Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Suplementasi Ekstrak Kasar Bonggol Nanas (Ananas comosus L) dan Batang Pisang (Musa sp.) Pada Pemeliharaan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) di Kolam Tanah Gambut Djauhari, Ricky; Christiana, Ivone; Yulintine, Yulintine; Maryani, Maryani; Monalisa, Shinta Sylvia; Gunawan, Irawadi; Marcelina Naibaho, Sophia Gabriela
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 9, No 1 (2024): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v9i1.197

Abstract

One of the obstacles in cultivating catfish (Clarias sp.) is its low feed efficiency. Therefore, a breakthrough innovation is needed in catfish cultivation to increase the efficiency of feed utilization which will lead to increase the production and profits in catfish cultivation businesses. This study aimed to evaluate the effect of supplementation of pineapple and banana stem crude extract on the growth performance of catfish in flooded peat ponds. In this study, pineapple and banana stem crude extract was mixed into the feed at doses of 0 (A), pineapple  stem crude extract 6% (B), banana stem crude extract 2% (C), and combination pineapple 6% and banana stem crude extract 2% (D) with three repetitions. Fish with an initial weight of 1.25 g were randomly stocked in 12 nets sizing 1 x 1 x 1 m3 installed in earthen ponds at a density of 40 fish/net. Fish were given the experimental feed to apparent satiation twice a day for 14 days. Supplementation combination of pineapple at a dose of 6% and banana stem crude extract at a dose of 2% (treatment D) showed better results on catfish growth performance compared to other treatments. Supplementation combination of pineapple and banana stem crude extract showed a positive effect on feed consumption efficiency (160 g), feed utilization efficiency (100,4%) as indicated by the feed conversion ratio value (1.05) which was lower than other treatments. Supplementation of pineapple stem crude extract can be a new breakthrough innovation in the fish cultivation in peat ponds considering its significant role in reducing oxidative stress during fish cultivation
PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIPELIHARA DALAM KARAMBA DI KELURAHAN PAHANDUT SEBERANG KOTA PALANGKA RAYA Rosita, Rosita; Matling, Matling; Gunawan, Irawadi; Gunawan, Melky
JOURNAL OF TROPICAL FISHERIES Vol. 19 No. 1 (2024): Journal Tropical of Fisheries
Publisher : Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya (UPR)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/jtf.v19i1.12876

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indeks prevalensi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara dalam karamba di Kelurahan Pahandut Seberang Kota Palangka Raya. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 1-30 Agustus 2023 Metode yang digunakan adalah metode observasi dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dengan interval Sampling dilakukan 1 minggu dengan jumlah sampel 20 ekor ikan sehingga total jumlah ikan sampel 60 ekor. Identifikasi ektoparasit dilakukan di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Kota Palangka Raya, Prov. Kalimantan Tengah. Hasil identifikasi ditemukan 3 jenis ektoparasit dari dua golongan yaitu dari golongan metazoa (Gyrodactylus sp) dan protozoa (Chilodonella sp dan Vorticella sp.). Kisaran prevalensi ektoparasit sebesar 40%-60% dengan tingkat prevalensi yang paling tinggi ditemukan pada sampling I dengan nilai prevalensi sebesar 60% dengan ektoparasit Gyrodctylus sp 17 ind/ekor, Vortycella sp 2 ind/ekor dan Chilodonella sp 14 ind/ekor, prevalensi yang paling rendah ditemukan pada Sampling II dengan nilai prevalensi sebesar 40% dengan jumlah ektoparasit Gyrodctylus sp 8 sel, Vortycella sp 9 sel dan Chilodonella sp 18 sel. Pada organ target kisaran prevalensi ektoparasit sebesar 40%-80% dimana prevalensi ektoparasit tertinggi pada organ insang sebesar 80% dan terendah pada sirip ekor sebesar 40%. Kisaran prevalensi individu parasit berkisar antara 90%-66,7% dimana prevalensi ektoparasit tertinggi adalah parasit Chilodonella sp sebesar 90% dan yang terendah adalah Vorticella sp sebesar 66,7%.
PENETASAN TELUR IKAN PATIN SIAM (Pangasionodon hypopthalmus) DALAM AQUARIUM DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA Gaol, Elgrito Lumban; Yusuf , Noor Syarifuddin; Wirabakti, Murrod C.; Gunawan, Irawadi; Yasin , Muhamad Noor
JOURNAL OF TROPICAL FISHERIES Vol. 19 No. 1 (2024): Journal Tropical of Fisheries
Publisher : Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya (UPR)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/jtf.v19i1.13077

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat tebar yang baik pada telur Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) terhadap lama waktu penetasan telur dan daya tetas telur di aquarium. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan 31 Oktober 2023 – 30 November 2023 bertempat di Instalasi Budidaya Ikan Lahan Gambut (IBILAGA) Desa Garung, Kabupaten Pulang Pisau. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan yaitu perlakuan A (kepadatan telur ikan 1 gram/liter), perlakuan B (kepadatan telur ikan 1,5 gram/liter) dan perlakuan C (kepadatan telur 2 gram/liter).Hasil penelitian menunjukkan penetasan telur Ikan Patin Siam dengan padat tebar telur Ikan Patin Siam yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap waktu penetasan dengan nilai signifikan (0,000) melalui analisis sidik ragam (ANOVA) nilai F Hitung 76,319 > F Tabel 5% (2:6) 5,14. Padat tebar telur Ikan Patin Siam yang berbeda juga berpengaruh nyata terhadap daya tetas atau persentase penetasan telur Ikan Patin Siam dengan nilai signifikan (0,045) dengan nilai F Hitung 5,456 > F Tabel 5% (2:6) 5,14.Kepadatan telur Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophtalmus) sebanyak 1 gram/liter hingga 1,5 gram/liter merupakan respon tercepat dalam waktu penetasan dengan kisaran waktu penetasan 25,16 jam – 25,27 jam dengan daya tetas (hatching rate) mencapai 80,66% - 80,92%.