La Nafie, Yayu A.
Department Of Marine Science, Faculty Of Marine Science & Fisheries, University Of Hasanuddin

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Hubungan antara Persen Penutupan dan Simpanan Karbon Lamun Mashoreng, Supriadi; Selamat, Muhammad Banda; Amri, Khairul; La Nafie, Yayu Anugerah
Jurnal Akuatika Indonesia Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27.83 KB)

Abstract

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang berperan sebagai penyimpan karbon yang cukup penting. Diperlukan metode untuk mengestimasi karbon tersimpan lamun dengan memanfaatkan citra satelit sehingga dapat dilakukan secara cepat, mudah dan murah. Sebagai tahap awal untuk mengestimasi karbon tersimpan menggunakan citra satelit, diperlukan model hubungan antara tutupan jenis lamun dengan karbon tersimpannya sebagaimana yang dilakukan pada penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2016 di Pulau Barranglompo Makassar. Penelitian diawali dengan mengambil biomassa 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium pada area seluas 25cm x 25 cm. Pengambilan biomassa setiap jenis lamun dilakukan untuk masing-masing jenis dengan 10 tingkatan persentase tutuapn lamun. sebanyak 10 kali pada persen tutupan jenis lamun yang berbeda-beda, mulai dari tutupan rendah sampai tutupan tertinggi yang ditemukan di lapangan. Penentuan penutupan lamun dilakukan dengan cara visual pada plot berukuran 50cm x 50cm. Selanjutnya dilakukan analisis karbon organik jaringan lamun (daun, rhizoma, akar dan seludang) masing-masing jenis, dengan ulangan 5 kali.  Hasil perkalian antara biomassa lamun dengan kandungan karbonnya merupakan karbon tersimpan lamun tersebut. Hubungan antara persen tutupan jenis lamun dan karbon tersimpan dianalisis menggunakan regresi polynomial.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua jenis lamun yang diamati, hubungan antara persen tutupan dengan simpan karbonnya mempunyai hubungan positif yang kuat. Koefisien determinasi, r2 berkisar 0,7413-0,9838 untuk simpanan karbon bagian bawah dan 0,8017-0,9683 untuk simpanan karbon bagian atas.
Hubungan antara Persen Penutupan dan Simpanan Karbon Lamun Mashoreng, Supriadi; Selamat, Muhammad Banda; Amri, Khairul; La Nafie, Yayu Anugerah
Jurnal Akuatika Indonesia Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27.83 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i1.18000

Abstract

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang berperan sebagai penyimpan karbon yang cukup penting. Diperlukan metode untuk mengestimasi karbon tersimpan lamun dengan memanfaatkan citra satelit sehingga dapat dilakukan secara cepat, mudah dan murah. Sebagai tahap awal untuk mengestimasi karbon tersimpan menggunakan citra satelit, diperlukan model hubungan antara tutupan jenis lamun dengan karbon tersimpannya sebagaimana yang dilakukan pada penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2016 di Pulau Barranglompo Makassar. Penelitian diawali dengan mengambil biomassa 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium pada area seluas 25cm x 25 cm. Pengambilan biomassa setiap jenis lamun dilakukan untuk masing-masing jenis dengan 10 tingkatan persentase tutuapn lamun. sebanyak 10 kali pada persen tutupan jenis lamun yang berbeda-beda, mulai dari tutupan rendah sampai tutupan tertinggi yang ditemukan di lapangan. Penentuan penutupan lamun dilakukan dengan cara visual pada plot berukuran 50cm x 50cm. Selanjutnya dilakukan analisis karbon organik jaringan lamun (daun, rhizoma, akar dan seludang) masing-masing jenis, dengan ulangan 5 kali.  Hasil perkalian antara biomassa lamun dengan kandungan karbonnya merupakan karbon tersimpan lamun tersebut. Hubungan antara persen tutupan jenis lamun dan karbon tersimpan dianalisis menggunakan regresi polynomial.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua jenis lamun yang diamati, hubungan antara persen tutupan dengan simpan karbonnya mempunyai hubungan positif yang kuat. Koefisien determinasi, r2 berkisar 0,7413-0,9838 untuk simpanan karbon bagian bawah dan 0,8017-0,9683 untuk simpanan karbon bagian atas.
STRUKTUR JENIS DAN UKURAN IKAN Siganus. Spp PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI TELUK MACCINI BAJI, PULAU TANAKEKE, KABUPATEN TAKALAR Sari, Sri Panda; Budimawan, Budimawan; La Nafie, Yayu Anugrah
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v5i1.7037

Abstract

Ikan Siganus merupakan ikan herbivora yang hidup di padang lamun sebagai tempat asuhan, pembesaran, dan tempat mencari makan. Namun, Informasi tentang ikan Siganus di padang lamun Teluk Maccini Baji, Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar masih terbatas. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan struktur jenis dan ukuran ikan Siganus di Teluk Maccini Baji, Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar, dan mengetahui kondisi lamun yang meliputi kerapatan, persen tutupan dan dominansi jenis lamun. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni sampai dengan Desember 2019. Stasiun sampling dipilih berdasarkan tipe ekosistem padang lamun dari arah luar teluk ke arah dalam teluk yaitu stasiun Lamun-Karang, Lamun-Lamun, dan Lamun-Mangrove. Pada masing-masing stasiun, ditentukan luasan 50x100 m untuk pengambilan sampel ikan sebanyak delapan kali ulangan (hauling), dengan menggunakan gill net (panjang 50 meter; lebar 50 cm; ukuran mata jaring 1,5 inci) yang ditarik dengan perahu motor. Pengambilan data lamun juga dilakukan di dalam setiap stasiun. Tiga transek garis diletakkan dalam masing-masing stasiun dengan interval 50 meter. Sepanjang transek garis, dilakukan pengamatan lamun di dalam kuadran 50x50cm, sebanyak 6 kuadran dengan interval 10 meter. Jumlah keseluruhan ikan Siganus yang ditemukan sebanyak 51 ekor yang umumnya tergolong remaja. Komposisi jenis ikan Siganus yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu S. canaliculatus, S. guttatus, S. punctatus, S. spinus, dan S. virgatus. Kerapatan lamun total berkisar antara 668 ind/m2. hingga 1595 ind/m2, dengan penutupan lamun berkisar 36,4% hingga 56,9%. Komposisi jenis lamun yang ditemukan pada lokasi penelitian ini yaitu Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, dan Thalassia hemprichii
BEACH DEBRIS ON LABUANGE BEACH, BARRU DISTRICT, SOUTH SULAWESI PROVINCE, INDONESIA Isyrini, Rantih; Tambaru, Rahmadi; La Nafie, Yayu A.; Ukkas, Marzuki; Cordova, Muhammad Reza
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v4i2.7066

Abstract

To support the efforts of the Indonesian government in managing marine debris that has a broad potential negative impact in various aspects, beach debris monitoring activities are urgently required in various locations. This research was carried out from June to August 2018 in the west coast region, on Labuange beach, Barru Regency, South Sulawesi Province, Indonesia, which was exposed by the Indonesian Through-Flow. The study aimed to determine the amount, weight and composition of marine debris on Labuange beach.  Marine debris was sampled from a permanent line transect with an area of 150 m2 (three replications). Samples were then cleaned, sorted, counted, and weighed. The average amount of marine debris was 5.98 + 2.13 items/m2 per month, with a total weight was 138.69 ± 91.32 g/m2 per month. Plastic and rubber category dominated every sampling period in the location. The abundance of marine debris, both regarding quantity and weight, fluctuated in high amount during the sampling period, which indicated the magnitude of the role of oceanographic factors, including the direction of waves, and lack of community awareness on marine debris impacts and management. The great amount and weight of marine debris and the type of waste, which was dominated by plastic and rubber is a potential threat to humans, marine biota, and the local or global environment.
ANALYSIS OF CAUSING FACTORS ON THE APPEARANCE OF HABS IN COASTAL WATER OF MAKASSAR Rahmadi Tambaru; Yayu A. La Nafie La Nafie; Astrid W. Junaidi
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 4 NOMOR 2, 2018
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v4i2.7065

Abstract

HABs were types of phytoplankton considered dangerous in the sea. Its appearance was triggered by an increase in nutrients and the presence of physical and chemical factors in the optimal conditions to support its growth. For that reason, research on the analysis of the causes of the emergence of HABs in the coastal waters of Makassar has been carried out. The implementation is carried out from March to June 2017 using non-experimental methods. The results showed that there were seven types of HABs, such as Protoperidinium, Gymnodinium, Ceratium, Prorocentrum, Gyrodinium, Gonyaulax, and Dinophysis. That types from the Dinophyceae Class. The appearance of the types of HABs was due to the influence of temperature with the relationship were very strong and positive.
THE RELATIONSHIP BETWEEN SEAGRASS Thalassia hemprichii PERCENTAGE COVER AND THEIR BIOMASS Andi Mallombasi; Supriadi Mashoreng; Yayu A. La Nafie
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 6 NOMOR 1, 2020
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v6i1.9922

Abstract

Seagrass has many functions and values, including as carbon sink. However, to estimate carbon in seagrass, it involves seagrass biomass harvesting which is laborious, costly, and destructive. This study aimed to find out the relationship between seagrass Thalassia hemprichii percent cover with their biomass which will provide alternative method for biomass estimation leading to an efficient, less cost and less destructive method for seagrass carbon stock estimation. Seagrass were sampled in Bonebatang island, South Sulawesi, and estimated their percent cover following SeagrassWatch Method from different seagrass condition and sediment type, as well as harvested for their biomass. In the lab, seagrass biomass was dried. Data was analyzed by using simple regression analysis. Results showed that there is a relatively strong relationship between percent cover and the belowground, aboveground and total biomass (R2 = 0.70; 0,81 and 8,3, respectively). Seagrass percent cover (seagrass health status, i.e. healthy, moderate and poor) also resulted a relatively strong influence on total seagrass biomass (R2>50%). However, apart from segarss percent cover, some other parameters are needed to be taken into consideration, such as seagrass densities and seagrass morphologies
SEAGRASS DISTRIBUTION BASED ON THEIR SEDIMENT CHARACTERISTICS IN PUNTONDO WATERS, TAKALAR DISTRICT, SOUTH SULAWESI, INDONESIA MUH.AQRAM RAMADHAN; Yayu A. La Nafie; Syafiuddin; Supriadi Mashoreng; Mahatma Lanuru
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 7 NOMOR 2, 2021
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v7i2.14167

Abstract

Seagrass distribution is influenced by many factors, including sediment characteristics. This study aims to determine the distribution of seagrass based on their sediment characteristics. Observations and sampling were carried out in the waters of the Puntondo Bay, Takalar Regency. This study observed the cover and density of seagrass species, water depth, water transparency, sediment’s total organic matter and size of sediment grains. There were five species of seagrass found in the area, namely Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis and Syringodium isoetifolium with sediment types of medium sand and coarse sand. Results of the regression analysis showed that the relationship between sediment particle size and seagrass density with the  highest coeficient determination (R2=0,3346) was in seagrass Cymodocea rotundata, whereas the lowest was in  Syringodium isoetifolium. Keywords: Seagrass, Puntondo, aters, Sediment grain size, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium.
Hubungan Antara Persen Penutupan dan Simpanan Karbon Lamun Supriadi Mashoreng; Muhammad Banda Selamat; Khairul Amri; Yayu Anugerah La Nafie
Akuatika Indonesia Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.307 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i1.23437

Abstract

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang berperan sebagai penyimpan karbon yang cukup penting.  Selama ini estimasi karbon tersimpan pada komunitas lamun masih dilakukan menggunakan metode pencuplikan secara langsung. Namun untuk kepentingan survey pada kawasan yang luas, cara tersebut membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan metode untuk mengestimasi karbon tersimpan lamun dengan memanfaatkan citra satelit sehingga dapat dilakukan secara cepat, mudah dan murah. Sebagai tahap awal untuk mengestimasi karbon tersimpan menggunakan citra satelit, diperlukan model hubungan antara tutupan jenis lamun dengan karbon tersimpannya sebagaimana yang dilakukan pada penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2016 di Pulau Barranglompo Makassar. Penelitian diawali dengan mengambil biomassa 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium pada area seluas 25cm x 25 cm. Pengambilan biomassa setiap jenis lamun dilakukan untuk masing-masing jenis dengan 10 tingkatan persentase tutuapn lamun. sebanyak 10 kali pada persen tutupan jenis lamun yang berbeda-beda, mulai dari tutupan rendah sampai tutupan tertinggi yang ditemukan di lapangan. Penentuan penutupan lamun dilakukan dengan cara visual pada plot berukuran 50cm x 50cm. Selanjutnya dilakukan analisis karbon organik jaringan lamun (daun, rhizoma, akar dan seludang) masing-masing jenis, dengan ulangan 5 kali.  Hasil perkalian antara biomassa lamun dengan kandungan karbonnya merupakan karbon tersimpan lamun tersebut. Hubungan antara persen tutupan jenis lamun dan karbon tersimpan dianalisis menggunakan regresi polynomial.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua jenis lamun yang diamati, hubungan antara persen tutupan dengan simpan karbonnya mempunyai hubungan positif yang kuat. Koefisien determinasi, r2 berkisar 0,7413-0,9838 untuk simpanan karbon bagian bawah dan 0,8017-0,9683 untuk simpanan karbon bagian atas.
DENSITY AND DISTRIBUTION PATTERNS OF FULL-BLOODED CLAM (GELOINA EXPANSA; MOUSSON, 1849) IN MANGROVE ECOSYSTEMS Nuryani Khadijah Syahputri; Supriadi Mashoreng; Abdul Haris; Chair Rani; Yayu A. La Nafie
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 9 NOMOR 1, 2023
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v9i1.19757

Abstract

Geloina expansa is a clam found in mangrove forests. The high level of public consumption and high economic value, is suspected as the cause of overfishing. It is not impossible that continuous harvesting will result in a decrease in the population of G. expansa. The habitat of G. expansa has experienced a lot of land conversion and this will result in a decrease in the natural carrying capacity of its habitat. The purpose of this study was to determine the distribution and density, distribution pattern and size distribution of the population of G. expansa based on the ecology of its habitat in West Malangke waters. The method was carried out randomly, the transect was placed in a 5x5 m2 sample plot with 3 replications and collected directly by hand. Sampling was carried out on each plot at the lowest ebb. Environmental parameters measured in the field included salinity, temperature and substrate while parameters measured in the laboratory were total organic matter (TOM). The density value of G. expansa in the intertidal zone was 9.90 ind/m2 while in the subtidal zone it was 0.78 ind/m2. The distribution pattern found in the intertidal and subtidal zones is clustered. The size distribution of G. expansa in the intertidal zone found that the dominant G. expansa was adult size, and the lowest was in the old size class while in the subtidal zone the dominant size was young and the lowest was in the old size class. Zone and type of substrate affect the existence of G. expansa. G. expansa was found more in the intertidal zone than in the subtidal zone and clay-type of substrates were a determining factor for the presence of full-blooded clams while clay and sand-type substrates were limiting factors for the presence of full-blooded clams.