Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Penyelidikan Tanah Menggunakan Metode N-Spt dan Pengujian Sondir (Studi Kasus Pembangunan Mall Pelayanan Publik Kota Makassar) Julianto, Anugrah; Wong, Irwan Lie Keng; Apriyani, Ika
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 6 (2023): Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Joi
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penyelidikan tanah memegang peranan penting dalam pembangunan konstruksi bangunan sipil dan merupakan salah satu persyaratan yang wajib dilakukan dalam perencanaan konstruksi bangunan bawah. Tanah dari pandangan ilmu Teknik Sipil merupakan himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang relative lepas (loose) yang terletak di atas batu dasar (bedrock). Tanah didefinisikan secara umum adalah kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan tidak terikat antara satu dengan yang lain rongga-rongga diantara material tersebut berisi udara dan air (Verhoef,1994). Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida yang mengendap-ngendap diantara partikel-partikel. Ruang diantara partikel-partikel dapat berisi air, udara, ataupun yang lainnya. CPT atau dikenal dengan uji sondir merupakan penyelidikan tanah dilapangan yang banyak digunakan di Indonesia. Pengujian SPT atau sering disebut uji boring merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui besar perlawanan dinamik dari tanah dengan teknik penumbukan. Tanah merupakan peranan penting dalam suatu pekerjaan konstruksi. Semua bangunana umunya dibuat di atas dan di bawah permukaan tanah, maka dari itu diperlukan perencanaan pondasi yang mampu menyalurkan beban dari bangunan atas ke tanah. Untuk menentukan dan mengklasifikasikan tanah diperlukan suatu pengamatan lapangan, jika mengandalkan pengamatan di lapangan, maka kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan pengamatan perorangan akan menjadi sangat besar. Untuk memperoleh hasil klasifikasi yang objektif, biasanya tanah itu dibagi dalam tanah berbutir kasar dan berbutir halus berdasarkan suatu analisis mekanis. Selanjutnya tahap klasifikasi tanah berbutir halus diadakan berdasarkan percobaan konsistensi. Hardiyatmo menjelaskan bahwa penyelidikan mendetail dengan pengeboran yang diikuti dengan pengujian di laboratorium dan atau di lapangan, selalu dilakukan untuk penyelidikan tanah pada proyek-proyek besar, seperti gedung bertingkat, jembatan, bendungan, bangunan bangunan industri, dan lain lainnya. Bergantung pada maksud dan tujuannya, penyelidikan dapat dilakukan dengan cara menggali lubang uji (test-pit), pengeboran, dan uji secara langsung di lapangan (in-situ test). Dari data yang diperoleh, sifat-sifat teknis dipelajari, kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis kapasitas dukung dan penurunan. Abstract Soil from the view of Civil Engineering is a collection of minerals, organic matter and relatively loose deposits that lie on bedrock. Soil is defined in general as a collection of parts that are solid and not bound to one another, the voids between these materials are filled with air and water (Verhoef, 1994). The relatively weak bonds between the grains can be caused by carbonates, organic matter, or oxides precipitating between the particles. The space between the particles can contain water, air, or something else. CPT or known as the sondir test is a field soil investigation that is widely used in Indonesia. The SPT test or often called the boring test is a test that aims to determine the dynamic resistance of the soil using the impact technique. Soil is an important role in a construction work. All buildings are generally made above and below ground level, therefore it is necessary to design a foundation that is able to transfer the load from the superstructure to the ground. To determine and classify soil, a field observation is needed. If you rely on field observations, the errors caused by differences in individual observations will be very large. In order to obtain objective classification results, the soils are usually divided into coarse-grained and fine-grained soils based on a mechanical analysis. Furthermore, the fine-grained soil classification stage was held based on consistency experiments. Hardiyatmo explained that a detailed investigation by drilling followed by testing in the laboratory and/or in the field is always carried out for soil investigations on large projects, such as high-rise buildings, bridges, dams, industrial buildings, and others. Depending on the aims and objectives, investigations can be carried out by digging test pits, drilling and in-situ tests. From the data obtained, the technical properties are studied, then used as a material consideration in analyzing the carrying capacity and settlement
Hubungan Nilai Cbr Laboratorium Dan Dcp Pada Tanah Dasar Parrangan, Dedes; Wong, Irwan Lie Keng; Apriyani, Ika
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 6 (2023): Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Joi
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Dalam setiap aspek perkembangan tanah selalu memiliki peranan penting. Tanah menjalankan perannya dalam bidang konstruksi sebagai salah satu komponen dan tempat berdirinya suatu konstruksi. Untuk mengetahui daya dukung tanah dasar, salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan melakukan uji CBR (California Bearing Ratio). Walaupun pengujian CBR dapat dilakukan di laboratorium, namun pada saat proses pengambilan contoh tanah di lapangan sering menemui beberapa kendala terkait kondisi wilayah, jarak antara lokasi dengan laboratorium, keterbatasan transportasi dan ketersediaan alat pengujian. Oleh karena itu diperlukan pengujian alternatif untuk mendapatkan nilai CBR secara cepat dan efisien di lapangan. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer). Maka dari hasil analisa dari 10 titik pada ruas Moncongloe Bulu, Kecamatan Moncongloe Bulu, Kelurahan Moncongloe Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Berdasarkan metode AASHTO tanah tersebut diklasifikasikan dalam jenis tanah A-7-5 dan A-7-6 tanah berlempung, Dari hubungan CBR Laboratorium dan CBR Lapangan didapatkan persamaan y = 0,0024x + 1,4247 dan memiliki koefisien korelasi (r) = 0,064573 maka dapat disimpulkan hubungan antara nilai CBR Laboratorium dan nilai CBR Lapangan memiliki Hubungan Langsung Positif Lemah. dan koefisien determinasi (R²) = 0,0042 menunjukkan akurasi model tidak baik, ini menjukkan bahwa nilai CBR Laboratorium tidak ada hubungan yang signifikan dengan CBR lapangan dikarenakan perendaman tanah selama 4 hari. Abstract In every aspect of land development always has an important role. Land performs its role in the field of construction as one of the components and as a place for a construction to stand. To find out the bearing capacity of subgrade, one of the methods that can be used is to do a CBR (California Bearing Ratio) test. Although CBR testing can be carried out in the laboratory, during the process of taking soil samples in the field, it often encounters several difficulties related to regional conditions, the distance between the location and the laboratory, transportation limitations and the availability of testing equipment. Therefore, alternative testing is needed to get CBR values ​​quickly and efficiently in the field. One alternative is to use a DCP (Dynamic Cone Penetrometer) tool. So from the results of an analysis of 10 points on the Moncongloe Bulu segment, Moncongloe Bulu District, Moncongloe Village, Maros Regency, South Sulawesi. Based on the AASHTO method, the soil is classified into soil types A-7-5 and A-7-6 clay soil. From the relationship between CBR Laboratory and CBR Field, the equation is y = 0.0024x + 1.4247 and has a correlation coefficient (r) = 0 .064573, it can be concluded that the relationship between Laboratory CBR values ​​and Field CBR values ​​has a Weak Positive Direct Relationship. and the coefficient of determination (R²) = 0.0042 indicates poor model accuracy, this indicates that the laboratory CBR value has no significant relationship with field CBR due to soil soaking for 4 days.