNIQUE OF PRACTICABLE POSES DALAM PERUBAHAN PERILAKU KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR NAZAR MEDAN Wahyuning Dwi Wardani Ndraha; Epi Supiadi; Nurjanah Nurjanah
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 21 No 2 (2022): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v21i2.720

Abstract

The technique of practicable poses is the result of engineering behavior change technology which is a collaboration of positive reinforcement techniques and behavioral exercises with the aim of reducing the aggressive behavior of immulsive victims of drug abuse who are undergoing a process of social rehabilitation. The purpose of this study is to apply the technique of practicable poses for victims of drug abuse and examine the effectiveness of the engineering technology in reducing aggressive impulsive behavior through psychoeducational sessions, role-playing, peace counseling, relaxation, giving positive reinforcement. Impulsive aggressive behavior is a problem of behavioral deviance in which the individual who experiences it often acts physically and verbally abusive to others, and performs actions quickly without thinking first. The research method used is single subject design (SSD) with a multiple baseline cross subject approach. This study had two subjects with the same problem, namely having aggressive impulsive behavior. The results of applying the technique of practicable poses to two subjects showed a decrease in the intensity of aggressive impulsive behavior. The results of visual observations made by researchers showed that there were continuous changes and a steady decrease in the intensity of aggressive impulsive behavior.