Mastanning
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Integrasi Budaya Islam dengan Budaya Lokal dalam Upacara Pernikahan di Desa Ummareng Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru Nurhikmah, Nurhikmah; Aksa; Mastanning
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 10 No 01 (2022): History and Culture
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v10i01.42163

Abstract

This research aims to find out how Islamic culture is integrated with local culture in wedding ceremonies in Ummareng Village, Tanete Rilau District, Barru Regency. This research is cultural research with qualitative data, descriptive analysis. Data was obtained through field research (field data) as a primary source and library research (library data) as a secondary source. The research approaches used are historical, sociological, anthropological and religious approaches. The application of local culture in wedding ceremonies in Tanete Rilau sub-district, Barru Regency is related to this existence, namely the beginning of the Bugis Barru wedding in Tanete Rilau sub-district, Barru Regency which is divided into two stages, namely preparation for the procession before the wedding, the marriage contract procession. Integration of the Bugis Traditional Wedding Procession with the Islamic Wedding Procession, in several stages of implementation, such as the Al-Quran mappatemme procession, barazanji, and the marriage contract. Values of Islamic Cultural Integration, mammanu-manu, ma'duta, mappetu'ada, mappasikarawa, barazanji. And the values of Islamic Cultural Integration, tolerance, justice, interconnection. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana integrasi budaya Islam dengan budaya lokal dalam upacara pernikahan di Desa Ummareng Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Penelitian ini adalah penelitian budaya dengan data kualitatif analisi deskriptif. Data diperoleh melalui field research (data lapangan) sebagai sumber primer dan library research (data pustaka) sebagai sumber sekunder. Pendekatan penelitian digunakan adalah pendekatan sejarah, sosiologi, antropologi, agama. Pelaksanan Budaya lokal dalam Upacara pernikahan di kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru terkait keberadaan tersebut, yang mana awal dilakukannya pernikahan Bugis Barru kepada Kacamatan tanete rilau Kabupaten barru yang terbagi menjadi dua tahapan yaitu, persiapan prosesi sebelum pelaksanaan pernikahan, prosesi akad nikah. Intergrasi dalam Prosesi Pernikahan Adat Bugis dengan Prosesi Pernikahan islam, dalam beberapa tahap-tahap pelaksanaannya seperti pada prosesi mappatemme Alquran, barazanji, dan akad nikah. Nilai-nilai Intergrasi Budaya islam, mammanu-manu, ma’duta, mappetu’ada, mappasikarawa, barazanji. Dan nilai-nilai Intergrasi Budaya Islam, toleransi, keadilan, Interkoneksi.
Benteng Rotterdam: Alih Fungsi Benteng Rotterdam Pasca Perjanjian Bongaya Sri Rezky Meiliana, Sri Rezky Meiliana; Mastanning; Syukur, Syamzan
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 11 No 02 (2023): History and Culture
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v11i02.42992

Abstract

This research discusses the function of Fort Rotterdam which has changed several times, starting from Fort Rotterdam as a defense base which is the main function of the establishment of a fort especially during the kingdoms, to the fort which has changed and added functions tailored to the needs and interests of certain control. The results of this study indicate that the function of Fort Rotterdam experienced a transition and addition of functions in each period of control starting from the control of the Kingdom of Gowa, after the Bongaya agreement the fort was under the control of the Dutch, Japanese to the time after independence.
Pengaruh Kepemimpinan dan Kebijakan Sultan Alauddin Terhadap Kerajaan Makassar (1593 -1639 M) hikmahh, hikmahh; Mastanning; Rahmawati
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 11 No 01 (2023): History and Culture
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v11i01.43253

Abstract

Sultan Alauddin (1593-1639) adalah anak dari raja Gowa ke-12 yang bernama Karaeng Bontolangkasa atau Tunijallo, dan ibunya adalah raja Tallo yang ke-4. Ketika ia dinobatkan sebagai raja Gowa ke-14, umurnya masih sangat muda sehingga yang menjalankan roda pemerintahan diwakilkan kepada raja Tallo ke-6 atau Mangkubumi Kerajaan Gowa-Tallo yang bernama Karaeng Matoaya. Raja Tallo yang merangkap Mangkubimi Kerajaan Gowa bernama I Malingkaang Daeng Manyonri adalah yang pertama kali menerima agama Islam dan mengucapkan dua kalimat Syahadat. Setelah pengucapan dua kalimat syahadat, beliau lalu diberi gelar Islam Sultan Abdullah Awwalul Islam, yang artinya orang yang pertama menerima agama Islam sebagai agamanya. Setelah itu menyusul raja Gowa yang bernama I Mangarangi Daeng Manra’bia raja Gowa ke-14, lalu kemudian diberi gelar Islam Sultan Alauddin. Pada 9 November 1607, dinyatakan sebagai penerimaan Islam oleh rakyat Gowa dan Tallo sebagai agamanya, dan Kerajaan Gowa menjadikan agama Islam sebagai agama resmi kerajaan. ketika pemerintahan Sultan Alauddin di Kerajaan Gowa, beliau sangat menekankan perlunya ada persamaan di antara sesama manusia, apakah itu adalah penduduk asli kerajaan ataukah mereka berasal dari luar, bahkan juga berlaku bagi bangsa asing. Hal ini tercermin dalam bidang perdagangan, dimana Pelabuhan Somba Opu dibuka selebar-lebarnya kepada siapa saja dengan tidak membedakan warna kulit. Hal inilah yang menyebabkan sehingga Kerajaan Gowa terkenal hingga ke luar negeri dan bangsa-bangsa asing berdatangan untuk melakukan perdagangan antar wilayah. Ia juga sangat menentang monopoli perdagangan di daerahnya.
Fort Rotterdam's Contribution to The Development Of Cultural Heritage Sri Rezky Meiliana, Sri Rezky Meiliana; Syukur, Syamzan; Mastanning
Al-Hikmah Journal for Religious Studies Vol 25 No 02 (2023): Desember
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/al-hikmah.v25i02.42769

Abstract

This research aims to examine the role of Fort Rotterdam as a cultural heritage development in people's lives. This research is qualitative research using library research and field research. The steps in historical research are heuristics, source criticism, interpretation and historiography. The establishment of Fort Rotterdam was initiated by King Gowa IX Tumaparisi Kallonna as a royal defense base and continued by his son Karaeng Tunipalangga. The results of this research show that Fort Rotterdam continues to experience changes in function in each period. The role of Fort Rotterdam as a post-independence cultural heritage development in people's lives can be seen in several aspects of society's social, economic and political life. The role of Fort Rotterdam as a source of increasing understanding regarding history and culture, a means of building social relations, a means of maintaining the local identity of the Makassar community, and improving the community's economy.
Pinisi Maritime Traditions in The Bonto Bahari Community of Bulukumba Lisnayanti, Lisnayanti; Rahmat; Mastanning
Al-Hikmah Journal for Religious Studies Vol 26 No 01 (2024): Juni
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/al-hikmah.v26i01.42993

Abstract

This research aims to examine the elements of Islamic culture in the pinisi maritime tradition of the Bonto Bahari Bulukumba community. Pinisi boat, which originated from the Sawerigading story, is a traditional boat from South Sulawesi, precisely Bulukumba, known as Butta Panrita Lopi. Pinisi in its manufacture is still thick with the culture of the local community. In its development, the pinisi boat has been recognized as a humanitarian heritage for intangible culture authorized by UNESCO. This research is a cultural research using qualitative data obtained from field study data and literature data. The data collection methods used are interviews, observations, and through written documents. The results of this study show that in the tradition of pinisi maritime there are several rituals performed, namely, annakbang kalabiseang (keel cutting), annattara (keel connection), appasili (rejecting bad luck), ammossi (cutting the navel), and annyorong lopi (boat launching). The elements of Islamic culture contained in these rituals are religious system and religious ceremonies, community organization system, and livelihood system.