Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

(The Effect of the Mixed Flour to The Quality to Chiken Nugget) Susanto, Eko; Lestari, Nami; Isyanti, Mirna; Rahardjo, Sumadyo
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 28, No 02 (2011)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7265.764 KB)

Abstract

The studies Nugget is a product which can be produced from maced from chiken or fish with some ingredient and filler ,eventhoughnugget can be produsced whithout filler .in this research was carried out by adding wheat flour mixed with cassava based products i.e .mokaf ,tapioca and cassava flour.the result showed that by adding filler  do not affect the organoleptic test such as taste ,colour ,texture and odour but the treatments was affect the nugget quality .the best quality of nugget was produced with addition of mixed filler from 25% wheat flour and 75% mokaf .the product has 15% protein ,12,9% fat and 27,7% carbohydrate .it is meet the requirement of SNI 01-6683-2002 for chicken nugget .
Perbaikan Mutu Gizi Produk Olahan Pangan Tradisonal Opak Ketan dengan Penambahan Tepung Ampas Tahu (Okara) Isyanti, Mirna; Lestari, Nami
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 31, No 02 (2014)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.693 KB)

Abstract

Opak ketan merupakan salah satu produk olahan dari beras ketan yang biasa dikonsumsi sebagai makanan ringan. Industri opak banyak tersebar di Jawa Barat, diantaranya adalah Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, dan Bandung. Pada umumnya pengolahan opak masih dilakukan secara tradisional dan sederhana, akan tetapi memiliki prospek yang cukup baik, apabila mutunya dapat ditingkatkan. Penelitian pembuatan produk opak ketan untuk meningkatkan nilai gizinya-nya telah dilakukan. Dalam penelitian dilakukan pembuatan produk opak ketan dengan penambahan tepung ampas tahu disamping beras ketan. Penilaian secara organoleptik menunjukkan penambahan tepung ampas tahu/ okara (OPT2) sebesar 20%, merupakan produk yang lebih disukai oleh panelis, walaupun masih dapat diterima sampai dengan 30%. Analisis proksimat menunjukkan kadar air opak dengan penambahan tepung ampas tahu yang rendah (4,84%) sehingga masa simpan dapat lebih lama, kandungan protein dan lemak yang tinggi sebesar 9,81% dan 3,57%, serta karbohidrat yang cukup tinggi sebesar 80,8% mendekati opak ketan original (100% beras ketan) produksi Tasikmalaya sebesar 83,0%. Penambahan tepung ampas tahu dapat meningkatkan nilai kandungan gizi berupa protein dan lemak pada produk opak ketan.Opak ketan merupakan salah satu produk olahan dari beras ketan yang biasa dikonsumsi sebagai makanan ringan. Industri opak banyak tersebar di Jawa Barat, diantaranya adalah Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, dan Bandung. Pada umumnya pengolahan opak masih dilakukan secara tradisional dan sederhana, akan tetapi memiliki prospek yang cukup baik, apabila mutunya dapat ditingkatkan. Penelitian pembuatan produk opak ketan untuk meningkatkan nilai gizinya-nya telah dilakukan. Dalam penelitian dilakukan pembuatan produk opak ketan dengan penambahan tepung ampas tahu disamping beras ketan. Penilaian secara organoleptik menunjukkan penambahan tepung ampas tahu/ okara (OPT2) sebesar 20%, merupakan produk yang lebih disukai oleh panelis, walaupun masih dapat diterima sampai dengan 30%. Analisis proksimat menunjukkan kadar air opak dengan penambahan tepung ampas tahu yang rendah (4,84%) sehingga masa simpan dapat lebih lama, kandungan protein dan lemak yang tinggi sebesar 9,81% dan 3,57%, serta karbohidrat yang cukup tinggi sebesar 80,8% mendekati opak ketan original (100% beras ketan) produksi Tasikmalaya sebesar 83,0%. Penambahan tepung ampas tahu dapat meningkatkan nilai kandungan gizi berupa protein dan lemak pada produk opak ketan.
Perbaikan Teknologi Pengolahan Dodol Jambu Biji Skala IKM Lestari, Nami; Isyanti, Mirna; Rahardjo, Sumadyo
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 29, No 01 (2012)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6088.737 KB)

Abstract

Buah jambu biji (Psidium guajava L) adalah salah satu hasil hortikultura yang potensial untuk dikembangkan. Buah jambu biji segar mempunyai rasa dan aroma yang kuat, sehingga dapat diolah menjadi berbagai produk awetan, diantaranya adalah produk dodol. Produk dodol jambu biji sudah diproduksi di beberapa daerah, mulai dari skala Industri Rumah Tangga (IRT) sampai skala IKM. Masalah yang dihadapi pengrajin dodol adalah belum adanya formula yang tepat, penentuan kematangan dodol, waktu pemasakan yang terlalu lama serta daya awet dodol yang singkat, sehingga jangkauan pemasarannya tidak terlalu jauh. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah meningkatkan mutu produk dodol jambu biji yang diproduksi pengrajin (skala IKM) dan mendapatkan Standar Operational Procedur (SOP) pengolahan dodol jambu yang tepat. Metode penelitian terdiri dari kinjungan studi dan identifikasi ke pengrajin dodol jambu biji, percobaan perbaikan proses pengolahan dodol jambu biji, analisis dan penyimpanan produk dodol jambu biji, serta evaluasi teknologi dan proses pembuatan dodol jambu biji. Dengan melakukan proses produksi dalam kondisi menerapkan GMP, menggunakan peralatan produksi terukur suhu dan lama pemanasannya, serta penggunaan santan kelapa yang tidak mudah terhidrolisa dibandingkan minyak goreng, proses pengolahan dodol jambu terbaik dalam proses C. Formulasi proses pengolahan C adalah santan kental (30%). SOP pengolahan dodol jambu biji meliputi proses sortasi, blanching, penghancuran, penyaringan, penimbangan bubur buah dan bahan penolong, pemasakan, kematangan produk ditandai adonan mudah dibalik, tidak lengket dan warna produk coklat, penyimpanan dalam suhu ruang selama 24 jam, pemotongan dan pembentukan, serta pengemasan. Hasil analisa mutu dodol jambu biji terpilih (prses C) adalah kadar air sebesar 12,0%, kadar abu 1,08%, serat kasar 2,01%, jumlah gula 53,7%, ALT 40 kloni/g, kapang dan khamir <10 koloni/g, dan E. Coli <3 APM/g.
(Research on the preparation of dried tropical fruit snack.i.effect of Sulpphite and Storage Periods on Quality of Fruit Leathers) Basrah Enie, A.; Lestari, Nami
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 9, No 1-2 (1992)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3123.259 KB)

Abstract

Research on preparation of dried tropical fruit snacks,fruit leathers,has been conducted.there fruit snack formulations were developed i.e.(1)mixed fruit (banana,papaya,pineapple),(2)guava, and(3)mango.Product were treated with sodium meta bisulphite and strored for 0,1,2,and 3 months.Result show that the moisture content of product were descreased from 14.4%(0 mo)to 10.0%(3 mos),total sugar were descreased from 84.8%to 73.6%and total titratable acidity were relatively unchanged.Vitamin C content were descreased from 7.06(0 mo)to 6.08 mg/100gr (3 mos)for mixeed fruits,29.0 to 2.35 for guava and 5.13 to 4.11 for mango.Bacterial and mould content of samples were descreased during strorage.Microbial content of sulphite-treated samples were relatively lowered than untreated ones.Total bacteria were descreased from 200 CFU g-1 (0 mo) to CFU g-1 (3 mos),and the total mould were descreased from 350 CFU g-1 (o mo) to 5 CFU g-1 (3 mos. Organoleptic test showed that the taste,flavour, texture and colour of product were accepted by the panelists.Samples can be kept for three month without any significant changes.
Kajian Keamanan Pangan Senyawa Ester 3-MCPD dalam Produk Minyak/ Lemak Pangan dan Produk Pangan Lainnya Sudibyo, Agus; Lestari, Nami
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 32, No 01 (2015)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (885.88 KB)

Abstract

Dalam permintaan produk pangan untuk kesehatan dan keamanan pangan global sekarang ini, konsumen menghendaki dan sedang mencari produk pangan tanpa atau paling sedikit terkena kontaminasi produk.  Senyawa ester 2- dan 3-monochloropropan-1,2-diol (MCPD) dan ester glisidol diketahui merupakan salah satu komponen kontaminan pada produk hasil olahan minyak makan yang telah banyak digunakan sebagai bahan pangan atau bahan ingredien pangan. Senyawa 3-monochloropropan-1,2-diol atau lebih dikenal dengan 3-MCPD merupakan kontaminan pangan yang diklasifikasikan sebagai bahan yang kemungkinan bersifat karsinogen;oleh karena itu, hanya boleh dikonsumsi dengan dosis/konsentrasi sebesar 2 µg/kg berat badan. Hasil studi terkini menunjukkan adanya senyawa ester 3-MCPD teridentifikasi dalam jumlah cukup tinggi pada produk minyak/lemak pangan, seperti margarin dan minyak goreng serta pangan yang mengandung lemak termasuk produk pangan infant formula dan susu manusia. Senyawa ester-ester lain seperti 2-MCPD dan ester glisidol pun diduga dapat terjadi. Namun, hingga saat ini hanya terdapat sedikit data informasi tentang toksikologi yang dapat diperoleh untuk senyawa ester 3-MCPD pada produk pangan. Tulisan ini akan membahas dan menjelaskan proses terjadinya senyawa 3-MCPD pada produk pangan, faktor-faktor yang memungkinkan menyebakan munculnya pembentukan senyawa ester 3-MCPD pada produk pangan, studi tentang efek beracun senyawa 3-MCPD atau toksikologi dan penentuan senyawa ester 3-MCPD dalam produk pangan.
Pengaruh Variasi Komposisi Lemak Cokelat, Olein Sawit dan Minyak Ikan Patin terhadap Kandungan Nutrisi Cokelat Oles Wibisono, Aries; Lestari, Nami; Isyanti, Mirna
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 32, No 02 (2015)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.58 KB)

Abstract

Ikan patin merupakan salah satu hasil perikanan yang cukup berpotensi dikembangkan di Indonesia. Minyak ikan patin memiliki kandungan asam lemak esensial (omega 3, omega 6, omega 9) dan vitamin D yang cukup tinggi. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan nutrisi suatu produk pangan salah satunya cokelat oles. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat produk cokelat oles yang lebih kaya nutrisi dan bermutu baik dengan menentukan formulasi penambahan minyak ikan patin sebagai salah satu bahan utama penyusun selain lemak cokelat dan olein sawit serta dengan menentukan teknologi yang tepat dalam proses pembuatan cokelat oles berdasarkan tingkat kesukaan masyarakat.  Penelitian ini dibagi menjadi empat tahap yaitu pembuatan minyak ikan patin, analisis bahan baku, pembuatan cokelat oles, serta uji karakteristik fisik dan kimia produk cokelat oles yang dibuat. Cokelat oles dibuat dengan dua variabel perlakuan yaitu perbandingan komposisi lemak cokelat, olein sawit dan minyak ikan patin serta teknologi pencampurannya. Formulasi perbandingan komposisi lemak cokelat : olein sawit : minyak ikan patin yang digunakan secara berturut-turut yaitu (1) 40% : 60% : 0%; (2) 40% : 50% : 10%; (3) 40% : 40% : 20% dan (4) 40% : 30% : 30%. Teknologi pencampuran yang digunakan adalah dengan mixer + waterbath, ball mill 1 jam, dan ball mill 2 jam. Cokelat oles selanjutnya diuji secara organoleptik. Cokelat oles yang terpilih dari hasil uji organoleptik kemudian diuji kandungan nutrisinya.   Cokelat oles terbaik adalah cokelat oles dengan komposisi 40% lemak cokelat, 40% olein sawit dan 20% minyak ikan patin serta dibuat dengan teknologi pengolahan menggunakan alat ball mill selama 1 jam. Cokelat oles tersebut memiliki nilai hardness 11,00 g; kadar air 8,34%; abu 2,98%; protein 1,97%; lemak 29,20%; karbohidrat 57,51%; asam lemak bebas 0,35%; asam oleat 11,63%; asam linoleat 2,98%; asam linolenat 0,05% serta vitamin D 7,57 ug/100 g. Cokelat oles dengan kandungan minyak ikan patin ini memiliki kadar protein, lemak, asam oleat dan asam linolenat yang lebih tinggi daripada cokelat oles tanpa kandungan minyak ikan patin.
Aplikasi Penggunaan Surimi Berbahan Ikan Kurisi (Nemipterus sp) untuk Pembuatan Aneka Produk Olahan Ikan Lestari, Nami; -, Yuniarti; Purwanti, Tatik
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 33, No 01 (2016)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (773.774 KB)

Abstract

Secara teknis, semua jenis ikan dapat dijadikan surimi, biasanya dipilih yang volume produksi (hasil tangkapannya) melimpah dengan nilai ekonomis rendah. Ikan kurisi (Nemipterus sp.) tergolong ikan berdaging putih dan ekonomis. Tujuan penelitian adalah melakukan aplikasi penggunaan surimi berbahan ikan kurisi dibandingkan dengan ikan kurisi lumat untuk pembuatan aneka produk olahan ikan (bakso, sosis dan nugget). Rendemen surimi ikan kurisi yang dihasilkan dari penelitian sebesar 29,1%, warnanya krem muda, tidak berbau amis serta teksturnya lembut dan elastis. Kadar air surimi ikan kurisi sebesar 75,6 %, kekuatan gel 2452,10 g/cm2 dan derajat putih 80,51. Kandungan gizi (kadar protein dan kadar lemak) produk olahan (bakso, sosis dan nugget) berbahan surimi ikan kurisi lebih tinggi dari produk berbahan ikan kurisi lumat, sedangkan kadar air dan kadar abunya lebih rendah. Tekstur produk berbasis surimi ikan kurisi mempunyai nilai uji TPA yang lebih tinggi dibandingkan produk berbahan ikan kurisi lumat. Dari hasil uji organoleptik, panelis lebih menyukai semua produk (bakso, sosis dan nugget) yang menggunakan surimi dari ikan kurisi sebagai bahan bakunya daripada produk berbahan baku ikan lumat kurisi.
Studi Perbandingan Sifat Fisikokimia Minyak Inti Sawit (RBDPKO) Terhidrogenasi dalam Cocoa Butter Substitutes (CBS) dengan CBS Komersial Fitri Hasrini, Reno; Lestari, Nami; Ramadhani Meutia, Yuliasri
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 31, No 01 (2014)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.991 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah pengembangan proses pembuatan CBS Minyak Inti Sawit (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil, RBDPKO) dengan proses hidrogenasi lalu membandingkan karakter fisikokimia CBS dari RBDPKO dengan beberapa jenis CBS komersial.  Tahapan penelitian yang dilakukan adalah (1) Pembuatan CBS RBDPKO melalui optimasi proses hidrogenasi dan rafinasi; (2) Analisis bahan baku dan produk CBS dari RBDPKO; (3) Karakterisasi produk CBS dan membandingkan dengan CBS komersial. Dari hasil penelitian didapat kondisi optimum proses hidrogenasi CBS RBDPKO adalah menggunakan katalis nikel 0,1% pada alat hidrogenasi (reaktor) kapasitas 5 liter, dengan suhu 184°C, tekanan 2,5 bar, lama proses 6 jam, kecepatan aduk 250 rpm, dilanjutkan proses penyaringan dengan alat filter press, proses bleaching menggunakan bentonit 1% pada suhu 90°C selama 45 menit, proses deodorisasi denganalat rafinasi pada suhu 220°C selama 1,5 jam dan penyaringan kembali dengan alat filter press. Pada kondisi tersebut dapat diperoleh CBS asal RBDPKO dengan tekstur, warna dan bau yang mirip dengan CBS asal RBDPKO komersial, kadar air 0,07%, bebas kotoran, bilangan Iod 2,16 gram Iod/100 gram, asam lemak bebas 0,61% , tidak mengandung asam lemak trans dan nikel, titik leleh berubah dari 26,25°C menjadi 34°C, yaitu berubah wujud menjadi padat, terjadi penjenuhan asam oleat dan asam linoleat oleh atom hidrogen menjadi asam stearat sebagai tanda bahwa terjadi hidrogenasi penuh dan memiliki solid fat content 6,62% pada suhu 35°C dan 1,80% pada suhu 40°C mirip dengan profil SFC CBS komersial dan mempunyai profil triasilgliserol (TAG) yang serupa dengan CBS komersial lainnya.
(The Utilization of Sodium Chloride (NaCI) and Phosphoric Acid (H3PO4) on Degguming Process to Refine Crude Patin Oil (Pangasius sp.) Lestari, Nami; Susanty, Arba; -, Kurniawaty
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 25, No 01 (2008)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4757.834 KB)

Abstract

The oil paten fish (pangasius sp.) is a by product of paten nugget processing. It contains fatty acid and other nutriens compounds utilized in food and pharmaceutical industries. Refining is needed to utilize the raw oil fish of patin. The aim of this research was to find out a refining technology of patin oil fish by trretment of degumming. The research used two trreatment of degumming using 2.5% of salt (NaCI) an 2.0% of phosphate acid (H2PO4). Both were neutralized with Sodium Hydroxide (NaOH) and bleached with actived carbon. The reslt showed that the more accurate technique to refine oil fish of patin was by degumming process using 2.5% of salt, neutralization with NaOH and bleaching with actived carbon. The testing of pure oil fish of patin resulted in a metting to the requirement of food and pharmaceutical industry