Viktorahadi, Bhanu
Faculty Of Philosophy, Parahyangan Catholic University, Bandung, Indonesia

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

The Evolution of the Concept of Secularism Towards its Encounter with Multiculturalism R.F. Bhanu Viktorahadi; Mochamad Ziaulhaq
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 1, No 4 (2021): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v1i4.15034

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan adanya proses terjadinya evolusi sekularisme dan kecenderungannya untuk berjumpa dengan multikulturalisme. Artikel ini berargumen bahwa dalam iklim multikultural yang dipengaruhi sekularisme itu, agama menjadi pilihan subjektif-personal nyaris privat sehingga tidak dapat lagi dipaksakan oleh suatu dominasi hegemoni tertentu, baik yang bersifat religius maupun politis. Dalam ranah ini, iklim multikultural yang dipengaruhi sekularisme justru semakin mendukung pertumbuhan dan perkembangan agama menjadi semakin dewasa, yaitu bukan sebagai suatu pemaksaan dari hegemoni tertentu, melainkan sebagai suatu pilihan personal-subjektif yang diambil secara bertanggung jawab.
Politik Kemanusiaan dalam Ensiklik Fratelli Tutti Anthonius Panji Satrio; R.F. Bhanu Viktorahadi
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.435 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v6i2.14072

Abstract

Menindaklanjuti perjumpaannya dengan Sultan Malik al-Kamil di Abu Dhabi awal 2019 sekaligus mengajak semua saudara membangun tata kelola dunia yang lebih baik pasca Pandemi Covid-19, Paus Fransiskus menerbitkan Ensiklik ‘Fratelli Tutti’ on Fraternity and Social Friendship pada Oktober 2020. Secara khusus, dengan ensiklik ini Paus Fransiskus juga mengajukan proposal tentang ‘Politik Kemanusiaan’. Menurutnya, ‘Politik Kemanusiaan’ adalah politik berbasiskan amal kasih. Politik ini merangkul semua pihak untuk mempromosikan kemanusiaan. Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan politik kemanusiaan dalam Ensiklik Fratelli Tutti. Kedua, mendeskripsikan relevansi politik kemanusiaan tersebut. Untuk sampai pada tujuan itu, penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dan analisis teks. Penelitian menyimpulan bahwa politik kemanusiaan ini relevan untuk diterapkan pada zaman ini. Akan tetapi, Gereja Katolik Indonesia masih harus berjuang untuk benar-benar mewujudkan politik kemanusiaan ini.
Analisis Nilai-Nilai Multikultural pada Buku Teks Pelajaran Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum 2013 R.F. Bhanu Viktorahadi; Mohammad Taufiq Rahman; Muhtar Solihin
Religious: Jurnal Studi Agama-Agama dan Lintas Budaya Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.803 KB) | DOI: 10.15575/rjsalb.v5i1.11788

Abstract

This study discusses the multicultural value content in the 2013 Textbook of Catholic Religious Education and Curriculum Ethics to describe and analyze various themes and characteristics of multicultural values in the Textbook. Besides, this study also aims to describe and analyze dialectics and how the Catholic Church evangelizes multicultural values in the textbooks discussed. Religious education includes the characteristics and levels of multicultural values that officially reveal the Church to proclaim multicultural values. This study is literature research using content analysis methods, and conceptual analysis approaches to the textbooks discussed. The results showed that there was a multicultural value contained in it. Based on this analysis, this study has two conclusions that summarize the achievement of its objectives. First, there are various multicultural themes and characteristics in the 2013 Curriculum Textbook of Religion and Ethics Education. Second, dialectics and the way the Catholic Church organizes the preaching of multicultural values in the 2013 Curriculum Religion and Ethics Textbook. This study can contribute to developing the concept and policies regarding the teaching of multiculturalism in Indonesia, a pluralist country, to become a model for similar countries.
Perkawinan Beda Agama Menurut Kitab Suci, Ajaran, dan Hukum Gereja Eduardus Krisna Pamungkas; R.F. Bhanu Viktorahadi
Religious: Jurnal Studi Agama-Agama dan Lintas Budaya Vol 5, No 3 (2021)
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.713 KB) | DOI: 10.15575/rjsalb.v5i3.14578

Abstract

Interfaith marriage is one of the fundamental problems in marriage in the Catholic Church. Interfaith marriages are problematic because the Church sees interfaith marriages as obstacles to marriage. Interfaith marriages bring dangers to faith, especially to the faith of the Catholic side. In addition, there are other difficulties, especially in the family's welfare and children's education. Therefore, the Church does not want interfaith marriages to occur, making such marriages an obstacle. However, encounters with people of different religions bring great potential for interfaith marriages. This situation is unavoidable, so an understanding of interfaith marriages in the view of the Catholic Church needs to be explored so that the faithful and couples who wish to have this marriage are aware of the impacts and risks that will occur when this marriage takes place. Thus, an understanding of interfaith marriages in the light of the Bible, Church’s teachings, and based on juridical views becomes essential as a provision for those who navigate the family ark in different faiths
The Meaning of Religious Moderation According to Franz Magnis-Suseno: A Phenomenological Approach R.F. Bhanu Viktorahadi
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v2i2.17912

Abstract

Religious moderation is necessary to guarantee social stability against the unwanted ideological force and even physical collisions in society. Social and religious lives are not isolated but must be integrated into one another. Building an educated and open-minded religious community is required to achieve this goal. The ideal religious moderation should be created through active participation from all members of diverse religious communities to achieve the same goals based on togetherness, inclusive attitude, respect, and mutual understanding related to performing certain rituals and doctrines of each religion. The variety of typologies of interfaith relations, such as exclusivism, inclusivism, and pluralism, are commonly formulated to bring these diversities into the further step of harmonious religious dialogues. This article uses the phenomenological approach in studying the meaning of religious moderation, according to Franz Magnis-Suseno. Specifically, according to Magnis-Suseno, someone just can talk about religious moderation if there is a willingness to accept and recognize plurality. That is, assuming the difference. Religious moderation means getting relatives or groups, even though their views, beliefs, and beliefs are different.
PERAN PEREMPUAN RUT DALAM PENGARUSUTAMAAN MULTIKULTURALITAS PADA MASYARAKAT YAHUDI PASCA-PEMBUANGAN BABILONIA R.F Bhanu Viktorahadi
Equalita: Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/equalita.v3i1.8353

Abstract

Hidup sebagai orang asing menjadi masalah besar dan kompleks dalam sejarah manusia, termasuk dalam Perjanjian Lama. Kitab Rut menjadi salah satu kitab yang memuat narasi tentang hidup sebagai orang asing. Elimelekh dan keluarganya hidup sebagai orang asing di tanah Moab. Selanjutnya Rut yang mengikuti dengan ibu mertuanya, hidup sebagai orang asing di Yehuda, kampung halaman ibu mertuanya tersebut. Kondisi sebagai orang asing itu tidak membuat Rut takut. Sebaliknya, ia menunjukkan keberanian untuk membuka diri dan beradaptasi dengan budaya baru tempatnya hidup sekarang. Tindakannya menjadi inspirasi untuk menumbuhkan semangat pluralisme dan multikulturalisme. Melalui analisis kritis dalam penelitian ini, pembaca dapat melihat bagaimana benih eksklusivisme dan radikalisme muncul di masa pasca-pembuangan di antara bangsa Yahudi. Akan tetapi, keberanian perempuan Rut menjadi cahaya yang menerangi kegelapan eksklusivitas menuju perayaan atas multikulturalisme. Pembaca dapat mengambil inspirasi dari hidup Rut untuk membuka diri terhadap keragaman dan multikulturalisme. Tindakannya sekaligus menjadi inspirasi untuk mengarusutamakan semangat multikulturalisme.
Efikasi Misa Online sebagai Sakramen Keselamatan pada Masa Pandemi Covid-19: Kritik Naratif Markus 5:25-34 R.F. Bhanu Viktorahadi; Busro Busro
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 1 (2021): Oktober 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i1.581

Abstract

Abstract. The emergency situation due to the Covid-19 pandemic has forced Catholics to worship by attending online mass. Although it is seen as a quick and responsive solution for the Church, many have questioned the efficacy or usefulness of online mass as a means and sign of God's salvation for His people. This paper provides an explanation of the efficacy of online mass as a sacrament of salvation by using the text Mark 5:25-34 about a haemorrhaging woman suffering who received miracles of healing after touching the garment of Jesus. This study was conducted by Narrative Criticism with the Exegetical Symbol Analysis approach. The analogy of the miracle of healing obtained by touching the robe of Jesus provides an understanding that the efficacy of online mass as a sacrament of salvation continues to work even though it is not experienced directly or in distance.Abstrak. Kondisi darurat akibat pandemi Covid-19 memaksa umat Katolik beribadah dengan mengikuti misa secara online. Walaupun dipandang sebagai solusi cepat dan tanggap Gereja, banyak yang mempertanyakan efikasi atau daya guna misa online sebagai sarana dan tanda keselamatan Tuhan bagi umat-Nya. Tulisan ini memberi penjelasan tentang efikasi misa online sebagai sakramen keselamatan dengan menggunakan teks Markus 5:25-34 tentang perempuan penderita pendarahan yang memeroleh mukjizat penyembuhan setelah menyentuh jubah Yesus. Metode yang digunakan adalah Kritik Naratif dengan pendekatan Eksegese Analisis Simbol. Analogi mukjizat penyembuhan yang diperoleh hanya dengan menjamah jubah Yesus memberikan pemahaman bahwa efikasi misa online sebagai sakramen keselamatan tetap bekerja walaupun tidak dialami secara langsung alias berjarak.
Afirmasi Agama dan Negasi atas Ateisme dalam Pemikiran Kant tentang Moralitas Iventus Ivos Kocu; R.F. Bhanu Viktorahadi
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 7, No 2 (2023): April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v7i2.695

Abstract

Abstract. Believing in God and not is a human attitude in facing the ontological big reality, including his existence. Various arguments have proven the existence of God whether through ontological, cosmological, or teleological evidence in the context of philosophy and theology. This paper presents Kant's thinking which rejected all these arguments. Using Wittgenstein's method of philosophical investigation, this paper showed that for Kant, such evidence was a futile effort because human reason is limited. Kant argued that through morality, humans can find God and religion. Through morality too, Kant rejected atheism. This study can contribute to the deepening of the discussion on the existence of religion, which has always been the subject of awareness of human existence; as well as being material that can be presented in public discussions to maintain social harmonization.Abstrak. Mempercayai Tuhan dan tidak adalah sikap manusia dalam menghadapi realitas besar ontologis, termasuk keberadaan dirinya. Berbagai argumen telah berupaya untuk membuktikan keberadaan Tuhan melalui bukti ontologis, kosmologis, dan teleologis dalam konteks filsafat dan teologi. Tulisan ini menghadirkan pemikiran Kant yang menolak semua argumentasi itu. Dengan metode investigasi filosofis ala Wittgenstein, tulisan ini menunjukkan bahwa bagi Kant, pembuktian-pembuktian adanya Tuhan tersebut merupakan upaya kesia-siaan lantaran akal budi manusia itu terbatas. Kant mengetengahkan bahwa melalui moralitas, manusia bisa menemukan Tuhan dan agama. Melalui moralitas pula, Kant menolak ateisme. Kajian ini dapat memberikan kontribusi pada pendalaman diskusi tentang eksistensi agama, yang selalu menjadi bahan kesadaran eksistensi manusia; sekaligus menjadi bahan yang dapat dihadirkan pada diskusi-diskusi publik untuk menjaga harmonisasi sosial.
Religious Pluralism in Indonesia's Multicultural Society Engkos Koswara; R.F. Bhanu Viktorahadi
Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies Vol. 1 No. 1 (2022): Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies
Publisher : Kongregasi Hati Kudus Yesus (RSCJ) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.119 KB) | DOI: 10.59029/int.v1i1.6

Abstract

Indonesia is a multi-ethnic, multicultural and multi-religious nation where religions are developed and adhered to and are inseparable from a plural society. Sociologically, religious pluralism is a fact that we are different, diverse, and plural in terms of religion. The existence of these religions is a particular challenge that each religious believer must face because pluralism is already around us, and not no one can refuse it again. In such conditions, tolerance and interfaith dialogue of religious adherents are the primary capital in maintaining the integrity of plural and multicultural religious communities.
Fortifying from Radicalism: Campuses' and Students' Efforts in Indonesia and Malaysia Mochamad Ziaul Haq; Gerardette Philips; R.F. Bhanu Viktorahadi; M. Yusuf Wibisono
TEMALI : Jurnal Pembangunan Sosial Vol 6, No 1 (2023): TEMALI Vol. 6 No. 1 Tahun 2023
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jt.v6i1.24446

Abstract

The development of radicalism has reached all corners of the world, including the Southeast Asian region. The main target for recruiting radicalism movements is young people, especially students. This paper examines the efforts of campus institutions and students in anticipating the influence of radicalism, especially in the campus environment. The study was conducted on students in Indonesia and Malaysia. The method used in this paper is qualitative, through in-depth interviews, focus group discussion (FGD), and document review. This paper finds that students in Indonesia and Malaysia have become aware of the rise of radicalism in their countries, so various responses have been followed to protect themselves from the dangers of this ideology. Efforts undertaken by the campus include a policy of disseminating an understanding of religious or Islamic moderation wasatiyah. Meanwhile, the efforts made by students to fortify themselves include independent efforts through an independent search for knowledge and learning in class, friendship relations, student discussions, and access to social media. All efforts made by campuses and students are part of instrumental actions using campus institutions as bureaucracy. This paper argues that radicalism as a collective action can be anticipated through collective social action, such as by utilizing available instruments.