Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Role of CysC Levels as Biomarkers for Renal Function in the Use of Gentamicin for Preterm Infants Aged 28-36 Weeks with Neonatal Sepsis: A Narrative Literature Review Ratana, Angelica Devi; Emilda, Emilda; Hendsun, Hendsun
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 8 No. 4 (2024): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/bsm.v8i4.964

Abstract

Premature infants with neonatal sepsis often require antibiotics, such as Gentamicin, commonly used in the NICU to treat suspected Gram-negative infections associated with neonatal sepsis. However, to limit the risk of nephrotoxicity associated with minimum levels, the use of high-dose Gentamicin with extended dosing intervals has been widely adopted in NICU clinical practice. Gentamicin use can impact kidney function. The examination of Cystatin C (CysC) levels as a biomarker to assess kidney function and nephrotoxicity due to antibiotic use is highly recommended, especially in premature infants. Gentamicin use in preterm infants can influence CysC levels as a biomarker for kidney function. The correlation between Gentamicin use, changes in CysC levels, and the impact on kidney function highlights the need for strict monitoring of these parameters. This study concludes that CysC levels can be a crucial indicator in assessing the impact of Gentamicin use on kidney function in preterm infants with neonatal sepsis. Routine monitoring of CysC levels can aid in early identification of potential kidney issues and support appropriate clinical decision-making in the use of antibiotics for this vulnerable preterm infant population.
Perbandingan Hipotiroid Kongenital Dengan Eutiroid Terhadap Kelainan Ginjal Dan Traktus Urinarius Pada Anak Salim, Ruth Brigitta; Natalie, Michelle Ruth; Ratana, Angelica Devi; Abdiwijoyo, Mario; Winata, Gisela
Health Information : Jurnal Penelitian Content Digitized
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hipotiroid kongenital adalah kelainan kongenital yang sangat umum dijumpai pada neonatus, di mana satu dari 3000-4000 bayi di dunia mengalami hipotiroid kongenital. Angka kejadian hipotiroid kongenital di Indonesia sendiri yaitu 1:2500 per penduduk. Hipotiroid kongenital dapat berhubungan dengan kelainan kongenital lainnya, salah satunya kelainan ginjal dan traktus urinarius. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti mutasi gen (PAX8, FOXE1, TTF1, TTF2, TSHR, TPO, dan NIS) dan gangguan maternal (hipotiroid dan epilepsi dalam kehamilan). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan hipotiroid kongenital dengan kelainan ginjal dan traktus urinarius sehingga dapat menurunkan risiko penyakit ginjal stadium akhir pada bayi dan anak. Pencarian literatur diambil dari artikel jurnal terpercaya seperti Pubmed, Google Scholar, Ebsco, Medline, Science Direct, Cochrane, dan Hindawi yang diterbitkan dalam rentang waktu 10 tahun terakhir. Selain gen PAX8, mutasi pada gen-gen lain yang terlibat dalam perkembangan ginjal dan sistem urinarius seperti WT1, WNT4, SALL1, serta NKX2-1 dapat menyebabkan gangguan sistem urinarius kongenital seperti gangguan fungsi ginjal atau pembentukan ginjal. Kondisi dehidrasi hipernatremik pada anak akibat glomerulonefritis akut seringkali menyebabkan cedera ginjal akut pada hipotiroid kongenital. Hipotiroid dapat menurunkan fungsi ginjal dan mempengaruhi proses filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit dan menyebabkan gangguan ginjal. Terjadinya hipotiroid juga dapat menurunkan produksi urin dan memperlambat proses penyerapan cairan, yang menyebabkan dehidrasi dan memperburuk kondisi ginjal. Kelainan kongenital ginjal dan traktus urinarius lebih banyak ditemukan pada anak hipotiroid kongenital dibandingkan anak eutiroid, dengan odds ratio (OR) 13,2.
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KESADARAN TENTANG HEMOROID MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA ANGKATAN 2017-2018 Ratana, Angelica Devi; Lumbantobing, Lamhot Asnir
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 2 (2023): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v7i2.13275

Abstract

Hemorrhoids occur due to an increase in the pressure gradient that causes widening and protrusion of the hemorrhoidal plexus. Patients have a tendency to be ashamed of the disease because of its location so that many patients tend not to want to do examinations and treatment at the hospital. The level of awareness is needed to live a good life behavior by applying the knowledge of hemorrhoids obtained so that they can avoid and reduce daily habits that can be risk factors for hemorrhoids and can maximize performance and health status. This study aims to describe the level of knowledge and awareness about hemorrhoids for students of the Faculty of Medicine, Tarumanagara University class 2017-2018. This study is a cross-sectional descriptive observational study and was followed by 135 respondents who met the inclusion criteria. The average value of the hemorrhoidal knowledge level of students was 87.18 with the highest score 100 and the lowest score 53.85. The average value of the student's level of awareness about hemorrhoids is 65.29 with the lowest score 43.53 and the highest score 85.88. The conclusion of this research is that respondents have a high level of knowledge and have a moderate level of awareness. Keywords: awareness; hemorrhoids; medical students; knowledge Abstrak Hemoroid terjadi karena adanya peningkatan gradien tekanan yang menyebabkan pelebaran dan penonjolan pada plexus hemorrhoidalis. Pasien memiliki kecenderungan malu akan penyakit tersebut karena lokasinya sehingga banyak pasien yang cenderung tidak ingin melakukan pemeriksaan dan perawatan di rumah sakit. Tingkat kesadaran dibutuhkan untuk menjalani perilaku hidup yang baik dengan mengaplikasikan pengetahuan hemoroid yang didapatkan sehingga dapat mengurangi kebiasaan sehari-hari yang dapat menjadi faktor risiko hemoroid dan memaksimalkan kinerja serta status kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan kesadaran tentang hemoroid mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2017-2018. Penelitian ini merupakan studi observasional deskriptif potong lintang dan diikuti 135 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Diperoleh nilai rata-rata tingkat pengetahuan hemoroid mahasiswa adalah 87,18 dengan nilai tertinggi yaitu 100 dan nilai terendah yaitu 53,85. Nilai rata-rata tingkat kesadaran tentang hemoroid mahasiswa adalah 65,29 dengan nilai terendah adalah 43,53 dan nilai tertinggi adalah 85,88. Kesimpulan penelitian ini adalah didapatkan responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dan memiliki tingkat kesadaran yang sedang.