Pengobatan jerawat di klinik kulit biasanya menggunakan antibiotik yang dapat menghambat inflamasi dan membunuh bakteri. Penggunaan antibiotik jangka panjang dapat menimbulkan resistensi antibiotik. Efek samping penggunaan antibiotik dapat dikurangi dengan mengganti bahan aktif obat yang diperoleh dari alam seperti kulit kentang yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab jerawat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa ekstrak kulit kentang dapat di formulasikan menjadi sediaan krim dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.epidermidis dan P.acnes. Ekstrak diformulasikan dalam sediaan krim dengan konsentrasi ekstrak berbeda yaitu F1 (15%), F2 (30%) dan F3 (45%) dengan menggunakan asam stearat, paraffin liquidum, adeps lanae sebagai fase minyak dan TEA, aquadest sebagai fase air, dan metil paraben sebagai pengawet. Kemudian diuji sifat fisik sediaan meliputi ,homogenitas, pemeriksaan organoleptis, pengukuran pH, viskositas, daya sebar, daya lekat, uji stabilitas dan uji antibakteri. Hasil evaluasi sediaan memiliki nilai pH berkisar antara 6,2 - 8,1, viskositas berkisar antara 3120 - 4920 cps, daya sebar antara 5,3 - 6,7 cm, dan daya lekat 4,2 - 5,3 detik. Setiap formula stabil dalam penyimpanan cycling test serta penyimpanan suhu 40ºC ± 2ºC, 28ºC ± 2ºC, 4ºC ± 2ºC dan ketiga formula memiliki sifat antibakteri terhadap S.epidermidis dan P.acnes. Luas zona hambat F1 (7,61 mm), F2 (8,47 mm) dan F3 (9,92 mm) terhadap S.epidermidis dan Luas zona hambat F1 (7,58 mm), F2 (7,86 mm) dan F3 (9,65 mm) terhadap P.acnes. Kesimpulan penelitian ini yaitu ekstrak kulit kentang dapat diformulasikan dalam sediaan krim dan memiliki zona hambat terhadap S.epidermidis dan P.acnes.