Mastanning, Mastanning
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Rihlah Jurnal Sejarah dan Kebudayaan

Mattoana Arajang di Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone (Suatu Tinjauan Kebudayaan Islam) Mastanning Mastanning
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 3 No 01 (2015): OKTOBER
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v3i01.1386

Abstract

Mattoana Arajang is a rite to offering sesajen which as a symbol of respect to memorize the respected ancestors of Ajangale-Bone Society. This ritual is still ongoing after the arrival of Islam. This ritual shows that the presence of Mattoana Arajang in Ajangale District which began to the local belief to Dewata SeuwaE. That local belief was trusted as a provider of the heritage to ensure the settlement of Buginese people in Bone. Based on people’s views about Mattoana Arajang that this ritual could be disappear by itself due to a deep understanding of Islamic teachings on the society. So, the Arajang should be stored in museum to ensure the maintenance of it. Furthermore, there is the main thing to be considered which is to do counseling due to this custom can violate the Islamic law.
Peran Dinasti Mamluk dalam Membendung Ekspansi Bangsa Mongol ke Dunia Islam Syamzan Syukur; mastanning Anning
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 6 No 1 (2018): RIHLAH
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v6i1.5455

Abstract

“Mamluk” berarti budak atau hamba yang ditawan dan dididik, pengetahuan agama dan pengetahuan militer serta ilmu pengetahuan lainnya oleh Dinasti Ayyubiyah. Dalam proses pemerintahan, Mamluk berubah menjadi Dinasti.  Sistem pemerintahannya adalah sistem militeristik  (pergantian kepemimpinan berdasarkan karir militer). Walaupun pada perkembangannya kemudian, sistem pergantian pemimpinnya, berubah menjadi sistem monarchieheredetis. Kemajuan yang diperoleh Dinasti Mamluk tidak hanya dari segi militer, tetapi ilmu pengertahuan, arsitektur dan bidang ekonomi. Sejak Mamluk berkuasa, Mesir menjadi penghubung jalur perdagangan Timur dan Barat. Kehadiran Dinasti Mamluk menambah catatan perstasi kerajaan Islam dalam pentas politik terutama peranannya dalam membendung ambisi pasukan Tartar (Bangsa Mongol) untuk menguasai Islam yang pada saat itu mengalami kemajuan peradaban. Tentara Mamluk dan Mongol saling berhadapan di Ayn Jalut dan pertempuran pun terjadi pada tanggal tahun 658 H./1260. Strategi yang digunakan oleh Dinasti Mamluk dalam mempersatukan umat Islam membuat pasukan Islam berhasil mengalahkan pasukan Mongol.
Implementasi Ritual Addinging-dinging pada Masyarakat Modern di Tambung Batua Gowa: Tinjauan Sosio-Kultural Mastanning Mastanning; Khadijah - Tahir; Abdullah Renre
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 8 No 2 (2020): History of Culture
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v8i2.16360

Abstract

This research aims to analyze the rituals or practices Addinging-dinging that survives in the context of modern society. This research is descriptive research using a qualistative approach. Primary data are obtained from research informants, cultural figures and community leaders, while secondary data are obtained from the relevant literatur, documents and references. The techniques of collecting data are done by interviewing, observing and documenting. This research also employs a relational social culture. The results conclude the implementation of Addinging-dinging ritual means relasing the nazar that had been said. They are grateful for the bountiful harvest and as a forms of repellent against things that are feared. The addinging-dinging ritual has been able to survive until now because it is based on religious values, spiritual values, social values, cultural values and economic values. Penelitian ini bertujuan menganalisis makna impelentasi ritual (amalan) Addinging-dinging yang bertahan dalam konteks masyarakat modern. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis yang menerapkan pendekatan kualitatif. Data yang diperlukan berupa proses pelaksanaan, benda-benda yang digunakan dalam tradis serta analisis nilai yang ada dalam ritual. Data utama bersumber dari informan, tokoh adat dan tokoh masyarakat. Data sekunder diperoleh dari literatur, dokumen dan referensi yang relevan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Penelitian menggunakan pendekatan teori budaya sosial. Hasil penelitian menyimpulkan impelementasi ritual addinging-dinging bermakna pelepas nazar yang pernah diucapkan sebagai tanda syukur patas hasil panen yang melimpah dan sebagai wujud penolak bala terhadap hal-hal yang ditakutkan. Adapun ritual Addinging-dinging mampu bertahan sampai sekarang karena dilandasi nilai religious, nilai kesadaran spiritual, nilai sosial, nilai budaya dan nilai ekonomi.