Syukur Makmur Sitompul
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

KERAGAMAN HASIL, HERITABILITAS DAN KORELASI F3 HASIL PERSILANGAN KEDELAI (Glycine max L. Merril) VARIETAS ANJASMORO DENGAN VARIETAS TANGGAMUS, GROBOGAN, GALUR AP DAN UB Candra Kusuma Wardana; Anna Satyana Karyawati; Syukur Makmur Sitompul
Produksi Tanaman Vol. 3 No. 3 (2015)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan tanaman pangan penting di Indonesi. Usaha untuk memperoleh varietas unggul kedelai ialah dengan melakukan kegiatan pemuliaan tanaman yang dilanjutkan dengan seleksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari keragaman hasil, pewarisan sifat dan korelasi antara hasil dan komponen hasil tanaman kedelai generasi F3 tanaman kedelai. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2013, di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Kabupaten Malang. Rancangan percobaan  yang digunakan  adalah single plant. Data yang diperoleh dilakukan pengujian menggunakan analisis sidik ragam (uji F) dengan taraf nyata 5%, dilanjutkan dengan uji BNT 5% bila ada pengaruh nyata, uji Chi-Square, Heritabilitas arti luas dan koefisien korelasi untuk setiap variabel pengamatan. Hasil pengamatan menunjukkan berat kering biji dan bobot 100 biji per tanaman pada F3 persilangan Anjasmoro x Grobogan lebih tinggi secara nyata dibandingkan dengan ketiga persilangan lainnya. Semua variabel pada seluruh persilangan F3 tidak berdistribusi normal, kecuali pada variabel jumlah polong persilangan Anjasmoro x AP. Nilai heritabilitas seluruh variabel pengamatan pada semua persilangan memiliki kriteria tinggi, kecuali pada variabel jumlah buku subur per tanaman persilangan Anjasmoro x AP. Hubungan antar sifat antara jumlah buku subur, jumlah polong isi dan berat kering per tanaman pada semua persilangan tergolong kuat, kecuali pada persilangan Anjasmoro x Grobogan. Kata kunci : Kedelai, Generasi F3, Keragaman, Heritabilitas, Koefisien Korelasi.
KERAGAMAN HASIL, PADA UJI 3 GALUR TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.Merril) GENERASI F3 HASIL PERSILANGAN TANGGAMUS X ANJASMORO, TANGGAMUS X ARGOPURO, TANGGAMUS X UB Riama Dewi Sartika Sihotang; Mochammad Nawawi; Syukur Makmur Sitompul
Produksi Tanaman Vol. 3 No. 5 (2015)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk meningkatkan produktivitas tanaman kedelai salah satunya dapat dilakukan dengan cara perbaikan teknologi produksi dan pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaman hasil, pewarisan sifat dan korelasi antara hasil dan komponen hasil tanaman kedelai generasi F3 hasil kombinasi tiga persilangan. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Kabupaten Malang pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juli 2013. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan percobaan tanpa ulangan atau single plant. Data yang diperoleh dilakukan pengujian menggunakan analisis sidik ragam (uji F) dengan taraf nyata 5%, dilanjutkan dengan uji BNT 5% bila ada pengaruh nyata, uji Chi-Square, Heritabilitas arti luas dan koefisien korelasi untuk setiap variabel pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai tertinggi pada jumlah polong isi/tan, bobot kering biji g/tan, bobot 100 biji g/tan terjadi pada persilangan Tanggamus x Argopuro. Nilai heritabilitas arti luas tergolong tinggi pada uji tiga galur generasi F3 tanaman kedelai terhadap karakter tinggi tanaman (cm) dan bobot kering biji (g/tan). Korelasi pada uji tiga galur generasi F3 tanaman kedelai terjadi pada hubungan bobot kering biji (g/tan) dengan jumlah polong isi/tan memiliki korelasi yang sangat erat. Kata kunci : Kedelai, Generasi F3, Heritabilitas, Koefisien Korelasi
STUDI DAYA HASIL GALUR F4 KEDELAI (Glycine max L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS GROBOGAN DENGAN ANJAMORO, UB, AP DAN ARGOPURO Felix Putra Daksa A.; Anna Satyana; Syukur Makmur Sitompul
Produksi Tanaman Vol. 4 No. 1 (2016)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun mencapai 8,12 kg/ kapita. Data BPS tahun 2013 menunjukkan produksi kedelai nasional sebesar 810 ribu ton. Hal ini menunjukkan jika produksi kedelai nasional masih cukup jauh dibandingkan angka kebutuhan kedelai. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri, salah satu caranya adalah dengan persilangan untuk mendapatkan varietas unggul yang berproduksi tinggi (> 3 ton ha-1). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaman bobot biji, jumlah cabang, buku subur dan polong; mempelajari pewarisan sifat; mempelajari sifat utama yang mendukung komponen hasil pada galur F4. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih galur F4 persilangan Grobogan x Anjasmoro, Grobogan x UB, Grobogan x AP dan Grobogan x Argopuro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah single plant (pengamatan pada setiap individu). Penelitian dilaksanakan pada Februari – Mei 2014 di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan jika terdapat korelasi yang erat  pada hubungan jumlah cabang, buku subur dan polong isi terhadap bobot kering biji. Koefisien determinasi menunjukkan pengaruh langsung yang dominan pada jumlah buku subur dan jumlah polong isi terhadap bobot kering biji. Galur F4 memiliki nilai koefisien keragaman fenotipe dan genotipe yang tinggi. Nilai heritabilitas berkisar sedang hingga tinggi. Nilai kemajuan genetik galur F4 bernilai tinggi pada setiap variabel. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah karakter komponen hasil memiliki keragaman yang tinggi, pewarisan sifat lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dan korelasi antara jumlah buku subur dan jumlah polong isi terhadap daya hasil berkorelasi kuat. Kata kunci: Kedelai, Galur, Persilangan, Daya Hasil, Komponen Hasil.
STUDI DAYA HASIL PADA GALUR HARAPAN F4 HASIL PERSILANGAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) VARIETAS ANJASMORO DENGAN TANGGAMUAS, GROBOGAN, AP, DAN UB Qurrotul Ainiyah; Mochammad Roviq; Syukur Makmur Sitompul
Produksi Tanaman Vol. 4 No. 2 (2016)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman kacang-kacangan yang menjadi sumber protein sebagian besar penduduk Indonesia. Penelitian bertujuan: (1) mempelajari keragaman daya hasil bobot biji dan jumlah polong isi pada galur kedelai F4 hasil persilangan varietas Anjasmoro dengan Tanggamus, Grobogan, AP, dan UB  (2) mempelajari sifat yang mendukung daya hasil pada galur F4 hasil persilangan varietas Anjasmoro dengan Tanggamur, Grobogan, AP, dan UB. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga bulan Mei 2014 di Kebun percobaan Universitas Brawijaya, yang terletak di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Bahan yang digunakan meliputi kedelai varietas Anjasmoro, Tanggamus, Grobogan, AP, UB sebagai tetua, F4 hasil persilangan ♀Anjasmoro x ♂Tanggamus, ♀Anjasmoro x ♂Grobogan, ♀Anjasmoro x ♂AP, dan ♀Anjasmoro x ♂UB . Rancangan yang digunakan adalah single plant. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Galur Anjasmoro x Tanggamus, Anjamoro x Grobogan, dan Anjamoro x UB memiliki keragaman daya hasil tinggi, jumlah buku subur adalah sifat utama yang mendukung daya hasil pada semua galur persilangan, galur Anjasmoro x UB memiliki daya hasil lebih tinggi dibandingkan dengan galur Anjamoro x Grobogan, Anjasmoro x  Grobogan  memiliki daya hasil lebih tinggi dibandingkan dengan Anjasmoro x Tanggamus, Anjasmoro x Tanggamus lebih tinggi dibandingkan Anjasmoro x AP. Nilai KKF, KKG, heritabilitas dan KGH tinggi pada galur F4 kedelai pada semua kombinasi persilangan sehingga berpeluang untuk dilakukan seleksi. Kata kunci: Varietas Anjasmoro, Varietas Grobogan, Galur AP, Galur UB, Single Plant, Daya Hasil, KKF, KKG, Heritabilitas, KGH, Seleksi.
STUDI DAYA HASIL GALUR F4 KEDELAI (Glycine max L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS AP DENGAN ARGOPURO, UB DAN TANGGAMUS Ahadin Sholeh; Anna Satyana Karyawati; Syukur Makmur Sitompul
Produksi Tanaman Vol. 4 No. 7 (2016)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan data BPS (2013) dilaporkan bahwa produksi kedelai sebanyak 843,15 ribu ton, produksi tersebut hanya mampu untuk mencukupi sekitar 43 % dari kebutuhan nasional. Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka upaya yang bertujuan meningkatan produksi tanaman kedelai perlu dilakukan. Salah satunya yaitu melalui persilangan antar varietas dengan masing-masing keunggulan yang dimiliki untuk dijadikan tetua. Penelitian ini bertujuan untuk  mempelajari keragaman jumlah cabang, jumlah buku subur, jumlah polong isi dan bobot kering biji; mempelajari pewarisan sifat; mempelajari sifat utama yang dominan mendukung hasil (bobot biji per tanaman). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 – Mei 2014 di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Metode rancangan menggunakan single plant pengamatan parameter secara destruktif (1) jumlah cabang, (2) jumlah buku subur, (3) jumlah polong isi, (4) bobot biji. Analisa data menggunakan perhitungan ragam fenotip, analisis korelasi, pendugaan nilai heritabilitas dalam arti luas dan kemajuan genetik. Bahan yang digunakan adalah benih galur F4 kombinasi AP × Argopuro, AP × UB dan AP × Tanggamus. Hasil penelitian menunjukkan korelasi antar karakter memiliki hubungan erat - sangat Hasil perhitungan regresi menunjukkan jika jumlah buku subur dan jumlah polong isi yang memiliki pengaruh yang besar pada hasil  (> 50%). Heritabilitas pada galur F4 lebih dipengaruhi oleh faktor genetik. Nilai kemajuan genetik yang tinggi pada semua kombinasi. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah pewarisan sifat lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dan korelasi antara jumlah cabang, jumlah buku subur dan jumlah polong isi terhadap daya hasil (bobot biji) berkorelasi erat hingga sangat erat.
KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT OLEH PEMBUAT JAMU DI KECAMATAN WRINGIN KABUPATEN BONDOWOSO Afrizal Maulana Abdi; Wisnu Eko Murdiono; Syukur Makmur Sitompul
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 7 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tumbuhan sejak lama digunakan sebagai obat yang oleh masyarakat disebut “obat herbal”, misalnya jamu. Jamu ialah salah satu obat herbal yang diminati masyarakat. Penelitian telah dilaksanakan di Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso pada Januari hingga Maret 2015. Alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera digital, alat perekam, label, alat press, gunting, parang, komputer, trashbag transparan serta koran bekas. Bahan yang digunakan adalah kuesioner alkohol 70%, serta sampel tumbuhan. Pelaksanaan penelitian terdiri dari survei pendahuluan, wawancara, dan observasi. Pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling. Metode wawancara menggunakan metode semiterstruktur. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif. Data disajikan dalam bentuk deskripsi, tabel, grafik, dan dokumentasi. Didapatkan 6 responden yang ahli dalam meracik jamu. Terdapat 59 spesies tumbuhan obat yang digunakan responden termasuk dalam 32 famili tumbuhan. Famili dengan pemanfaatan terbanyak yaitu Zingiberaceae, sebanyak 17 manfaat. Banyaknya spesies pada famili Zingiberaceae yaitu 10 spesies tumbuhan. Berdasarkan asal diperolehnya tumbuhan obat, sebesar 44% tumbuhan merupakan tumbuhan liar, 20% tanaman budidaya dan tumbuhan liar yang ditanaman di pekarangan, 19% tumbuhan liar yang djiual di pasar, dan 17% merupakan tanaman budidaya. Organ tumbuhan yang paling banyak digunakan yaitu daun (33%), rimpang (16%), buah (12%), bunga (5%), seluruh bagian tumbuhan (17%), dan bagian lain hingga 17%. Cara pemberian obat sebagian besar diminum (68%), dibalur (12%), digosok (8%), dimakan (8%), dan ditetes (4%).
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN DAN KONSENTRASI RHIZOBAKTERI PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI SAYUR (Glycine max L. Merrill) Farid Mufti Ardiyanto; Anna Satyana Karyawati; Syukur Makmur Sitompul
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 11 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar edamame, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan produksi edamame. Rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman  adalah kelompok bakteri menguntungkan yang berperan penting dalam memacu pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi pemberian dan konsentrasi rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman optimal dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil edamame. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2015 di lahan milik PT. Mitratani Dua Tujuh, Desa Klompangan, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur dengan ketinggian tempat 64-86 mdpl. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu frekuensi pemberian rhizobakteri dan faktor kedua yaitu konsentrasi rhizobakteri. Frekuensi pemberian dan konsentrasi rhizobakteri memberikan interaksi terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Frekuensi pemberian rhizobakteri sebanyak satu kali dengan konsentrasi 10% mempunyai tinggi tanaman lebih tinggi (39.43 cm) dan jumlah daun daun lebih banyak (14.25 helai) dari perlakuan lain, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan frekuensi pemberian tiga kali dengan konsentrasi 5%. Perbandingan antara hasil penelitian dengan Standart Operating Procedure (SOP) PT. Mitratani Dua Tujuh diketahui bahwa jumlah polong per 500 gram, Standart Quality (SQ), dan bobot afkir, menunjukkan bahwa perlakuan rhizobakteri mempunyai jumlah polong lebih banyak tetapi mempunyai ukuran lebih kecil daripada SOP, selain itu perlakuan rhizobakteri mempunyai tingkat serangan hama dan penyakit lebih rendah daripada SOP.
STUDI DAYA HASIL GALUR F4 KEDELAI (Glycine max L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS ARGOPURO DENGAN UB, TANGGAMUS, DAN GROBOGAN Candra Adhi Pradana; Mochammad Roviq; Syukur Makmur Sitompul
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 11 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Produksi kedelai di Indonesia saat ini masih belum dapat mengimbangi laju peningkatan kebutuhan kedelai. Produktivitas yang rendah ini disebabkan antara lain karena belum adanya varietas unggul, sedangkan penggunaan varietas yang sudah ada belum sesuai dengan lingkungan areal pertanaman kedelai. Pemilihan varietas memegang peranan penting dalam budidaya kedelai, untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dapat ditentukan oleh potensi genetiknya. Persilangan antar varietas yang bermutu tinggi seperti varietas Argopuro dengan varietas UB, Tanggamus, dan Grobogan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan produksi tanaman. Tujuan dilakukan persilangan ini adalah untuk mempelajari sifat utama yang mendukung komponen hasil pada galur F4 hasil persilangan varietas Argopuro sebagai tetua betina dengan varietas UB, Tanggamus, dan Grobogan sebagai tetua jantan. Setelah dilakukan persilangan, hasil yang diperoleh menunjukkan jika keragaman fenotip pada karakter komponen hasil populasi galur F4 menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan tetua, sehingga dengan melakukan seleksi pada populasi galur F4 maka dapat berpeluang untuk mendapatkan tanaman dengan daya hasil yang lebih tinggi. Pewarisan sifat pada populasi galur F4 yang tinggi terlihat pada keragaman karakter berat biji per tanaman, jumlah buku subur, dan jumlah polong isi pada galur persilangan F4. Karakter hasil berat biji per tanaman memiliki korelasi yang kuat dengan jumlah buku subur dan jumlah polong isi. Secara umum hampir semua galur persilangan F4 memiliki koefisien keragaman, heritabilitas, dan kemajuan genetik yang tinggi sehingga seleksi dapat dilakukan dengan lebih efektif.
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI [Glycine max (L.) Merr.] DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBERIAN AIR Veby Anggrainy; Anna Satyana Karyawati; Syukur Makmur Sitompul
Produksi Tanaman Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman kedelai yang umumnya ditanam tanpa pengairan pada akhir musim penghujan setelah padi sering mengalami kekurangan air khususnya pada masa reproduktif. Suatu penelitian dilakukan untuk mempelajari pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai dengan tingkat penyediaan air yang berbeda pada masa vegetatif dan reproduktif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Januari 2016 di rumah kaca kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kabupaten Malang. Perlakuan terdiri dari Fase vegetatif - generatif 100% KL (K0), Fase vegetatif - generatif 75 % KL (K1), Fase vegetatif - generatif 50% KL (K2), Fase vegetatiftif 100 % - Fase generatif 75 % KL (K3), Fase vegetatif 100 % - Fase generatif 50 % KL (K4), Fase vegetatif 75 % - Fase generatif 100 % KL (K5), Fase vegetatif 50% - Fase generatif 100% KL (K6) yang ditempatkan dalam rumah kaca berdasarkan Rancangan Acak Kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan air pada fase generatif lebih mempengaruhi penurunan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai daripada kekurangan air pada fase vegetatif. Perlakuan pemberian air pada fase vegetatif 100% KL - generatif 50% KL (K4) menyebabkan penurunan pada hasil dengan presentase sebesar 56% untuk jumlah polong per tanaman, 63% untuk bobot polong per tanaman, 40% untuk jumlah biji per tanaman dan 58% untuk bobot 100 biji.
PENGARUH APLIKASI PUPUK KANDANG SAPI DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN EDAMAME [Glycine max (L.) Merr.] Didin Wahyudi; Anna Satyana Karyawati; Syukur Makmur Sitompul
Produksi Tanaman Vol. 6 No. 2 (2018)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu sumber alami unsur hara yang diserap tanaman ialah bahan organik. Bahan organik mengalami proses dekomposisi, dimana hasil akhirnya berupa hara tersedia bagi tanaman. Tanaman edamame tumbuh dengan baik di tanah yang subur, yang dicirikan dengan tingkat bahan organik yang tinggi. Produksi edamame dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan organik pada tanah melalui pemupukan organik. Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari jenis dan dosis pupuk organik yang dapat menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang baik pada tanaman edamame. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus – Oktober 2015, di lahan PT. Mitratani Dua Tujuh, Jl. Brawijaya No. 83, Mangli, Kaliwetas, Kabupaten Jember. Perlakuan terdiri dari kontrol (tanpa pemupukan organik), pupuk kandang sapi 8 ton ha-1, pupuk kandang sapi 16 ton ha-1, pupuk kandang sapi 24 ton ha-1, pupuk kompos 8 ton ha-1, pupuk kompos 16 ton ha-1, dan pupuk kompos 24 ton ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman edamame. Pupuk organik tidak mempengaruhi jumlah polong edamame, dan mempengaruhi bobot segar polong edamame hanya pada polong berisi 2 biji sempurna, polong berisi biji semuanya tidak sempurna (kisut), dan total. Berdasarkan hasil penelitian, aplikasi pupuk kandang sapi dan kompos memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman edamame, dimana perlakuan pupuk kandang sapi 24 ton ha-1 memberikan pengaruh tertinggi, dan tidak memberikan pengaruh terhadap hasil tanaman edamame.